KONDISI alam di Kabupaten Temanggung yang sebagian besar berbukit-bukit sangat mendukung untuk budi daya tanaman kopi. Hal itulah yang merangsang petani daerah setempat mengembangkan tanaman kopi di lahan pertaniannya secara turun-temurun. Dan, dengan produksinya yang banyak tersebut, Kabupaten Temanggung mampu memasok sekitar 40% kebutuhan di Jateng, sekaligus menjadi salah satu daerah penyangga kopi di provinsi ini.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Bidang Produk Olahan, Rachmat Pratikto, yang juga Wakil Ketua DPD APEKI Kabupaten Temanggung, mengungkapkan, lahan berketinggian 600 hingga 700 meter dpl yang cocok untuk pengembangan kopi robusta, ataupun yang berketinggian 1.000 hingga 1.400 meter dpl yang sesuai untuk arabika, banyak tersedia di wilayah kabupaten itu8. Karena itu, cukup banyak potensi lahan pertanian yang bisa ditanami kopi, dengan produk dalam jumlah besar dan berkualitas.
‘’Melihat kondisi alam di Temanggung, memang sangat ideal untuk pengembangan kopi. Meski demikian, khususnya untuk lereng Gunung Sindoro, Sumbing dan Prau, petani masih lebih tertarik pada budi daya tembakau daripada kopi arabika,’’tuturnya.
Ketinggian lahan sangat berpengaruh pada tanaman, serta jumlah dan kualitas produk kopi yang dihasilkan. Sebab, ketinggian itu, terkait dengan dua hal yang penting bagi tanaman kopi, yakni kelembaban serta suhu udara. ‘’Kalau suhu udara terlalu tinggi misalnya, buah kopi akan mengurangi penguapan, sehingga kulit kopi secara otomatis akan menjadi tebal dan bijinya kecil,’’ujarnya.
Cita Rasa
Kondisi lahan penanaman yang ideal itu, juga berpengaruh pula pada cita rasa kopi Temanggung. Yakni, untuk kopi robusta asli Temanggung, aroma khasnya sangat kuat. Adapun jenis arabika, memiliki cita rasa agak asam, yang biasanya tertinggal agak lama di mulut penikmatnya. Menurut Kasi Usaha Perkebunan dan Agribisnis Bidang Perkebunan Distanbunhut Pemkab, Gunarto, budi daya kopi di wilayah Temanggung, sebetulnya telah dimulai sejak zaman Belanda. Hal itu dapat dilihat, dari adanya perkebunan-perkebunan kopi sekaligus pabrik pengolahan peninggalan Belanda di daerah setempat.
‘’Pemerintahan Hindia Belanda, waktu itu mungkin memang telah melihat potensi alam di wilayah Temanggung yang cocok bagi tanaman kopi, sehingga membudidayakan komoditas itu,’’ungkapnya.
Selain faktor alam, sumber daya manusia (SDM) juga menentukan untuk menghasilkan buah kopi berkualitas dan dalam jumlah optimal. Hal itu karena untuk mendapatkan produk berkualitas dan banyak, perawatan tanaman, yang meliputi pemupukan, pemangkasan dan pemanenan harus dilakukan dengan benar oleh petani (SDM). Demikian pula, dalam hal pengolahan hasil panen, tidak bisa dilakukan serta merta, tetapi harus memenuhi ketentuan dalam berbagai tahapannya.
‘’Secara umum, petani di Kabupaten Temanggung, sudah paham dan terlatih mengenai perawatan dan pengolahan kopi, sehingga produk yang dihasilkannya berkualitas,’’tambahnya.
Kendati begitu, dia mengakui, sampai saat ini belum ada keseragaman perawatan dan pengolahan kopi di kalangan petani, guna menghasilkan produk berkualitas standar.
Padahal, jika kopi Temanggung ingin memiliki brand dan kepercayaan diri menjangkau pasar nasional dan internasional, standar kualitas ini menjadi syarat utama.(Henry Sofyan-47)
Temanggung Hari Ini : 10 Oktober 2011
-Temanggung Tetap Jadi Penyangga Kopi Jateng
-Didukung Faktor Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar