--------------------------------------------------------------------------------------------
Ingin dapat uang gratis ? Klik Disini ! --------------------------------------------------------------------------------------------
Peringatan Doktor AS RJ Roberts:
JAKARTA- Sebuah situs yang diasuh doktor asal Amerika Serikat RJ Roberts, www.nextearthquake.com, secara aktif meramalkan terjadinya gempa di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Mengejutkannya, dikutip Rabu (14/12), laman itu memprediksi 20 Desember nanti -- plus minus tiga hari (17-23 Desember) -- akan terjadi gempa sampai 7 skala Richter (SR) yang bisa berakibat tsunami sepanjang pantai Barat Sumatera hingga Bali.
Sejumlah wilayah Indonesia yang diprediksi gempa adalah Wilayah Utara Sumatera, sekitar 500 kilometer dari Medan. Diprediksi gempa dengan magnitud 4,5 sampai 6,5 SR.
Di waktu yang sama, juga diramalkan terjadi lindu di wilayah selatan Sumatera, sekitar 350 kilometer Bengkulu Utara, dengan kekuatan 5,0 sampai 7 SR. Ramalan yang ketiga, dalam waktu hampir sama, diprediksi terjadi gempa di Selat Sunda, wilayah selatan Sumatera sampai wilayah Jawa dengan magnitud 4,3 sampai 6,3 SR.
Roberts mengklaim timnya berhasil memprediksi gempa Hawaii pada Kamis 20 Oktober 2011 -- dengan tingkat akurasi 90 persen. Namun, Roberts menolak membuka soal metodologi ramalan gempa miliknya, dengan alasan khawatir jadi korban pencurian kekayaan intelektual.
Meski demikian, ia mengklaim, latar belakangnya sebagai entomolog -- ahli yang mempelajari dinamika populasi serangga, membuatnya menjadi ahli mengenal pola dasar lempeng. "Meramal gempa bukan ilmu pasti, tapi kerjaku menunjukan, kita bisa mengerti dinamika gempa, dan mengantisipasinya," kata dia kepada LiveScience.
Sekadar mengingatkan, gempa memang makin sering mengguncang Indonesia di akahir tahun ini. Pada Senin, 5 Desember lalu misalnya, dalam waktu hampir bersamaan gempa terjadi di titik berbeda, Aceh (5,1 SR), Papua (5,7 SR) dan Ambon (5,1 SR).
Terpisah, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief, melalui asistennya, Basroni, meminta masyarakat tak panik. "Apa yang dirilis oleh DR RJ Robert Ph.D bukan hal baru, walaupun informasinya menjadi penting karena ada perkiraan waktu terjadinya," kata Basroni.
Basroni mengatakan, walau sampai saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi waktu akan terjadinya gempa secara tepat, tapi kita tetap harus selalu waspada terhadap potensi bencana alam termasuk gempa. "Karena itu adalah semangat dari mitigasi menghadapi bencana alam terkait wilayah Indonesia yang memang merupakan zona rawan bencana."
Seperti diketahui, selain Mentawai, Selat Sunda, Selatan Jawa sampai Bali adalah daerah-daerah yang berpotensi megathrust. "Peningkatan kewaspadaan adalah faktor penting. Pemda dan BPBD seperti yang Sumatera Barat selalu meningkatkan kewaspadaan, patut diapresiasi," kata Basroni. " Gempa dan tsunami bukan untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi dengan teknologi termasuk dengan budaya mitigasi."
Sementara, pakar gempa LIPI, Danny Hilman mengatakan, hingga saat ini belum ada teknologi yang sahih bisa meramalkan gempa. Jadi, masyarakat tak perlu khawatir terhadap isu-isu terjadinya gempa. Meski, harus terus waspada. "Bisa saja mereka mengklaim bisa meramal gempa dengan berbagai cara. Tapi, buktinya, belum ada teknik atau metode meramal gempa yang diakui secara ilmiah," tegas dia.
Terpisah, Pakar Kegempaan dan Mitigasi Bencana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menyatakan wilayah selatan Jawa memang merupakan daerah rawan gempa. Wilayah selatan Jatim, potensi kegempaan dan gelombang tsunami mengancam dari Banyuwangi hingga Pacitan.“Semua daerah wilayah selatan Jatim berpotensi terkena gempa dan tsunami karena memang disitu titik pertemuan dua lempeng,” ujarnya Amien, ketika dihubungi, Rabu (14/12).
Di wilayah Jatim sendiri, Banyuwangi pernah diterjang tsunami pada 1994. Potensi gempa dan tsunami masih akan terjadi pada wilayah pesisir selatan pulau Jawa hingga pulau Bali. Bahkan, lanjutnya, wilayah Bali merupakan daerah yang kerusakannya akan parah jika terjadi gempa dan tsunami. Ini karena banyak daerah pesisir pantai di Bali yang dijadikan lokasi wisata.“Tetapi untuk wilayah selatan Jawa timur dan Bali sudah ada alat pendeteksi tsunami. Itu yang perlu kita jaga fungsinya,” katanya.
Selain Banyuwangi, tsunami juga pernah melanda pantai Pangandaran pada 2007 lalu. Tetapi dari sisi dampak dan besarannya, gempa dan tsunami yang terjadi di Banyuwangi masih lebih besar.
Untuk wilayah Jatim, yang perlu diwaspadai adalah daerah yang memiliki teluk. Ini karena gelombang tsunami berpotensi mengikis habis sisi teluk. Sisi teluk sendiri memiliki tingkat sedimentasi tinggi. Selain itu beberapa daerah di selatan Jatim memiliki tebing-tebing batu yang cukup berbahaya ketika terjadi gempa.
Gempa di selatan Jawa hingga Sumatera dikarenakan dua lempeng bumi yakni Indo-Australia yang bergerak ke arah timur utara menekan Pulau Jawa yang merupakan bagian dari Eurasia. Akibatnya daerah selatan jawa merupakan daerah lokasi tumbukan kedua lempengan tersebut. Dari pengukuran yang dilakukan oleh GPS, gerakan lempeng Indo-Australia mengarah pada 35 derajat timur utara. Kecepatan pergerakannya diperkiran mencapai 66 mm/tahun.
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Geologi (PVMBG) Surono menyatakan terjadinya gempa bumi akibat tumbukan lempeng secara tektonik sulit diprediksi. Namun berbeda dengan gempa yang diakibatkan oleh aktivitas gunung berapi yang masih memungkinkan untuk dideteksi. “Secara ilmiah saya rasa tidak bisa, ada terlalu banyak parameter yang cukup rumit,” katanya.
Meski demikian, peringatan yang dilansir situs nextearthquake.com itu patut diwaspadai. Terutama dalam mengambil langkah-langkah dalam rangka mitigasi bencana. Sehingga jika ada bencana proses evakuasi dan penyelamatan korban bisa lebih gegas dilakukan.viv, yop
Sumber : Surabaya Pos
Sumber : Surabaya Pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar