Penggabungan 2 gambar dari Video tayangan korban Mesuji hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta. Tampak korban meninggal tidak memegang parang (kiri) dan korban memegang parang. (Dok. Tempo) |
Jakarta:- Markas Besar Kepolisian RI mengusut peletak parang pada mayat Made Aste, korban tembak di Register 45, Mesuji, Lampung. Aste dilaporkan oleh keluarganya tak menenteng senjata ketika bentrok menghadapi aparat. Laporan itu dikuatkan dengan rekaman video yang ditemukan Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, mengatakan jajarannya akan kembali ke lapangan untuk mengusut benar-tidaknya polisi atau siapa pun yang menaruh parang di tangan korban tewas. "Kami akan laporkan hasil dari lapangan berdasarkan sumber lain yang akan kami gunakan," ujar Saud dalam keterangan pers di kantornya Sabtu 21 Januari 2012.
Aste meninggal saat bentrok di area perkebunan sawit yang dikelola PT Silva Inhutani. Dari rekaman video, tak jauh dari jasad Aste yang tengkurap tampak seseorang mengatur posisi parang di tangan pria 40 tahun itu. (Lihat VIDEO Eksklusif Rekayasa Peletakan Parang di Mesuji)
Rekaman tersebut bertolak belakang dengan keterangan polisi yang menyatakan Made Aste tewas ditembak Brigadir Satu Septiawan karena berusaha menyerang Ajun Komisaris Besar Priyo Wira Nugraha dengan parang. Priyo adalah atasan Septiawan.
Jenderal Saud menjelaskan, Septiawan sudah diproses secara pidana. Karena itu, jika ada rekayasa, pasti akan ketahuan saat persidangan. Dia memastikan akan memeriksa anggotanya dan masyarakat yang mengetahui insiden tersebut.
Setelah itu, Saud melanjutkan, kepolisian menyelidiki hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta. Polisi juga hendak memanggil saksi ahli untuk membuktikan rekaman itu benar atau rekayasa. "Semua ada prosedurnya."
Adapun Bob Hasan, pengacara warga Mesuji, meragukan pernyataan bahwa polisi menembak Aste karena terdesak. Dia yakin korban tidak dalam posisi menyerang polisi. "Apalagi polisi membawa senjata api," ujarnya saat dihubungi kemarin.
Hal tersebut, menurut Bob, didukung temuan Tim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia bahwa Aste tidak membawa senjata saat ditembak polisi. Dia sudah menduga bakal ada rekayasa kematian Aste. Petani, dia menjelaskan, memang selalu membawa parang di pinggang. Tapi, kata Bob, "Bukan untuk menyerang polisi. Itu peralatan warga untuk pertanian."
Dia menambahkan, pengusutan dugaan rekayasa tidak akan menyelesaikan masalah utama di Mesuji. "Kok, seakan-akan kesalahan dilempar ke polisi," ujar Bob. Menurut dia, persoalan utama yang perlu segera diselesaikan adalah pemerintah bertanggung jawab terhadap sekitar 1.400 warga.
Warga, kata Bob, saat ini masih berada di tenda di sekitar perkebunan menuntut lahannya dikembalikan. "Pemerintah harus berfokus pada persoalan tanah di Mesuji, dan berpihak kepada masyarakat, bukan ke pengelola perkebunan," ujarnya.
Sumber : Tempo
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar