SEMARANG, suaramerdeka.com - UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan Candi Borobudur, Magelang masih termasuk warisan budaya dunia.
Tidak ada pencoretan wisata tersebut sebagai warisan budaya dunia. Pernyataan itu ditegaskan Direktur Jenderal UNESCO HE Irina Bogova didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jateng Prasetyo Aribowo. Kedatangan pejabat UNESCO ini dalam penandatanganan prasasti yang menandai selesainya pembersihan Borobudur dari debu vulkanik Merapi.
Dalam kesempatan itu, Irina menyampaikan pencoretan candi sebagai warisan budaya dunia tidak benar. Adapun, penetapan cagar budaya sebagai warisan budaya dunia itu telah melalui kajian dan seleksi ketat oleh Komite Ahli UNESCO yang beranggotakan 21 orang.
Justru, pihaknya menyatakan kekagumannya terhadap Candi Borobudur yang disinari 2.500 watt sehingga tampak bersinar terang dan indah. "Keberadaan Borobudur harus dimanfaatkan secara maksimal dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar sehingga mereka merasa turut handarbeni dan menjaga kelestarian warisan budaya dunia," katanya dalam siaran pers ke Suara Merdeka, Kamis (24/11).
Selain itu, Borobudur juga diminta untuk tidak dikelola dengan menekankan aspek ekonomi semata tetapi juga fokus dalam penanaman nilai-nilai budaya. Kondisi demikian wajib dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus. Penandatangan prasasti tersebut dihadiri pula oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh dan Wakil Bupati Magelang Zaenal Arifin.
Terpisah, Prasetyo Aribowo menyatakan, wisatawan candi tersebut kini sudah dapat menggapai kembali puncak lokasi wisata. Wisatawan yang diperbolehkan berada di puncak Borobudur maksimal 82 orang di tiga lantai teratas, yakni 8,9, dan 10.
Setiap pengunjung juga hanya diperbolehkan berada di puncak candi yang dibangun Wangsa Syailendra itu selama 15 menit. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk perawatan terhadap candi agar tidak rusak. "Pembatasan memang harus dilakukan untuk mengurangi beban berat wisatawan yang naik ke puncak Borobudur. Ini penting untuk menghindari kerusakan warisan budaya dunia seperti di Peru," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar