JAMU SESAK NAFAS, ASMA SEMBUH PERMANEN

Kabar gembira, Bagi anda atau saudara/teman anda yang menderita sesak napas,asma, karena merokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, InsyaAllah sembuh, 90 % pasien kami sembuh total, minimal bebas kertegantungan obat. Bagi anda yang ingin mencoba (sample gratis), SMS nama dan alamat , kirim ke 081392593617. Klik Disni

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jumat, 06 Januari 2012

Inspirasi Magelang : Meraup Syukur dalam Selimut Kabut

KOMPAS.com/JIMMY HITIPEUWilustrasi
Bunyi kentongan tak terlalu keras ditabuh beberapa kali oleh ulama di serambi masjid di kaki Gunung Andong. Suaranya terdengar tak keras, namun kemudian ratusan orang keluar dari rumah masing-masing sambil membawa nasi tumpeng dan ingkung.
Arloji digital di telepon seluler menunjuk pukul 07.10 WIB, kabut dari sisi selatan bergerak ke arah timur laut menyusup di pepohonan lereng gunung itu. Udara pun makin terasa dingin.
Kabut makin tebal seakan mendekap hingga puncak gunung setinggi sekitar 1.700 meter dari permukaan air laut itu, hingga menutup makam tokoh spiritual masyarakat kawasan itu pada masa lampau yang mereka sebut sebagai Syekh Abdul Faqih.
Begitu suara kentongan kayu setinggi satu meter selesai ditabuh Muhammad Thohir (43), ulama setempat di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, ratusan orang baik laki-laki, perempuan, anak-anak, tua, dan pemuda setempat memulai tradisi "Saparan Mantran" yang dalam kalender Jawa, mereka jalani setiap Rabu Pahing, Bulan Sapar.
Warga setempat yang berjumlah 139 kepala keluarga atau 840 jiwa, tinggal di kawasan dengan ketinggian sekitar 1.200 meter dari permukaan air laut di tenggara Gunung Andong. Semua bermatapencaharian sebagai petani hortikultura.
Empat lelaki agak tua mengenakan pakaian adat Jawa memanggul tandu terbuat dari bambu berisi gunungan nasi tumpeng ukuran raksasa, berhias beberapa ingkung dan aneka sayuran serta hasil bumi mereka.
Pemimpin komunitas seniman petani setempat "Sanggar Andong Jinawi" Supadi Haryono (41) mengenakan baju lengan panjang dan sarung warna putih, serta berpeci hitam memimpin kirab, jalan kaki paling depan diikuti ratusan warga petani itu.
Sesepuh sekelompok kecil penari tradisional jaran kepang yang disebut warga Dusun Mantran Wetan sebagai "Jaran Papat", karena penarinya berjumlah empat orang dan hanya dilanjutkan oleh mereka secara turun temurun, Mujar Sabar (70), turut dalam kirab dengan didampingi dua seniman Komunitas Lima Gunung (Andong, Merbabu, Merapi, Menoreh, dan Sumbing) Kabupaten Magelang, Ismanto dan Arwanto.
Setiap orang yang menjalani tradisi itu membawa tumpeng dan ingkung dalam prosesi tersebut, sehingga mereka menamainya "Kirab Tumpeng Sewu".
Turut menyaksikan prosesi itu antara lain pengajar program pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Sutanto Mendut, pengajar tari ISI Surakarta Joko Aswoyo, dan penyair Kota Magelang ES Wibowo.
Prosesi kirab mulai dari ujung timur jalan kampung hingga halaman rumah Kepala Dusun Mantran Wetan Handoko (44), di tepi dusun yang berdampingan dengan areal pertanian hortikultura setempat.
Sekitar 50 ancak, tempat sesaji terbuat dari anyaman bambu dengan tiang setinggi satu meter tertata rapi di jalan-jalan kampung setempat. Setiap ancak antara lain berisi nasi tumpeng kecil, taburan bunga mawar warna merah dan putih, kenanga, pisang, serta sebatang dupa.
Seorang seniman petani yang memimpin penataan properti puluhan ancak itu, Gianto, menebarkan bunga mawar di sepanjang tengah jalan beraspal di dusun setempat yang dilalui peserta kirab.
Beberapa tempat di jalan menuju tengah pemukiman warga berhiaskan tiga gapura dari bambu dengan hiasan antara lain terbuat dari rajutan jerami dan ranting tanaman cabai membentuk sejumlah motif. Gapura pertama juga berhias sepasang kuda lumping dan dua gong.
Sejumlah penjor dengan aneka hiasan jerami membentuk berbagai motif terpasang di beberapa tempat menuju arena pementasan kesenian tradisional, di halaman rumah warga setempat, Yatno Kamsi (55).
Berbagai kesenian tradisional yang dipentaskan di arena itu oleh sejumlah komunitas seniman petani berasal dari desa-desa setempat, sejak siang hingga malam hari, bertepatan dengan tradisi "Saparan Mantran" itu antara lain tari "Jaran Papat", "Kuda Lumping", "Lengger", "Warok Putri", "Jatilan", dan "Topeng Ireng".
Supadi yang juga juragan sayuran lereng Andong itu memimpin mereka untuk melantunkan selawat di sepanjang jalan prosesi.
"’Sholallahu ala Muhammad, wa alihi wassalam’," demikian sepenggal kalimat selawat itu mereka lantunkan berulang-ulang sepanjang "Kirab Tumpeng Sewu", yang artinya kurang lebih "Semoga kebaikan dan keselamatan senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya".
Lantunan selawat tersebut seakan mengiring kabut yang makin tebal dan bergerak menyelimuti kawasan Gunung Andong, termasuk di dusun setempat.
Mereka kemudian meletakkan tumpeng, ingkung, dan tandu gunungan nasi itu, di depan rumah kadus setempat. Warga duduk di atas terpal plastik yang telah digelar di halaman rumah di pinggir dusun itu.
Di atas lincak salah satu kamar, di rumah kadus setempat tertata sekitar 50 sesaji dalam berbagai wadah seperti piring, pincuk, dan belanga antara nasi merah dan putih, beras dan telur, ingkung, jagung, beberapa gelas kopi dan teh, kemenyan, sejumlah bunga, bibit tanaman kemuning, beringin, serta tebu.
Kadus Handoko menaiki tangga bambu untuk meletakkan satu ancak isi sesaji di atas genting rumahnya, Gianto membawa satu lainnya ke sumber air Curah, sedangkan beberapa orang membawa sesaji untuk diletakkan antara lain di bak penampung air untuk warga setempat, tepi sejumlah Sungai Gilasan dan Kidul Desa, serta Tuk Kendil.
"Terima kasih anda semua telah datang ke tempat ini untuk menjalani tradisi sejak nenek moyang kita berupa saparan atau merti dusun ini. Melalui tradisi ini, kita semua ingin bersyukur atas berbagai rejeki dan anugerah yang telah kita terima dari Allah melalui pertanian di dusun kita," kata Handoko saat berpidato menggunakan bahasa Jawa di hadapan warganya.
Tradisi "Saparan Mantran", katanya, juga menjadi kesempatan yang baik masyarakat untuk berdoa agar pada hari-hari mendatang makin hidup tenteram, mempererat semangat kekeluargaan, bebas dari berbagai mara bahaya, dan hasil pertanian cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Supadi menyebut beberapa hal penting yang disampaikan warga setempat saat menjalani tradisi itu yakni bersyukur atas keselamatan perjalanan hidup mereka selama ini, kekuatan iman sebagai orang Islam, permohonan rejeki yang lancar melalui mata pencaharian bertani, dan terbebas dari berbagai kesulitan serta bencana.
"’Mugi-mugi Allah ngijabahi panyuwunan kita sedaya’ (Semoga Tuhan mengabulkan permohonan kita semua, red.)," katanya.
Setiap warga yang duduk dan timpuh di halaman rumah kadus setempat pun kemudian mengangkat kedua tangan tanda berdoa, ketika Thohir memulai membacakan sembahyang secara islami dalam rangkaian tradisi "Saparan Mantran" itu.
Selama mereka berdoa, terlihat kasat mata tetes-tetes air turun dari kabut tebal Gunung Andong. Mungkin tetes air tersebut tak terasakan mereka yang sedang bertafakur itu.
Akan tetapi, bisa jadi tetes-tetes air dari selimut kabut Gunung Andong itu tanda alam bahwa syukur dan doa mereka diterima Allah SWT.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk !  Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Paling Meunguntungkan
Aduh maaak, terima kasih Tuhan, terima kasih webmaster. Saya bisa kuliahkan anak dan membantu biaya berobat ibu saya yg sakit dengan dana ini. Setelah itu saya betul2 percaya bahwa program bisnis ini bener2 bekerja. Sejak itu saya mulai aktif mempromosikan bisnis ini ke siapa saja, lewat email, milis, sms, dll. Sekarang hasilnya sudah lebih dari 500 juta masuk ke rekening bank saya. Sekali lagi terima kasih webmaster program 5 milyar
. Klik Disini

Salam, Bambang Widjatmoko, Surabaya (Kesaksian)

Informasi penting: Teknik Membeli Rumah Terbaik

Masukkan nama & email anda di sini dan dapatkan informasi properti diatas, GRATIS!

Nama:

Email:

Wirausaha Mobil Bekas Pasang Iklan Rumah Kontak Jodoh