MAGELANG, suaramerdeka.com — Sindikat pencuri emas yang terkenal dengan sebutan Kelompok Banjarmasin ternyata anggotanya tidak hanya enam orang ibu rumah tangga yang sudah tertangkap. Masih ada banyak anggota kelompok ini yang berkeliaran dan mencari korban.
Mereka juga tetap beroperasi di pusat-pusat keramaian seperti pasar, bus malam, pelabuhan, kapal laut, toko emas dan mall. Penangkapan keenam pelaku belum lama ini tidak membuat anggota kelompok lain tiarap. Mereka tetap beroperasi di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Banjarmasin, dan lainnya.
Hal ini disampaikan salah satu mantan anggota Kelompok Banjarmasin yang meminta namanya untuk tidak dipublikasikan. Ia mengaku siap membuka kiprah kelompok Banjarmasin asalkan diberikan perlindungan. Ia mengaku khawatir akan keselamatannya jika identitasnya diketahui.
”Anggota Kelompok Banjarmasin ada 14 orang di mana sebagian besar masih memiliki hubungan kerabat. Di Kelurahan Magersari, keluarga ini memang sudah terkenal berprofesi seperti itu (mencuri-red),” kata dia.
Pria berusia 40 tahun ini mengaku sempat beberapa kali mengikuti aksi kelompok tersebut. Biasanya, ia ikut beraksi di luar wilayah Magelang. Kota yang dipilih sengaja yang jauh agar lebih mudah menghilangkan jejak. ”Saya sempat dekat keluarga itu sehingga punya akses ke dalam,” tambah dia, Jumat (25/11).
Menurutnya, anggota jaringan tersebut sebagian besar memang perempuan dan masih anggota keluarga sendiri. Organisasi perkumpulan copet ini memiliki ketua atau semacam koordinator yang dipanggil dengan sebutan kepala suku. Dulunya kepala suku tersebut dijabat oleh almarhum bapaknya Sulasiah, salah satu tersangka.
Setelah kepala suku meninggal, organisasi ini dikendalikan oleh orang dekat Sulasiah. Pimpinan jaringan itu hingga kini masih belum ditangkap. Demikian juga para joki yang selama ini berperan sebagai penunjuk jalan ke lokasi sasaran. ”Setiap kali beraksi selalu dibuat rencana matang,” tambah pria berkumis tipis ini.
Kelompok ini terorganisir rapi dan setiap anggota memiliki 'tupoksi' (tugas pokok dan fungsi) masing-masing. Mereka memainkan peran sesuai perintah kepala suku. Untuk menyamarkan aksinya, mereka tidak lupa mengenakan pakaian muslim sebagai samaran.
Setiap kali operasi, mereka bisa menghabiskan waktu hingga tiga minggu. Hal ini karena daya jelajah mereka sangat luas seperti Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Untuk mendukung aksi mereka, Kelompok Banjarmasin ini didukung tim yang bertugas mengantarkan, menunjukkan jalan, menjaga dan kemudian membawa pulang.
Sementara itu, penyidik Polres Magelang terus memperdalam perkara pencurian di Toko Mas Nori. Sejumlah fakta-fakta baru hasil keterangan tersangka, warga dan media massa menambah keyakinan polisi bahwa mereka juga terlibat dalam aksi kejahatan lainnya.
"Kami masih berusaha untuk mengembangkan kasus ini dan akan berkoordinasi dengan Polres-Polres lain yang dikabarkan pernah menangani kasus Sulasiah dkk. Kami akan koordinasi terus untuk mengungkap kasus ini,” kata Kapolres Magelang AKBP Guritno Wibowo, Jumat sore.
Sumber : SM ( MH Habib Shaleh / CN26 / JBSM )
Magelang & Kedu Hari Ini : 27 Nopember 2011
Magelang
-Enam Klub Adu Gengsi dalam Tidar Cup VII
-Dua Pelajar SMP Ditangkap Mencuri Sepeda
-Pemimpin Sindikat Pencuri Emas Magelang Belum Tertangkap
Temanggung
-Pendaki Gunung Sindoro diimbau tidak ke kawah
Purworejo
-Karamel Susu Kambing Khas Kaligesing
Magelang & Kedu Hari Ini : 27 Nopember 2011
Magelang
-Enam Klub Adu Gengsi dalam Tidar Cup VII
-Dua Pelajar SMP Ditangkap Mencuri Sepeda
-Pemimpin Sindikat Pencuri Emas Magelang Belum Tertangkap
Temanggung
-Pendaki Gunung Sindoro diimbau tidak ke kawah
Purworejo
-Karamel Susu Kambing Khas Kaligesing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar