- Sidak Komisi C DPRD Magelang
Magelang, CyberNews. Komisi C DPRD Kabupaten Magelang melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke hunian sementara (huntara) di Dusun Mancasan, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Rabu pagi. Sidak ini untuk menindaklanjuti protes pengungsi terkait kualitas huntara yang dinilai kurang baik.
Komisi C menemukan bahwa penyebab tempat pembuangan tinja (septic tank) ambles karena tidak diperkuat pondasi. "Septic tank ini hanya dibuat dengan menanam dua bus di dalam tanah. Harusnya diperkuat pondasi agar tidak mudah ambles. Bus juga hanya diurug dengan sampah bukan pasir dan bau. Terang saja cepat rusak," kata Ketua Komisi C Habibatun Wafiroh di sela-sela sidak.
Menurut Wafiroh dari 12 septic tank sejauh ini masih dibiarkan terbengkalai dan belum diperbaiki. Padahal tanah di sekitar septic tank semakin ambles. ”Belum ada langkah konkrit untuk memperbaiki septic tank yang rusak. Padahal warga Sirahan kembali mengungsi karena takut lahar dingin,” kata Wafiroh.
Untuk diketahui, huntara di Mancasan terdiri 106 unit huntara yang dihuni 355 jiwa. Mereka merupakan warga korban banjir lahar asal Desa Sirahan, Kecamatan Salam. Dari 12 septic tank yang rusak, baru dua buah yang diperbaiki dengan cara swadaya.
Politisi muda PKB ini mengungkapkan huntara dibangun pemerintah sehingga kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab pemerintah. Apalagi huntara baru ditempati sekitar empat bulan. Ia menilai hal ini diakibatkan kualitas huntara yang tidak bagus.
Dalam sidak ini juga ditemukan bahwa septic tank ini menggunakan sistem ganda yakni satu lubang dimanfaatkan untuk pembuangan tinja dan sekaligus limbah dari kamar mandi. Setiap satu septic tank digunakan untuk dua rumah. Hal ini membuat septic tank menjadi cepat penuh.
"Agar bertahan lama, seharusnya antara tempat pembuangan tinja dan limbang dari kamar mandi dipisah. Ini menimbulkan bau tidak sedap," tambah dia
Anggota Komisi C Regeng Dwi Yanto mengungkapkan setiap satu kopel huntara seharusnya terdiri dari 80 lapis seng. Namun setelah dihitung ternyata hanya ada 78 seng. "Ini yang menyebabkan huntara bocor saat hujan,” ungkap Regeng Dwi Yanto.
Noto, salah satu warga, mengatakan bahwa setiap hujan huntara yang ia tempati mengalami kebocoran. Ia sampai harus menggunakan ember, panci dan mangkuk untuk menampung air hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar