05 Juli 2011 | 16:30 wib
Derita Penyakit Langka
Muniroh 'Manusia' Kayu asal Tegalrejo
Magelang, CyberNews. Penyakit langka mendera Muniroh (32), warga Dusun Gales, Sidorejo, Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Hampir seluruh tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Dokter mendiagnosa ibu dua anak itu menderita penyakit scleroderma atau penyakit kulit langka yang menyerang pertahanan tubuh.
Hal ini membuat Muniroh sudah tidak bisa beraktifitas selayaknya warga kebanyakan di usia yang masih muda. Ia tidak bisa jongkok maupun menekuk tubuhnya. Jika hendak berdiri ia harus dibantu orang lain, termasuk jika ingin duduk atau tidur. Namun begitu, Muniroh masih bisa berjalan dan berbicara meski pelan-pelan.
Setiap hari, ia harus mengandalkan suaminya, Supriyanto (36), maupun kedua anaknya Bagas Yanuarsa (13) dan Rizal Dwiananto (7). Muniroh juga kesulitan untuk sekedar membuka mulut. “Seluruh tubuh saya rasanya kaku. Membuka mulut saja saya susah. Hanya bisa dibuka selebar sendok makan saja,” ungkap Muniroh ditemani suaminya, Supriyanto.
Sambil duduk di kursi plastik merah, Muniroh menceritakan tentang ikhwal penyakit langka tersebut. Dijelaskan bahwa pada awalnya ia hanya merasa gatal-gatal di tengkuk dan beberapa bagian tubuh lainnya. Saat itu sekitar pertengahan tahun 2007. Luka bekas garukan tersebut berubah warna menjadi biru kehitam-hitaman.
Muniroh kemudian merasakan sendi-sendi di tubuhnya mulai kaku dan sulit digerakkan. Supriyanto kemudian membawa istrinya ke bidan desa setempat.
Bidan tersebut selanjutnya meminta Supriyanto untuk membawa Muniroh ke dokter penyakit dalam untuk mendapatkan perawatan yang layak.
Seusai memeriksa, dokter tersebut merujuk Muniroh ke dokter kulit. Dari hasil pemeriksaan dokter kulit diketahui bahwa Muniroh menderita scleroderma. Konon scleroderma merupakan penyakit yang belum ada obatnya. "Dokter meminta istri saya menjalani terapy dan mengkonsumsi obat penahan rasa sakit. Namun terapy hanya berjalan beberapa bulan karena tabungan saya ludes," kata Supriyanto.
Pegawai honorer di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Seni Budaya Yogyakarta itu mengaku pendapatannya tidak cukup untuk membiayai pengobatan tersebut. "Kami harus membiayai sekolah dua anak kami dan mencukupi kebutuhan rumah lainnya. Gaji saya tidak cukup,” ujar Supriyanto lirih.
Tiadanya pengobatan yang memadi ini membuat penyakit Muniroh tak kunjung sembuh. Saat ini, berat badan Muniroh bahkan anjlog sampai 16 kg. Jika dia dulu memiliki berat badan 46 kilogram maka kini tinggal 30 kg. Ia juga selalu merasa letih yang amat sangat, badan lesu, sering gatal di bagian tubuh tertentu dan bagian sendi kaku.
Dari penelusuran Suara Merdeka scleroderma biasanya menyerang wanita berumur antara 30 sampai 50 tahun. Ini termasuk penyangkit langka karena hanya menyerang 30 orang per 100.000 orang. "Kulit saya bahkan tidak bisa dicubit karena kencang dan kaku. Tapi rasanya masih sakit juga.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar