Magelang - Tim gabungan Balai Pengawasan Makanan dan Obat-obatan (BPOM) Jateng, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng dan Polda Jateng menggerebeg pabrik mi beromset besar di Magelang, Jateng. Pabrik mi basah yang dibuat menggunakan zat aditif seperti formalin, borax, tawas dan lainnya itu berada di Jalan Pajajaran Nomor 823 Kampung Tukangan Kulon RT01 RW 02, Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang.
Dalam penggerebegan Selasa (13/12/2011) ini tidak diperoleh keterangan dari tim gabungan. Beberapa petugas anggota tim tersebut berkilah akan memberikan keterangan kepada wartawan di Semarang.
Petugas usai menyita barang bukti tidak melakukan penahanan Suharyanto, pemilik pabrik. Namun hanya meminta surat pernyataan kepada pemilik pabrik mi yang sudah memasarkan produknya di seluruh wilayah Karisidenan Kedu (Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kebumen) ini.
“Kami tidak berwenang untuk mengeluarkan pernyataan. Keterangan akan kami sampaikan dalam jumpa pers di Semarang,”kata beberapa anggota tim.
Selain meminta keterangan kepada pemilik usaha dan para pekerja, tim menyita alat-alat yang digunakan untuk membuat mi, ratusan kilogram mi basah berformalin siap dipasarkan, bahan–bahan pembuat mi seperti tepung terigu serta tawas (zat penjernih air), satu jerigen formalin dan zat pewarna buatan.
Suharyanto (56) pemilik pabrik mengakui bahwa usaha yang dilakukannya tersebut memang menggunakan zat-zat berbahaya, seperti formalin, tawas, borax dan londho.
“Kami menggunakan formalin dan lainnya agar mi yang dijual bisa awet dan tidak mudah basi,” kata Suharyanto.
Suharyanto mengungkapkan usaha membuat mi basah tersebut dilakukan sejak empat tahun silam, dan baru dua tahun belakangan dirinya menggunakan bahan pengawet seperti formalin , tawas dan borax.
Suharyanto menambahkan mi-mi basah yang menggunakan bahan-bahan berbahaya tersebut selain di jual di seluruh Karisidenan Kedu juga dijual di pasar-pasar tradisional di Kota Magelang seperti di Pasar Rejowinangun, Kebonpolo, Tarumanegara dan lainnya.
Mi basah buatan Suharyanto tersebut juga sering digunakan para penjual bakso keliling sebagai racikan bakso. Dalam menjalankan usahanya tersebut, Suharyanto dibantu oleh enam orang pekerja.
Sedangkan dalam satu harinya , pabrik mi yang berada di perkampungan di sekitar Kawasan Pecinan Magelang tersebut, bisa menghasilkan mi basah sebanyak 3 ton lebih.
“Dalam seharinya mampu membuat mi sebanyak 25 karung dan satu karung mempunyai berat 15 kg,”ujar salah satu pegawai pabrik mi yang enggan disebutkan namanya.
(gah/gah)
Dalam penggerebegan Selasa (13/12/2011) ini tidak diperoleh keterangan dari tim gabungan. Beberapa petugas anggota tim tersebut berkilah akan memberikan keterangan kepada wartawan di Semarang.
Petugas usai menyita barang bukti tidak melakukan penahanan Suharyanto, pemilik pabrik. Namun hanya meminta surat pernyataan kepada pemilik pabrik mi yang sudah memasarkan produknya di seluruh wilayah Karisidenan Kedu (Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kebumen) ini.
“Kami tidak berwenang untuk mengeluarkan pernyataan. Keterangan akan kami sampaikan dalam jumpa pers di Semarang,”kata beberapa anggota tim.
Selain meminta keterangan kepada pemilik usaha dan para pekerja, tim menyita alat-alat yang digunakan untuk membuat mi, ratusan kilogram mi basah berformalin siap dipasarkan, bahan–bahan pembuat mi seperti tepung terigu serta tawas (zat penjernih air), satu jerigen formalin dan zat pewarna buatan.
Suharyanto (56) pemilik pabrik mengakui bahwa usaha yang dilakukannya tersebut memang menggunakan zat-zat berbahaya, seperti formalin, tawas, borax dan londho.
“Kami menggunakan formalin dan lainnya agar mi yang dijual bisa awet dan tidak mudah basi,” kata Suharyanto.
Suharyanto mengungkapkan usaha membuat mi basah tersebut dilakukan sejak empat tahun silam, dan baru dua tahun belakangan dirinya menggunakan bahan pengawet seperti formalin , tawas dan borax.
Suharyanto menambahkan mi-mi basah yang menggunakan bahan-bahan berbahaya tersebut selain di jual di seluruh Karisidenan Kedu juga dijual di pasar-pasar tradisional di Kota Magelang seperti di Pasar Rejowinangun, Kebonpolo, Tarumanegara dan lainnya.
Mi basah buatan Suharyanto tersebut juga sering digunakan para penjual bakso keliling sebagai racikan bakso. Dalam menjalankan usahanya tersebut, Suharyanto dibantu oleh enam orang pekerja.
Sedangkan dalam satu harinya , pabrik mi yang berada di perkampungan di sekitar Kawasan Pecinan Magelang tersebut, bisa menghasilkan mi basah sebanyak 3 ton lebih.
“Dalam seharinya mampu membuat mi sebanyak 25 karung dan satu karung mempunyai berat 15 kg,”ujar salah satu pegawai pabrik mi yang enggan disebutkan namanya.
(gah/gah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar