Foto: Parwito/detikcom |
Magelang - Untuk menggugah kesadaran warga sekitar lereng Merapi terhadap bencana, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) menggelar pameran tentang mitigasi bencana Gunung Merapi. Warga lereng Gunung Merapi maupun di sekitar bantaran sungai bisa dengan benar mengenali apa potensi dan bahaya lingkungan mereka lewat pameran ini.
Pameran bertema "Hidup Harmoni dengan Merapi" ini diselenggarakan dalam waktu sepekan ke depan di RM Sari Nikmat Kecamatan Salam, Magelang, Jateng.
"Ini merupakan upaya BPPTK untuk menggugah warga sekitar Merapi agar sadar bencana. Selain itu pameran mitigasi bencana Gunung Merapi ini mengingatkan kepada warga bahwa Merapi adalah sahabat dalam kehidapnya," kata Safari, salah satu petugas BPPTK Yogyakarta yang biasa menjadi petugas pemantau di Pos Pengamatan Merapi Desa Ngepos, Kecamatan Sumrbung, Magelang, Selasa (20/12/2011).
Safari menjelaskan pameran ini menyuguhkan berbagai informasi soal proses erupsi Gunung Merapi, dampak yang ditimbulkan sampai pada ancaman bencana banjir lahar dingin yang terjadi di 12 sungai berhulu di Merapi.
Semua itu disajikan dalam bentuk ratusan foto-foto hasil dokumentasi petugas BPPTK serta sejumlah wartawan media cetak yang bertugas disekitar lereng Merapi.
"Maka masyarakat yang ingin mengetahui lebih banyak seperti apa Gunung Merapi lebih dekat kami undang mengunjungi pameran. Supaya bisa setiap waktu waspada akan bahaya bencana mulai dari erupsi Merapi sampai bahaya banjir lahar dingin Merapi," jelas Safari.
Apalagi dalam pameran ini juga ditampilkan prototipe Gunung Merapi lengkap dengan lembah serta alur sungai di atasnya. Pada awal pameran, puluhan warga melihat pameran yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan wajib latih penanggulangan bencana letusan Gunung Merapi.
Yulianto, petugas lainnya mengatakan bahwa pihaknya juga memamerkan peta 12 alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Peta tersebut dibuat detail mulai hulu sampai pada bagian hilirnya yang berada di lereng Merapi.
"Dalam peta, juga kita beri gambaran kawasan mana saja yang rawan terjangan banjir lahar dingin. Ini bisa menjadi pegangan relawan dan penduduk sekitar bantaran sungai untuk meningkatkan kewaspadaan," ungkap penjaga Pos Babadan ini.
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Muhammad Habib, salah satu pengunjung mengaku ingin melihat potensi bahaya lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Dirinya merasa kaget ketika tidak mendapati desanya tidak masuk kawasan rawan bencana lahar dingin meski diapit sungai.
"Desa saya ternyata belum masuk kawasan bahaya. Padahal sudah puluhan rumah yang longsor dan hanyut," ungkap M. Habib, warga Dusun Sabrangkali, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar.
Habib menuturkan desanya diapit Kali Putih dan Kali Blongkeng. Kedua sungai berhulu di Gunung Merapi itu bergabung menjadi sungai baru di sebelah selatan dusun. Dengan posisi ini, maka Desa Blongkeng seharusnya masuk kawasan rawan bahaya.
Menanggapi pertanyaan pengunjung ini, Yulianto mengungkapkan bahwa peta tersebut merupakan peta baru yang dibuat paska erupsi dan lahar dingin. pembuatan peta ini didasarkan pada pola erupsi dan banjir lahar.
“Di peta detail mungkin belum tercantum tapi di peta utama sudah ada kok,” jelas Yulianto.
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar