KEBUMEN, suaramerdeka.com - Sebagian petani di daerah rendah memilih menunda menanam padi pada musim tanam (MT) I ini. Mundurnya masa tanam tersebut dikarenakan sawah mereka masih tergenang air.
Dari pantauan suaramerdeka.com, sawah yang tergenang air terjadi antara lain di sejumlah desa di Kecamatan Adimulyo, di Kecamatan Kuwarasan, dan Puring. Bahkan di Desa Purwodadi, Kuwarasan ketinggian air di persawahan mencapai 50 cm.
Kepala Desa Purwodadi, Aris Wijoyono mengatakan, kejadian sawah tergenang sudah terjadi setiap tahun. Petani juga tidak tahu berapa lama air akan surut. Pasalnya di kawasan tersebut tidak ada saluran pembuang.
Menurut dia, area persawahan di desanya yang tergenang air mencapai lebih dari 30 hektare. Celakanya, banjir juga menggenangi sawah yang sudah diolah bahkan sudah ditanami. Bahkan banjir menghancurkan lahan persemaian padi.
"Saya sendiri sering mengalami tanam ulang, karena bibit membusuk akibat kebanjiran," ujar Aris Wijoyono.
Menurut Aris, banjir di Desa Purwodadi akibat kiriman air dari daerah utara. Selain itu banjir juga disebabkan luapan air dari dua sungai yang mengapit desanya yakni Sungai Gombong dan Karangmalang.
Jika sudah banjir, genangan air di sawah tidak bisa kembali ke sungai karena dasar sungai hampir sama dengan lahan sawah. "Kami minta pemerintah melakukan normalisasi dan membuat tanggul yang tinggi agar Sugihwaras Kidul terbebas dari banjir," kata seorang petani setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar