Nah, biasanya di bulan Puasa seperti sekarang ini buah yang memiliki nama Belanda "glibbertjes" (benda-benda licin kecil) ini selalu hadir sebagai menu berbuka. Karenanya banyak pedagang yang kemudian tertarik berjualan kolang-kaling karena melihat dari sisi bisnis cukup mengggiurkan.
Juminah (55), misalnya. Warga Sawahan Grabag Magelang ini mulai awal Ramadan lalu menjual kolang-kaling di Pasar Kebonpolo. Sebelumnya, ia hanya berdagang sayuran, ikan pindang, dan kerupuk. Karena kolang-kaling banyak dicari di bulan Puasa, ia pun tertarik menjualnya.
“Bukan kali ini saja saya berjualan kolang-kaling, sudah dari belasan tahun lalu saya sudah memulainya. Saya menjualnya hanya di bulan Puasa saja karena memang merupakan bulan yang tepat untuk menjual kolang-kaling,” ujarnya saat ditemui di lapaknya, Rabu (3/8).
Bersama sang putri, Yuni (27), ia menjajakan kolang-kaling berbarengan dengan dagangannya yang lain. Sekitar 2,5-3 kwintal kolang-kaling ia jajakan kepada pengunjung pasar. Buah sebanyak itu bisa habis dalam waktu dua sampai tiga hari.
“Kalau stok habis, saya langsung kulakan lagi di Grabag terutama di desa-desa yang terletak di lereng Gunung Andong. Di sana, banyak tumbuh pohon aren (enau) yang menghasilkan buah kolang-kaling. Sekali kulakan sekitar 2,5-3 kwintal seharga Rp 7000-Rp 7.500/kg,” paparnya.
Ia mengaku, kulakan langsung ke petani selain mendapat harga murah juga bisa lebih leluasa memilih kolang-kaling yang bagus. Menurutnya, kolang-kaling yang bagus adalah yang berwarna putih bersih. Setelah dipilih yang bagus, ia menjualnya lagi ke konsumen seharga Rp 10.000/kg.
“Kalau warnanya putih bersih kan lebih menarik dilihatnya dibanding yang kecoklatan sehingga lebih laris. Pembeli sih macam-macam, ada yang untuk dijual lagi dan ada pula yang memang untuk dikonsumsi sendiri,” imbuhnya.
Juminah tidak sendiri, banyak pedagang lainnya di pasar yang sama yang menjual kolang-kaling. Sekitar 10 pedagang berlomba menawarkan buah yang berkadar air tinggi ini.
Salah satunya Ibu Mar (50). Ia mengaku tertarik berjualan kolang-kaling karena cukup menguntungkan mengingat saat ini banyak dicari konsumen. Padahal, sebelumnya sehari-hari ia hanya sebagai penjual sayuran.
“Kulakan sendiri sih tidak, saya cuma mengambil dari pedagang lain yang besar lalu dijual kembali dengan harga sama, Rp 10.000/kg. Penjualan lumayan, sehari bisa 9-10 kilogram,” katanya.
Magelang Hari Ini :
> Pesantren Ad Dalhariyah, Benteng Diponegoro Bendung Belanda
> Raup Untung Manis Bisnis Kolang-Kaling
> Harga Sembako Di Pasar Secang naik
>KBI Semarang Siapkan Dana
> API Tegalrejo Cetak Pengusaha Melalui Pesantren Entrepreuneur
> Air Di Lereng Merapi Tak Layak Minum
> Pemdes Borobudur Ngotot Tarik Sumbangan Wisatawan
> Bina Masyarakt Ponpes Tidar
> Air Sumur Dua Dusun di Magelang Tak Layak Minum
> BPK Periksa Anggaran AKMIL Magelang
> PNS Magelang Pulang Lebih Awal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar