JAKARTA - Ada dua paradoks di Indonesia yang kini hangat diberitakan oleh berbagai media asing seperti Reuters dan Associated Press. Di tengah hingar-bingar pembicaraan korupsi miliaran rupiah di DPR, ketika euforia kenaikan rating dari Moody’s diharapkan bisa menggaet investasi asing langsung US$19 miliar tahun ini, paradoks bola beton dan ‘jembatan Lebak’ jadi kritik yang menohok. Di satu sisi Indonesia digambarkan sebagai negeri yang punya masa depan cerah. Di sisi yang lain, banyak penduduk yang terpinggir dan bahkan seakan disisihkan.
Yang dimaksud dengan bola beton adalah bola-bola yang terbuat dari semen yang akan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) sebagai senjata pamungkas untuk mencegah para penumpang naik di atas atap kereta. Bola-bola itu menggantung di pintu perlintasan rel dan diujicobakan di Bekasi, yang diharapkan dapat membuat takut para komuter yang berada di atas atap. Sebab sekali kena pentung oleh bola itu, bisa mengakibatkan kehilangan nyawa.
Di mata media asing ini, hal ini cukup mengherankan dan dianggap sebagai imajinasi ekstrim. “Indonesia telah mencoba berbagai imajinasi ekstrim untuk menghentikan para penumpang illegal yang naik kea tap kereta –mulai dari menyiram pelanggar hukum dengan cat merah, mengancam mereka dengan anjing hingga meminta bantuan pemimpin agama. Sekarang pihak berwewenang memiliki taktik mengintimidasi dan bahkan mematikan: menggantungkan bola-bola beton di atas perlintasan kereta.”
Solusi ini dipandang tidak adil sebab naiknya para komuter ke atap kereta lebih disebabkan terbatasnya gerbong daripada ketidakpatuhan kepada hukum. Keterbatasan gerbong menyebabkan apa pun dilakukan demi bisa tiba di tempat tujuan agar dapat tepat waktu di tempat kerja.
Namun, yang kini paling heboh dibicarakan adalah sebuah video yang dapat dilihat di laman Reuters. Video itu menggambarkan anak-anak yang harus berjuang meniti jembatan rusak untuk dapat tiba di sekolah.
Secara tidak langsung, Reuters tampaknya ingin mengkontraskan rendahnya kepedulian penguasa terhadap masalah yang dihadapi rakyatnya, dengan kenyataan maraknya korupsi di Indonesia. Itu dapat dilihat dari kalimat pembuka menerangkan video tersebut:
These students deserve an A+ — for bravery. (Para pelajar ini layak mendapat nilai A+ --untuk keberanian).
Jembatan rusak di Ciwaru, Lebak, yang digambarkan pada video itu demikian parahnya karena dihantam banjir. Tetapi anak-anak yang akan berangkat sekolah, terpaksa harus menyabung nyawa melewatinya.
Dan di tengah pemberitaan pembangunan ruang rapat DPR yang miliaran rupiah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar