Gregorius Magnus Finesso/KOMPASAktivitas pedagang tembakau di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah hingga Rabu (4/1/2012) terhambat akibat putusnya jalur utama |
WONOSOBO - Aktivitas pedagang tembakau di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah hingga Rabu (4/1/2012) terhambat akibat putusnya jalur utama penghubung dua daerah tersebut sejak tiga hari terakhir.
Hal ini menyusul longsornya jalan provinsi sepanjang 100 meter yang menghubungkan kedua wilayah tersebut di Desa Burat, Kecamatan Kepil, sekitar 31 kilometer dari arah Wonosobo setelah dilanda hujan deras pada Minggu malam.
Kepala Humas Pemkab Wonosobo Agus Wibowo mengatakan, akibat terputusnya jalur ini, kendaraan roda empat dari arah Wonosobo menuju Purworejo harus memutar melalui Bruno dan Silentho (Wonosobo) ke arah Kutoarjo dan Salaman (Kabupaten Magelang). Pengalihan jalur dilakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Pengalihan jalan ini dikeluhkan para pedagang tembakau dari Wonosobo yang biasa menempuh jalur tersebut. Seperti dituturkan Wasiyah (51), warga Desa Karangluhur, Kecamatan Kertek. "Saya terpaksa memutar lewat Mangklong, Magelang. Perjalanan bertambah lama tiga jam. Akibatnya, saya terlambat sampai di Purworejo," katanya.
Menurut Sondah (32), pedagang lain. Jalur tersebut merupakan jalur perdagangan tembakau baik ke Purworejo maupun Yogyakarta. "Selain memutar, ongkos minibus juga naik," keluhnya
Tarpan (54), pengemudi mini bus trayek Wonosobo-Purworejo, mengaku, akibat harus memutar, jarak tempuh bertambah sekitar 30 kilometer. " Itu saja kami tidak berani menaikkan penumpang karena bukan trayeknya. Kami hanya sekedar numpang lewat. Kami hanya menaikkan penumpang dari Wonosobo saja," ujarnya.
Selain itu, dengan dengan rute Wonosobo-Mangklong-Purworejo, kebutuhan bahan bakar pular untuk pulang pergi, yang biasanya hanya 80 liter, melonjak menjadi 150 liter. Akibatnya, tarif angkutan Wonosobo-Purworejo yang sebelumnya Rp 15.000 menjadi Rp 20.000 per penumpang.
Kepala Humas Pemkab Wonosobo Agus Wibowo mengatakan, akibat terputusnya jalur ini, kendaraan roda empat dari arah Wonosobo menuju Purworejo harus memutar melalui Bruno dan Silentho (Wonosobo) ke arah Kutoarjo dan Salaman (Kabupaten Magelang). Pengalihan jalur dilakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Pengalihan jalan ini dikeluhkan para pedagang tembakau dari Wonosobo yang biasa menempuh jalur tersebut. Seperti dituturkan Wasiyah (51), warga Desa Karangluhur, Kecamatan Kertek. "Saya terpaksa memutar lewat Mangklong, Magelang. Perjalanan bertambah lama tiga jam. Akibatnya, saya terlambat sampai di Purworejo," katanya.
Menurut Sondah (32), pedagang lain. Jalur tersebut merupakan jalur perdagangan tembakau baik ke Purworejo maupun Yogyakarta. "Selain memutar, ongkos minibus juga naik," keluhnya
Tarpan (54), pengemudi mini bus trayek Wonosobo-Purworejo, mengaku, akibat harus memutar, jarak tempuh bertambah sekitar 30 kilometer. " Itu saja kami tidak berani menaikkan penumpang karena bukan trayeknya. Kami hanya sekedar numpang lewat. Kami hanya menaikkan penumpang dari Wonosobo saja," ujarnya.
Selain itu, dengan dengan rute Wonosobo-Mangklong-Purworejo, kebutuhan bahan bakar pular untuk pulang pergi, yang biasanya hanya 80 liter, melonjak menjadi 150 liter. Akibatnya, tarif angkutan Wonosobo-Purworejo yang sebelumnya Rp 15.000 menjadi Rp 20.000 per penumpang.
Sumber : Kompas
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar