PURWOREJO, suaramerdeka.com – Perayaan malam Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kabupaten Purworejo berlangsung unik. Betapa tidak, khotbah Natal di gereja ini disampaikan lewat pementasan wayang kulit dengan lakon Tumuruning Wahyu Kayhuwanan Jati.
Pementasan wayang ini mengkolaborasikan Ki Dalang Pdt Lukas Eko Sukoco MTh dan Ki Dalang Pdt Petrus Mardiyanto. Pementasan itu juga dimeriahkan paguyuban seni karawitan Widodo Laras Plus, dipadu dengan Orkes Campursari Mitra Kasih.
“Khotbah Natal sengaja kami visualisasikan dengan pagelaran wayang kulit, karena di samping masih digemari masyarakat sekaligus upaya kami melestarikan budaya Jawa, juga olah rasa biar manusia bisa rumangsa,” kata Eko yang merupakan pendeta di gereja tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan Eko, cerita pewayangan yang versi lama bisa diperbaharui dan diselaraskan dengan kondisi sekarang. “Seperti dulu dilakukan Sunan Kalijaga, sangat hebat karena bisa menarik perhatian masyarakat,” jelasnya.
Dalam lakon Tumuruning Wahyu Kayhuwanan Jati yang merupakan ide cerita dari Lukas Eko Sukoco sendiri, mengisahkan turunnya manusia dari surga ke bumi akibat kesalahan Bapa Adam dan Ibu Hawa yang terkena godaan iblis dengan memakan buah larangan.
Namun karena maha kasihnya Tuhan, maka jika manusia bisa memperbaiki diri, menerima Wahyu Kayhuwanan Jati (sumber keselamatan yang sejati) maka akan mendapat pengampunan,” katanya.
Jatuhnya manusia dalam dosa, sambungnya, membawa kegembiraan bagi iblis sehingga mereka terus berupaya menggoda manusia agar semakin terpuruk dalam dosa dan tidak ada lagi yang masuk pintu pertobatan.
“Maka jika sekarang ini banyak terjadi berbagai bencana alam, kebejatan, korupsi dan lainnya, maka sejak zaman dulu kala memang sudah ada. Itu kesalahan kita semua, tinggal manusianya itu sendiri bisa menerima kehadiran Wahyu Kayhuwanan Jati atau tidak,” ujarnya.
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar