Magelang - Pemerintah memberikan bantuan kepada 145 anak korban bencana Merapi dalam bentuk tabungan. Tabungan senilai Rp 1,1 juta ini diberikan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) RI kepada korban bencana erupsi dan banjir lahar dingin Merapi.
Sebanyak 145 anak lereng Merapi ini merupakan korban bencana alam tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan Sawangan, Kecamatan Srumbung, Kecamatan Salam dan Kecamatan Dukun.
Tabungan dengan total nilai Rp 159,5 juta nantinya digunakan untuk keperluan mempertahankan keberlangsungan pendidikan anak. Tabungan ini juga untuk pengembangan potensi anak usia 9-18 tahun seperti keterampilan, kursus keahlian sesuai minat dan bakatnya.
Dari 145 anak, 124 anak yang memperoleh tabungan merupakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dan 21 anak lainya merupakan anak yang putus atau tidak sekolah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Rehabilitasi Sosial Kemensos Makmur Sanusi Senin (28/11/2011) disela-sela acara "Sosialisasi Bantuan Sosial Bagi Anak Terlantar Korban Erupsi Merapi" di Pendopo Kabupaten Magelang, Jl Letjen Tukiyat Magelang, Jateng.
"Bantuan ini merupakan Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PSAT) yang diperuntukan bagi anak terlantar, berkebutuhan khusus seperti korban erupsi dan banjir lahar dingin Merapi. Bantuan ini untuk aksesibilitas pendidikan terutama anak di wilayah bencana," jelas Makmun Sanusi.
Selain Makmun, hadir dalam acara itu Bupati Magelang Singgih Sanyoto yang secara simbolis memberikan bantuan berupa tabungan pendidikan kepada ratusan anak lereng Merapi.
Makmun menjelaskan bantuan dalam bentuk tabungan ini dinilai efektif dalam rangka membantu anak-anak yang terkena dampak bencana. Terutama untuk menjalani pendidikan mereka sehingga aktivitas belajar mengajar bisa berjalan dengan semestinya.
"Di tingkat ASEAN, pemberian bantuan dalam bentuk cash tabungan ini dinilai sudah cukup berhasil. Tentunya dengan pendampingan dan supervisi yang dilakukan oleh Depratemen Sosial dalam hal ini Tim Reaksi Cepat (TRC) Depsos," ungkap Makmun.
Makmun menambahkan, tabungan ini diperuntukan bagi anak-anak Merapi guna memenuhi kebutuhan pendidikan nonteknis seperti digunakan untuk sarana transportasi, kelengkapan buku dan peralatan sekolah.
"Sebab seperti diketahui pemerintah sendiri sudah mencanangkan sekolah gratis yang diperuntukan anak di tingkat sekolah dasar dari usia 9-18 tahun," tambah Makmun.
Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Antasena Magelang, Carolyne Clara menjelaskan program pemberian bantuan ini merupakan program sinergi antara PSMP Antasena dan Tim Reaksi (TRC) Kemensos.
Sebagai langkah upaya supervisi (pendampingan) pelaksanaan bantuan maka PSMP Antasena menurunkan sebanyak 12 tenaga teknis lapangan untuk mendampinginya.
"Masing-masing kecamatan dari empat kecamatan yang ada diberi sebanyak tiga orang pendamping dari TRC Kemensos untuk mengawasi dan mengarahkan fungsi dan guna bantuan agar tepat sasaran," jelas Clara.
Diharapkan, dengan adanya bantuan itu maka pendidikan yang merupakan kebutuhan penting bagi anak, khususnya di lereng Merapi bisa terpenuhi.
Suwiji (41), warga Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Magelang mengaku terbantu dengan adanya bantuan tabungan pendidikan bagi anaknya. Paling tidak bisa untuk menambah biaya pendidikan anaknya yang saat ini duduk di bangku SMP Negeri 1 Salam, Magelang.
"Kalau dikatakan kurang sih kurang. Tetapi paling tidak anak saya bisa terbantu sekolahnya. Apalagi sekarang dia sudah kelas tiga. Kalau sudah lulus butuh biaya lebih," ungkap ayah yang berprofesi sebagai penambang pasir tradisional atau 'nylenggrong' pasir ini.
Sebanyak 145 anak lereng Merapi ini merupakan korban bencana alam tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan Sawangan, Kecamatan Srumbung, Kecamatan Salam dan Kecamatan Dukun.
Tabungan dengan total nilai Rp 159,5 juta nantinya digunakan untuk keperluan mempertahankan keberlangsungan pendidikan anak. Tabungan ini juga untuk pengembangan potensi anak usia 9-18 tahun seperti keterampilan, kursus keahlian sesuai minat dan bakatnya.
Dari 145 anak, 124 anak yang memperoleh tabungan merupakan anak yang masih duduk di bangku sekolah dan 21 anak lainya merupakan anak yang putus atau tidak sekolah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Rehabilitasi Sosial Kemensos Makmur Sanusi Senin (28/11/2011) disela-sela acara "Sosialisasi Bantuan Sosial Bagi Anak Terlantar Korban Erupsi Merapi" di Pendopo Kabupaten Magelang, Jl Letjen Tukiyat Magelang, Jateng.
"Bantuan ini merupakan Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PSAT) yang diperuntukan bagi anak terlantar, berkebutuhan khusus seperti korban erupsi dan banjir lahar dingin Merapi. Bantuan ini untuk aksesibilitas pendidikan terutama anak di wilayah bencana," jelas Makmun Sanusi.
Selain Makmun, hadir dalam acara itu Bupati Magelang Singgih Sanyoto yang secara simbolis memberikan bantuan berupa tabungan pendidikan kepada ratusan anak lereng Merapi.
Makmun menjelaskan bantuan dalam bentuk tabungan ini dinilai efektif dalam rangka membantu anak-anak yang terkena dampak bencana. Terutama untuk menjalani pendidikan mereka sehingga aktivitas belajar mengajar bisa berjalan dengan semestinya.
"Di tingkat ASEAN, pemberian bantuan dalam bentuk cash tabungan ini dinilai sudah cukup berhasil. Tentunya dengan pendampingan dan supervisi yang dilakukan oleh Depratemen Sosial dalam hal ini Tim Reaksi Cepat (TRC) Depsos," ungkap Makmun.
Makmun menambahkan, tabungan ini diperuntukan bagi anak-anak Merapi guna memenuhi kebutuhan pendidikan nonteknis seperti digunakan untuk sarana transportasi, kelengkapan buku dan peralatan sekolah.
"Sebab seperti diketahui pemerintah sendiri sudah mencanangkan sekolah gratis yang diperuntukan anak di tingkat sekolah dasar dari usia 9-18 tahun," tambah Makmun.
Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Antasena Magelang, Carolyne Clara menjelaskan program pemberian bantuan ini merupakan program sinergi antara PSMP Antasena dan Tim Reaksi (TRC) Kemensos.
Sebagai langkah upaya supervisi (pendampingan) pelaksanaan bantuan maka PSMP Antasena menurunkan sebanyak 12 tenaga teknis lapangan untuk mendampinginya.
"Masing-masing kecamatan dari empat kecamatan yang ada diberi sebanyak tiga orang pendamping dari TRC Kemensos untuk mengawasi dan mengarahkan fungsi dan guna bantuan agar tepat sasaran," jelas Clara.
Diharapkan, dengan adanya bantuan itu maka pendidikan yang merupakan kebutuhan penting bagi anak, khususnya di lereng Merapi bisa terpenuhi.
Suwiji (41), warga Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Magelang mengaku terbantu dengan adanya bantuan tabungan pendidikan bagi anaknya. Paling tidak bisa untuk menambah biaya pendidikan anaknya yang saat ini duduk di bangku SMP Negeri 1 Salam, Magelang.
"Kalau dikatakan kurang sih kurang. Tetapi paling tidak anak saya bisa terbantu sekolahnya. Apalagi sekarang dia sudah kelas tiga. Kalau sudah lulus butuh biaya lebih," ungkap ayah yang berprofesi sebagai penambang pasir tradisional atau 'nylenggrong' pasir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar