MAGELANG, suaramerdeka.com - Banjir lahar dingin ternyata tidak selamanya menakutkan. Ribuan masyarakat seringkali berduyun-duyun memadati pinggir sungai setiap kali banjir lahar terjadi.
Kondisi ini bisa dilihat disekitar jembatan Kali Putih di Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Ribuan masyarakat berdiri di sekitar tebing sungai mulai kawasan hulu di sekitar Dusun Salamsari, Srumbung sampai Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar.
Pemandangan serupa juga terlihat di sepanjang alur Kali Pabelan mulai sekitar pertemuan Kali Pabelan dengan Kali Senowo di Dusun Banyutemumpang, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan sampai di sekitar jembatan Srowol.
Banyak penonton yang seringkali kurang hati-hati dan berdiri terlalu dekat dengan bibir sungai. Hal ini tentu sangat membahayakan mengingat banjir lahar membawa material batu-batu besar. Bahkan delapan truk yang hanyut di Kali Putih sebagian besar hancur.
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Kemarin, banjir lahar kembali terjadi di alur Kali Putih dan Kali Bebeng. Namun banjir yang terjadi sekitar pukul 13.00 WIB ini hanya berkapasitas kecil. "Banjir terjadi di dua sungai yakni Kali Putih dan Bebeng," kata relawan Linang Sayang Comunication Andi JJ.
Menurut relawan GP Ansor Yusuf banjir disebabkan hujan di lereng Gunung Merapi, tepatnya di sekitar hulu Kali Putih dan Kali Bebeng. Adapun kali Senowo, Apu dan Tringsing tidak dilalui banjir lahar karena kawasan hulu ketiga sungai tersebut tidak mengalami hujan.
Meski demikian, kata dia, masyarakat di sepanjang bantaran sungai yang dilewati banjir harus tetap waspada. Pasalnya, kapasitas banjir bisa meningkat dalam tempo singkat jika kawasan Merapi hujan deras.
"Banjir kemarin tetap berbahaya karena menggerus tanggul pasir. Tanggul yang ada bisa terkikis sedikit demi sedikit sehingga harus diwaspadai. Padahal sebagian besar tanggul masih terbuat dari pasir," kata Feri, warga Sirahan, Kecamatan Salam.
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar