KEBUMEN, suaramerdeka.com - Nelayan di Desa Rowo, Kecamatan Mirit, Kebumen menggelar tradisi sedekah laut, Selasa (13/12). Tradisi tahunan setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa itu digelar sebagai ungkapan syukur atas apa yang diterima selama setahun, sekaligus berdoa untuk keselamatan selama setahun ke depan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi sedekah laut ini diawali dengan mengusung jolen yang berisi aneka sesaji dari rumah Kepala Desa Rowo Sarno menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berjarak sekitar 300 meter.
Sesaji yang nantinya akan dilarung ke laut selatan itu antara lain berupa kepala kambing yang dibungkus kain mori, jenang empat warna, jajanan pasar, kembang setaman, tumpeng tolak, tujuh macam pisang, tujuh macam buah, ageman sakpengadek, hingga oman ketan hitam.
Selanjutnya, sesaji kemudian diarak menggunakan sekitar 30 perahu yang ditumpangi oleh nelayan dan keluarganya. Arak-arakan perahu itu menyusuri Sungai Wawar menuju Pantai Selatan yang berjarak sekitar tiga kilometer.
Laki-laki dan perempuan, orang tua hingga anak-anak ikut naik perahu berukuran 2 grosston tersebut. Camat Mirit Irfani SSos beserta jajaran Muspika Mirit ikut naik di atas perahu.
Setiba di pantai, bermacam-macam sesaji yang telah didoakan itu kemudian dilarung ke tengah lautan. Sedangkan ratusan warga dari bibir pantai menyaksikan detik-detik larung sesaji yang dilakukan menggunakan perahu.
Warga sempat tegang ketika beberapa kali perahu gagal menerobos gelombang besar. Mereka baru bersorak setelah perahu yang membawa jolen berhasil masuk ke tengah dan melarung sesaji.
"Ini merupakan wujud syukur nelayan kepada Tuhan dan meminta keselamatan agar tahun depan bisa mendapatkan rejeki yang lebih baik," ungkap sesepuh Desa Rowo, H Sastrowiryo (82) kepada suaramerdeka.com di sela-sela acara.
Oleh masyarakat Desa Rowo, tradisi sedekah laut digelar setiap hari Jumat atau Selasa Kliwon di bulan Suro. Sesaji yang dilarung diyakini merupakan kesukaan Ratu Laut Kidul, khususnya ageman yang terdiri atas batik, konde, serta alat rias kecantikan.
itu wujud syukur atau bentuk kemusyrikan?
BalasHapus