PURWOREJO-Sedikitnya enam rumah di Desa Redin, Kecamatan Gebang, Purworejo terancam longsor. Tanah yang menjadi tumpuan rumah-rumah tersebut ambles setelah dua pekan hujan mulai mengguyur wilayah Purworejo.
Para pemilik rumah khawatir jika tidak segera ditangani longsor akan benar-benar terjadi. Enam rumah yang terancam itu milik Yatinah (60), Rohmat (61), Urip (52), Sulastri (52), Slamet (50) dan Yoso (51). Seluruhnya berada di wilayah RT 1 RW 1 Dukuh Krajan Redin.
"Tanah sebenarnya sudah mulai ambles sejak setahun lalu, tapi hujan belakangan ini bertambah parah," ujar Urip.
Sulastri menambahkan, sebelum peristiwa retakan setahun lalu, tanah yang ditempati sudah pernah bergerak sekitar 2006. Saat ini, panjang retakan kurang lebih 150 meter dengan lebar 10 - 15 sentimeter.
Lebih lanjut disebutkan, enam pemilik rumah sudah tidak takut dan pasrah menghadapi risiko dengan tinggal di lahan yang labil itu. Warga, lanjutnya, meningkatkan kewaspadaan setiap hujan lebat turun lebih dari tiga jam.
"Kami tetap tinggal di rumah yang sekarang ini bangunannya sudah miring dan hanya meningkatkan kewaspadaan saja," terangnya.
Pemerintah, katanya, sudah pernah menyarankan warga untuk pindah dari lokasi tersebut. Namun, Sulastri mengaku keberatan untuk pindah karena selain tidak memiliki lahan, biaya yang harus dikeluarkan juga besar.
"Pemerintah juga tidak memfasilitasi, hanya pernah memberikan bantuan mi instan dan beras saja untuk warga korban tanah ambles," ujarnya.
Para pemilik rumah khawatir jika tidak segera ditangani longsor akan benar-benar terjadi. Enam rumah yang terancam itu milik Yatinah (60), Rohmat (61), Urip (52), Sulastri (52), Slamet (50) dan Yoso (51). Seluruhnya berada di wilayah RT 1 RW 1 Dukuh Krajan Redin.
"Tanah sebenarnya sudah mulai ambles sejak setahun lalu, tapi hujan belakangan ini bertambah parah," ujar Urip.
Sulastri menambahkan, sebelum peristiwa retakan setahun lalu, tanah yang ditempati sudah pernah bergerak sekitar 2006. Saat ini, panjang retakan kurang lebih 150 meter dengan lebar 10 - 15 sentimeter.
Lebih lanjut disebutkan, enam pemilik rumah sudah tidak takut dan pasrah menghadapi risiko dengan tinggal di lahan yang labil itu. Warga, lanjutnya, meningkatkan kewaspadaan setiap hujan lebat turun lebih dari tiga jam.
"Kami tetap tinggal di rumah yang sekarang ini bangunannya sudah miring dan hanya meningkatkan kewaspadaan saja," terangnya.
Pemerintah, katanya, sudah pernah menyarankan warga untuk pindah dari lokasi tersebut. Namun, Sulastri mengaku keberatan untuk pindah karena selain tidak memiliki lahan, biaya yang harus dikeluarkan juga besar.
"Pemerintah juga tidak memfasilitasi, hanya pernah memberikan bantuan mi instan dan beras saja untuk warga korban tanah ambles," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar