WONOSOBO, suaramerdeka.com - DPRD Kabupaten Wonosobo merekomendasikan penutupan galian C di semua titik yang selama ini masih beroperasi. Langkah ini mendesak segera ditempuh karena kerusakan alam sudah tak terkendali.
Ketua Komisi B DPRD Wonosobo, Arwiyono mengemukakan penambangan liar sudah merembet ke beberapa titik yang merupakan kawasan hutan lindung. Pihaknya juga mengaku keresahan masyarakat terhadap berkurangnya resapan air juga sudah semakin nyata. "Kami merekomendasikan agar pemerintah daerah menutup lokasi penambangan liar," katanya.
Berdasarkan hasil inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa lokasi galian ilegal di sejumlah kecamatan terbukti masih ada aktivitas penambangan liar. Sedikitnya ada tujuh titik area penambangan galian C dengan frekuensi cukup besar berada di lima wilayah kecamatan.
Kerusakan alam yang diakibatkan ulah galian para penambang sudah tak terkendali lagi. Aktivitas penambangan saat ini terdeteksi sudah berjalan dari hulu hingga hilir.
Perlu diketahui, tegasnya, bahwa pada tingkat kemanfaatan masyarakat, bisa dikatakan hasil galian ilegal dibeberapa titik tersebut lebih banyak dinikmati oleh oknum luar daerah yang selama ini menjadi broker pasir dan batu dari Wonosobo. "Penghasilan dari galian untuk masyarakat kami tak seberapa," katanya,
Disebutkan, berdasarkan pemetaan galian C dalam skala paling besar berada di tiga titik yakni di Desa Candimulyo, Desa Grenjeng dan Desa Kapencar, wilayah Kecamatan Kertek. Di lokasi ini rata-rata penambangan per hari mencapai lebih dari 50 kubik pasir atau sekitar 20 truk dalam satu lokasi.
Adapun penambangan di Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kejajar rata-rata dalam kisaran 10 kubik pasir per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar