MAGELANG - Tidak percaya dengan solusi yang diberikan Pemkot Magelang terkait pembangunan kembali Pasar Rejowinangun, para pedagang ”wadul” ke Gubernur Jateng, Bibit Waluyo. Mereka mengirimkan surat agar Bibit Waluyo ikut turun tangan terhadap persoalan pedagang dan masyarakat Magelang tersebut.
Namun surat tersebut tidak dikirim ke rumah dinas Gubernur Jateng di Wisma Perdamaian Kota Semarang, melainkan ke rumah pribadi Bibit Waluyo di Jalan Kiai Mojo 35 Cacaban, Kota Magelang.
”Kalau harus ke Semarang ya jauh dan harus meninggalkan jualan. Iya kalau ditemui, kalau gubernur berpergian atau sibuk kan malah jadi nggak enak semua. Makanya, kita kirim surat ke rumah pribadi beliau. Karena informasinya, beliau sering pulang ke Magelang,” kata salah seorang pedagang, Agustine, kemarin (16/1).
Saat itu, rombongan pedagang hanya ditemui dua orang penjaga rumah Budi Sucipto, 55, dan Abdullah, 53. ”Surat ini saya sendiri yang tulis. Intinya, kami minta Pak Bibit bisa memberikan solusi agar Pasar Rejowinangun dibangun secepatnya. Sudah hampir empat tahun lho pasar belum dibangun-bangun," kata Erminan, pedagang konveksi di Blok A Pasar Penampungan, usai memberikan surat ke Budi Sucipto.
Ternyata, surat juga dibuat dan diberikan sekitar dua puluhan pedagang lain yang biasa berjualan di Blok A, D, E, C Pasar Penampungan. Tulisan yang lebih berisi uneg-uneg itu, terkemas rapi dan dimasukan ke amplop berwarna putih.
"Yang kami bawa ada sekitar 25 surat dari pedagang, dari berbagai blok. Kami ke sini sebagai perwakilan untuk menyampaikan saja," cetus Erna Wati, pedagang di Blok D.
Sedangkan menurut Yuliana, pedagang lain, surat tersebut sengaja ditujukan ke Gubernur Jateng karena dari Pemkot dan DPRD Kota Magelang terkesan tidak memikirkan kepentingan pedagang korban kebakaran.
Budi Sucipto yang akrab disapa Cipto berjanji akan menyampaikan surat yang diterimanya tersebut. "Biasanya Bapak (Bibit) pulangnya satu bulan sekali. Kadang tidak mesti. Tapi begitu Bapak pulang akan saya sampaikan," ungkap Cipto yang sudah bekerja di rumah Bibit selama 10 tahun.
Setelah menyampaikan surat tersebut, para pedagang yang didominasi kaum hawa itu kembali lagi ke Pasar Penampungan dengan mengendari belasan sepeda motor berboncengan.
Sumber : Radar Jogja
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar