PADA zaman penjajahan Belanda, Magelang menjadi pusat pemerintahan, perekonomian dan militer. Bangunan barak militer dan villa yang sampai kini berdiri kokoh menjadi saksi, bahwa dulu di sini adalah sebuah kota yang maju dan makmur.
Keindahan panorama dan kesejukan udaranya, menjadi magnet para penjajah saat itu untuk menciptakan sebuah kota di pinggiran sawah yang dikelilingi gunung-gunung. Pada zaman itu Magelang dikenal sebagai tuin van java atau tamannya Pulau Jawa.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, Kota Magelang tak seindah dulu lagi. Pemkot Magelang bertekad mengembalikan keindahan kota dengan mengusung program ”Magelang Kota Sejuta Bunga”. Program itu akan direalisasikan pada akhir tahun ini. Dan, tahun depan kota ini diproyeksikan memiliki wajah baru yang indah.
Magelang sebuah kota mungil dengan luas hanya 18,12 Km2 terdiri atas tiga kecamatan saja, yakni Kecamatan Magelang Utara, Tengah dan Selatan. Sehingga tak membutuhkan waktu dan dana yang besar untuk memoles ruang publik di sana.
Sebenarnya gagasan menciptakan kota bunga ini lebih pada revitalisasi taman kota. Dengan tujuan mempercantik wajah atau muka sebuah kota jasa. Selain itu, mempertegas aksen kota, yang berada di tepian sawah, diapit dua sungai besar Progo dan Elo. Magelang dikelilingi gunung-gunung, antara lain Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing dan Sindoro. Sungguh, panorama yang menakjubkan.
Wali Kota Ir H Sigit Widyonindito mengatakan mengembalikan Magelang sebagai Kota Bunga bukan hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi mendatang, terutama persoalan pedagang kaki lima.
”Taman dibangun cukup bagus. Kemudian tak lama setelah itu digunakan oleh para PKL untuk berjualan, dalam sekejap investasi miliaran untuk membuat taman hilang begitu saja,”kata Sigit.
Karena itu dalam menata taman kota, pihaknya menata pedagang kaki lima. Jadi haruslah komprehenship dalam memandang persoalan tata kota. Di situ ada ruang publik, ruang komersial dan ada wajah kota.
Berdayakan PKL
Karena pada prinsipnya pihaknya tak akan melarang PKL untuk berjualan, atau kami mematikan kebaradaanya. Menurutnya, para PKL itu harus diberdayakan, ditata agar bisa mandiri dan lebih profesional.
”Mandiri itu artinya memberikan kontribusi positif pada Pemkot Magelang, baik dalam bidang perekonomian, kebersihan, ketertiban dan keamanan, maupun memberikan daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara,”ujarnya.
Bagaimana dengan bangunan kuno yang masih berdiri kokoh, menurutnya, harus tetap dilestarikan. Kota yang dipimpinnya memiliki karakteristik banyaknya banguan kuno, sehingga bagaimana nanti keberadaannya mendukung untuk mempercantik penataan ruang publik.
Beberapa kawasan yang rencananya akan dirombak dan dibuat wajah baru itu, antara lain, Gerbang Kota di utara dan selatan. Taman-taman yang telah ada itu direvitalisasi sehingga tampak lebih segar dan artistik.
Kawasan lain yang akan disulap menjadi taman yang indah, lanjut dia, taman lansia di Jl A Yani depan kompleks Rindam, taman kawasan shoping, taman badaan. Selain itu juga penataan taman Jl Jl sudirman, kawasan segi tiga trio, Jl A Yani, Jl Diponegoro Cempaka dan Alun-alun sebelah utara.
Kota dengan wajah baru ini, menurutnya, akan mempertegas visi yang diembannya, yakni mewujudkan Kota Magelang sebagai kota jasa yang maju, profesional, sejahtera, mandiri dan berkeadilan.(47)
Magelang Hari Ini : 16 Oktober 2011
-Magelang Menuju Kota Sejuta Bunga
-Menyelaraskan Keindahan Kota dan PKL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar