---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketua KPSI Tony Apriliani (kanan) |
JAKARTA--Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) mengaku sama sekali tidak menginginkan terjadinya konflik di tubuh PSSI. Konflik saat ini mereka sebut sebagai dampak dari sikap arogan PSSI dalam memutar roda organisasi.
Ketua KPSI, Tonny Aprilani mengatakan, sejak awal pihaknya sudah mengingatkan Ketua PSSI, Djohar Arifin Husin, agar mengutamaka dialog dengan semua insan sepak bola. Kalaupun ingin mengganti sistem dan aturan kompetisi, Djohar diminta untuk mempertimbangkan aspirasi insan sepak bola, bukan justru kepentingan perorangan.
"Sejak awal saya mengatakan, polemik seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi. PSSI bisa lancar, hanya cukup jalan sesai aturan, maka sepak bola Indonesia pasti akan normal-normal saja," kata Tonny saat berbincang dengan Republika di kantor KPSI kemarin.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kepengurusan Djohar dianggap menabrak aturan yang dibuat dalam Kongres PSSI dengan semena-mena. Toni merujuk aksi Djohar cs mengubah keputusan yang pernah dibuat Komite Eksekutif (Exco) PSSI soal penetapan Liga Super Indonesia (LSI) dan PT Liga Indonesia sebagai kompetisi serta pengelola kompetisi yang sah.
Keputusan ini diperparah dengan penunjukan PT Liga Prima Indonesia Sportindo untuk mengelola kompetisi kasta tertinggi dengan nama Liga Prima Indonesia (LPI). Semua paham jika keputusan ini untuk mengakomodasi pengelola dan klub-klub peserta Liga Primer Indonesia yang hanya berjalan setengah musim.
PSSI mengeluarkan keputusan ini sepekan setelah penetapan awal tentang LSI dibuat. "Harusnya kalau memang mau seperti itu Djohar menggelar Kongres tahunan. Bukan justru lewat forum exco," kata Tonny.
Situasi soal pergantian LSI dan PT Liga, berbanding terbalik dengan kasus Persija. Jika saat membahas kompetisi, Djohar cs sampai perlu menggelar dua kali rapat demi "menggolkan" LPI, maka untuk kasus dualisme Persija, PSSI ngotot hanya butuh satu pertemuan yang akhirnya memenangkan kubu Persija Bambang Sucipto. Walhasil skuat Persija yang diakui PSSI kini dihuni oleh mayoritas tim dan manajemen Jakarta FC, salah satu klub yang sebelumnya mentas di Liga Primer Indonesia.
"Dari keganjilan-keganjilan itu wajar jika kemudian para anggota PSSI protes," ujar Toni. Namun karena protes itu tidak mendapat respons dari PSSI, akhirnya mosi tidak percaya dilayangkan pada PSSI. "Anggota pun membentuk lembaga adhoc yaitu KPSI yang bertugas untuk melaksanakan tugas dan fungsi PSSI sebelum digelarnya KLB." tandasnya.
Dalam sejumlah kesempatan, pengurus PSSI berkilah pergantian format liga dikarenakan kegagalan PT Liga dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan pada PSSI. Menurut PSSI, hingga batas waktu yang ditetapkan pada September 2011, tidak ada itikad baik dari PT Liga untuk berkoordinasi langsung dengan PSSI.
Namun pandangan itu bertolak belakang dengan sebuah klaim yang pernah dibuat juru bicara LPI, Abi Hasantoso, medio Agustus 2011 kepada Republika. Sejak awal PSSI memang telah berencana menggantikan PT Liga dengan PT LPIS sebagai pengelola kompetisi level tertinggi di Tanah Air.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar