TEMPO.CO , MAGELANG:- Sebanyak 20 perempuan yang berasal dari desa-desa wisata di sekitar Candi Borobudur selama sebulan ini dilatih ketrampilan membatik untuk mengembangkan potensi wisata kerajinan yang selama ini belum tersentuh di wilayah itu.
“Selama ini kerajinan batik memang belum tergarap dengan baik. Padahal itu potensi besar manakala banyak wisatan baik lokal dan asing yang sering menanyakannya ketika berkunjung” kata Camat Borobudur Arry Widinugroho kepada Tempo, Selasa 20 Desember 2011. Ini kemudian mendorong pihak kecamatan melakukan inventraisasi kepada warga khususnya kaum ibu di desa wisata sekitar yang berminat untuk belajar batik.
Pelatihan batik sendiri mulai diberikan sejak Senin 19 Desember 2011 dengan pemateri dari Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Harapan Bangsa Magelang. Saat ini, para ibu yang ikut berasal dari Desa Wisata Wanurejo yang dijadikan pilot project program pemngembangan batik ini.
“Tak hanya diajari seni membatik, para ibu juga nantinya diminta membentuk kelompok usaha bersama (KUB) agar memiliki organisasi yang lebih baik dan tertata dan mempermudah pemasaran batik itu” kata dia.
Selain menambah potensi desa wisata, dengan munculnya sentra kerajinan batik baru ini diharapkan juga membuat wisatawan khususnya asing dapat semakin memperlama kunjungan mereka ketika menyambangi kawasan Borobudur.
"Dengan lebih lama tinggal dan mempelajari serta melihat budaya apa yang dimiliki masyarakat sekitar maka akan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar juga," kata dia.
Kerajinan membatik ini, diproyeksikan menjadi magnet seperti bagaimana para wisatawan biasanya antusias untuk tinggal dan belajar soal cara menanam padi dan membajak sawah. Wanurejo sendiri selama ini dikenal dengan kerajinan tatah batu selain pertaniannya dan kuliner lokal khasnya.
Dikatakan Arry, saat ini pihaknya belum berfokus untuk menentukan ciri atau motif yang kelak akan dijadikan ikon dari batik tulis khas Borobudur. “Untuk motif khas yang akan dijadikna ikon itu akan dirembug nanti dengan para seniman dan tokoh setempat dulu untuk kesepakatan,” kata dia.
Yang terpenting bagi warga saat ini adalah memiliki bekal dulu dalam membatik. Disebutkan selama ini bicara cinderamata pakaian yang ada adalah kaus-kaus sablon bergambar Borobudur.
Sementara Kepala Desa Wanurejo, Umi Aminah menuturkan dengan pelatihan sampai pembentukan KUB, maka kegiatan difokuskan kea rah lebih professional berwujud home industri baru.
“ Wanurejo sendiri sudah terangkat sebagai desa wisata di Borobudur. Dengan adanya industri batik ini diharapkan semakin meningkatkan potensi dan kunjungan wisata,” kata dia.
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar