KEBERADAAN pedagang kaki lima (PKL) seringkali dianggap sebagai sumber persoalan semrawutnya persoalan penataan kota. Namun apakah demikian bagi Pemkot Magelang?
Ya, program Kota Sejuta Bunga tentu terkait erat dengan keberadaan PKL. Wali Kota menjamin mereka tak akan digusur atau dihilangkan dari jalan-jalan protokol, tapi ditata dan diberdayakan agar selaras dengan penataan kota secara keseluruhan.
Cita-citanya PKL di Jl Pemuda salah satu protokol terbesar di kota ini akan dibuat seperti yang ada di Jl Malioboro Yogyakarta. Wacana itu muncul terkait dengan proyek renovasi trotoar dan jalur lambat di jalan protokol sepanjang 900 meter yang menelan dana Rp 1,5 miliar.
Nantinya trotoar menjadi lebar, karena jalur lambat dihilangkan. Jika semula trotoar dipaving, sekarang diganti dengan keramik, tentunya menjadi lebih indah. Pertanyaaannya bagaimana menata PKL di sepanjang jalan tersebut.
PKL di trotoar Jalan Malioboro kebanyakan menjual batik dan berbagai pernak-pernik khas Yogya. Karena PKL di Jalan Pemuda menjual berbagai macam barang, idelanya penataanya berdasarkan zona. Tidak seperti sekarang ini, jual poster bersebelahan dengan makanan, masih semrawut dan campur aduk.
Dengan penataan berbasis zona, maka nantinya terbentuk zona penjual kerajinan, grafis, konfeksi, penjual pernak-pernik, sandal dan sepatu, jam dan kacamata serta zona lainnya. Harapannya ke depan akan terjadi penyebaran pengunjung dan penyebaran keramaian.
Menuju Zona
Masyarakat yang membutuhkan barang kerajinan, bisa langsung menuju zona yang sudah ditetapkan. Tentunya PKL harus dibantu tenda seragam, tidak seperti sekarang yang masing-masing memasang tenda sendiri-sendiri sehingga mengganggu keindahan kota.
Kemudian di manakah jika ingin menikmati kuliner? Pemkot Magelang juga sedang merenovasi kawasan alun-alun dengan biaya Rp 2,1 miliar. Yang ditata tidak hanya PKL di lokasi itu, tetapi juga penataan parkir kendaraan roda dua dan empat, penggantian trotoar dari paving dengan keramik dan beton.
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Magelang Drs Isa Ashari MM menerangkan, alun-alun sisi utara menjadi pusat kuliner siang dan malam yang dibagi dua kelompok. Pemkot akan membuatkan tempat meracik masakan bagi PKL, sedangkan untuk tempat pengunjung makan dibuatkan tenda komunal.
Sarana pendukung lainnya seperti air untuk mencuci dan listrik juga disediakan. Jumlah PKL alun-alun sisi utara sebanyak 44. Dibagi dua kelompok, maka yang berjualan siang hari 22 PKL dan malam 22 PKL
”Masih ada sisa 22 tenda untuk menampung PKL yang berjualan di alun-alun sisi barat dan timur. Adapun PKL penjual nasi kucing di sisi selatan akan dibantu 10 tenda. Mereka hanya boleh berjualan malam hari. Pada siang hari sisi selatan, timur dan barat harus bersih dari PKL. Yang diizinkan buka siang dan malam hanya di sisi utara,” ujarnya.
Pusat kuliner lainnya berlokasi di trotoar Jalan Sudirman. Lokasi itu juga dilengkapi sarana air, listrik dan fasilitas pendukung lainnya. Tempat ini untuk memindahkan PKL yang selama ini berjualan di kawasan pusat perbelanjaan.
”Mereka hanya boleh berjualan pada malam hari, siang hari lokasi itu harus bersih,” tegasnya.
Sebagai kota jasa, Kota Magelang harus menyediakan berbagai fasilitas untuk melayani masyarakat, khususnya dari luar kota. Dengan tersedianya pusat kuliner, pengunjung bisa menikmati aneka macam masakan. Harapan lainnya Kota Magelang pada malam hari menjadi hidup.(Sholahuddin al-Ahmed-47)
Magelang Hari Ini : 16 Oktober 2011
-Magelang Menuju Kota Sejuta Bunga
-Menyelaraskan Keindahan Kota dan PKL
Ya, program Kota Sejuta Bunga tentu terkait erat dengan keberadaan PKL. Wali Kota menjamin mereka tak akan digusur atau dihilangkan dari jalan-jalan protokol, tapi ditata dan diberdayakan agar selaras dengan penataan kota secara keseluruhan.
Cita-citanya PKL di Jl Pemuda salah satu protokol terbesar di kota ini akan dibuat seperti yang ada di Jl Malioboro Yogyakarta. Wacana itu muncul terkait dengan proyek renovasi trotoar dan jalur lambat di jalan protokol sepanjang 900 meter yang menelan dana Rp 1,5 miliar.
Nantinya trotoar menjadi lebar, karena jalur lambat dihilangkan. Jika semula trotoar dipaving, sekarang diganti dengan keramik, tentunya menjadi lebih indah. Pertanyaaannya bagaimana menata PKL di sepanjang jalan tersebut.
PKL di trotoar Jalan Malioboro kebanyakan menjual batik dan berbagai pernak-pernik khas Yogya. Karena PKL di Jalan Pemuda menjual berbagai macam barang, idelanya penataanya berdasarkan zona. Tidak seperti sekarang ini, jual poster bersebelahan dengan makanan, masih semrawut dan campur aduk.
Dengan penataan berbasis zona, maka nantinya terbentuk zona penjual kerajinan, grafis, konfeksi, penjual pernak-pernik, sandal dan sepatu, jam dan kacamata serta zona lainnya. Harapannya ke depan akan terjadi penyebaran pengunjung dan penyebaran keramaian.
Menuju Zona
Masyarakat yang membutuhkan barang kerajinan, bisa langsung menuju zona yang sudah ditetapkan. Tentunya PKL harus dibantu tenda seragam, tidak seperti sekarang yang masing-masing memasang tenda sendiri-sendiri sehingga mengganggu keindahan kota.
Kemudian di manakah jika ingin menikmati kuliner? Pemkot Magelang juga sedang merenovasi kawasan alun-alun dengan biaya Rp 2,1 miliar. Yang ditata tidak hanya PKL di lokasi itu, tetapi juga penataan parkir kendaraan roda dua dan empat, penggantian trotoar dari paving dengan keramik dan beton.
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Magelang Drs Isa Ashari MM menerangkan, alun-alun sisi utara menjadi pusat kuliner siang dan malam yang dibagi dua kelompok. Pemkot akan membuatkan tempat meracik masakan bagi PKL, sedangkan untuk tempat pengunjung makan dibuatkan tenda komunal.
Sarana pendukung lainnya seperti air untuk mencuci dan listrik juga disediakan. Jumlah PKL alun-alun sisi utara sebanyak 44. Dibagi dua kelompok, maka yang berjualan siang hari 22 PKL dan malam 22 PKL
”Masih ada sisa 22 tenda untuk menampung PKL yang berjualan di alun-alun sisi barat dan timur. Adapun PKL penjual nasi kucing di sisi selatan akan dibantu 10 tenda. Mereka hanya boleh berjualan malam hari. Pada siang hari sisi selatan, timur dan barat harus bersih dari PKL. Yang diizinkan buka siang dan malam hanya di sisi utara,” ujarnya.
Pusat kuliner lainnya berlokasi di trotoar Jalan Sudirman. Lokasi itu juga dilengkapi sarana air, listrik dan fasilitas pendukung lainnya. Tempat ini untuk memindahkan PKL yang selama ini berjualan di kawasan pusat perbelanjaan.
”Mereka hanya boleh berjualan pada malam hari, siang hari lokasi itu harus bersih,” tegasnya.
Sebagai kota jasa, Kota Magelang harus menyediakan berbagai fasilitas untuk melayani masyarakat, khususnya dari luar kota. Dengan tersedianya pusat kuliner, pengunjung bisa menikmati aneka macam masakan. Harapan lainnya Kota Magelang pada malam hari menjadi hidup.(Sholahuddin al-Ahmed-47)
Magelang Hari Ini : 16 Oktober 2011
-Magelang Menuju Kota Sejuta Bunga
-Menyelaraskan Keindahan Kota dan PKL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar