Tak hanya laptop, siswa SMK kini bisa membuat mobil! SMK Muhammadiyah Borobudur salah satunya. Memanfaatkan bahan impor dari China, produksi mobil yang diberi nama Esemka terus berlangsung.
M RONA ANGGIE, Magelang
“Baru kami SMK yang bisa membuat mobil. Lainnya, ada SMK di Solo dan Pati,” kata Kepala SMK Muhammadiyah Borobudur, Yitno SPd, menerangkan sekolah lain dekat kabupaten Magelang seperti Jogjakarta dan Semarang belum ada yang coba membuat mobil.
Saat peresmian gedung serbaguna Muhammadiyah, Minggu (5/12), mobil-mobil buatan pelajar dipamerkan di lapangan basket setempat. Para undangan, di antaranya Komisaris Utama Radar Cirebon HM Alwi Hamu dan Dirut Radar Cirebon Yanto S Utomo, antusias melihat detil bagian mobil.
Paling menarik perhatian mobil bakery, mobil box terbuka didesain khusus untuk penjualan roti. Bahkan mobil ini dilirik serius bos-bos Radar Cirebon Grup, karena bisa dimanfaatkan sebagai kendaraan pendukung siaran TV lokal milik Radar Cirebon Grup yang tersebar di banyak daerah hingga Magelang.
Jenis mobil Esemka lainnya, banyak menyerupai mobil sport dari merek ternama seperti Ford Everest, Suzuki New Grand Vitara dan Mitsubishi Estrada. Ada juga yang sudah beroperasi, dimanfaatkan sebagai mobil ambulance.
Yitno menjelaskan walau banyak yang berminat memesan mobil Esemka, pihaknya hingga kini masih fokus pada pembelajaran perakitan komponen mobil untuk siswa. “Belum untuk jual beli,” tegasnya.
Sukses produksi mobil di sana, bermula dari rencana kerja Direktorat Pendidikan SMK Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). SMK Muhammadiyah Borobudur dipilih sebagai salah satu sekolah di Indonesia yang berkesempatan mendapat kiriman impor komponen produksi mobil dari China. Dua orang guru SMK Muhammadiyah Borobudur kemudian dikirim ke pelatihan perakitan mobil di Cikampek. Dari guru tersebut, ilmu produksi mobil diserap siswa.
Bentuk body mobil, dijelaskan Yitno, serupa dengan mobil-mobil produksi China yang ada di jalanan negeri Tirai Bambu. SMK Muhammadiyah Borobudur menerima potongan body mobil untuk dirakit mengikuti buku petunjuk. Termasuk perakitan bagian mesin. Lama produksi satu unit mobil mencapai dua minggu. “Kalau di pabrik modern mobil ternama, satu menit bisa jadi tujuh unit mobil,” ujar Yitno membandingkan lama produksi mobil menggunakan sistem manual seperti dilakukan pelajar, dengan sistem pabrikasi.
Mobil Esemka bisa dipakai di jalanan. Namun pihak sekolah membatasi penggunaannya di sekitar kawasan wisata Borobudur. “Kalau mau dipakai muter-muter Borobudur saja bisa. Tapi kalau ke jalan raya utama, enggak enak sama pak polisi. Karena mobil ini belum ada lisensi resmi untuk beroperasi di jalanan umum Indonesia,” terang Kepala SMA Muhammadiyah Umi Khayah Rusiyanah SPd. Agar inovasi dan kreasi siswa memproduksi mobil terus berlangsung, Yitno menyebutkan, setelah satu mobil sukses dibuat, diperbolehkan membongkarnya kembali untuk membuat mobil baru.
Pada akhirnya, karena minat pelajar pada jurusan otomotif untuk bisa merakit mobil makin tinggi, sekolah mulai merasakan keterbatasan komponen pembuatan mobil. Upaya Direktorat Pendidikan SMK Depdiknas mengimpor kembali komponen dari China, terganjal birokrasi adiministrasi Bea Cukai.
Menurut Yitno, pihak Bea Cukai khawatir impor komponen mobil dimanfaatkan untuk menghasilkan mobil illegal alias bodong. “Padahal jelas ini untuk kepentingan pelajar kita, eh dipersulit,” tuturnya seraya mengungkapkan lewat proses alot akhirnya komponen impor itu bisa lepas dari tangan Bea Cukai dengan uang pelicin.
Semangat pelajar SMK Muhammadiyah Borobudur memproduksi mobil berkobar hebat. Kedatangan impor komponen yang baru dimanfaatkan untuk membuat “mahakarya” mobil bis panggung. “Belum pernah dengar kan,” tanya Yitno, memancing penasaran. “Kita akan buat mobil bis terbuka untuk bisa dijadikan panggung (hiburan, red).”
Digambarkan, jarak rentang antar roda bis sisi kiri dan kanan, sekitar 6-8 meter. Yitno menunjuk sebuah bangunan besar, depan gedung serbaguna. Di sana bengkel SMK, tempat pembuatan bis panggung. Yitno tak menargetkan kapan produk monumental itu bisa selesai. Pada letusan Merapi Oktober 2010 lalu, atap bengkel pernah rubuh di hantam hujan material vulkanik gunung Merapi. Kini, produk membanggakan akan lahir dari balik bengkel yang telah kembali tegak itu. (*)
Sumber : JPNN
M RONA ANGGIE, Magelang
-------------------------------------------------------------------------------------------
Real Smart ATM Machine
Full Otomatik, unik ! Dapatakan 2 x penjualan, setelah itu silahkan nganggur !!
Full Otomatik, unik ! Dapatakan 2 x penjualan, setelah itu silahkan nganggur !!
Sponsor
-------------------------------------------------------------------------------------------
SATU alasan positif sumbangan pembaca Radar Cirebon disampaikan ke kompleks perguruan Muhammadiyah Borobudur. SMK Muhammadiyah Borobudur memiliki prestasi gemilang. Sejak 2009, pelajar SMK di sana berhasil memproduksi mobil. Produk mereka telah mengikuti banyak pameran otomotif tingkat nasional. “Baru kami SMK yang bisa membuat mobil. Lainnya, ada SMK di Solo dan Pati,” kata Kepala SMK Muhammadiyah Borobudur, Yitno SPd, menerangkan sekolah lain dekat kabupaten Magelang seperti Jogjakarta dan Semarang belum ada yang coba membuat mobil.
Saat peresmian gedung serbaguna Muhammadiyah, Minggu (5/12), mobil-mobil buatan pelajar dipamerkan di lapangan basket setempat. Para undangan, di antaranya Komisaris Utama Radar Cirebon HM Alwi Hamu dan Dirut Radar Cirebon Yanto S Utomo, antusias melihat detil bagian mobil.
Paling menarik perhatian mobil bakery, mobil box terbuka didesain khusus untuk penjualan roti. Bahkan mobil ini dilirik serius bos-bos Radar Cirebon Grup, karena bisa dimanfaatkan sebagai kendaraan pendukung siaran TV lokal milik Radar Cirebon Grup yang tersebar di banyak daerah hingga Magelang.
Jenis mobil Esemka lainnya, banyak menyerupai mobil sport dari merek ternama seperti Ford Everest, Suzuki New Grand Vitara dan Mitsubishi Estrada. Ada juga yang sudah beroperasi, dimanfaatkan sebagai mobil ambulance.
Yitno menjelaskan walau banyak yang berminat memesan mobil Esemka, pihaknya hingga kini masih fokus pada pembelajaran perakitan komponen mobil untuk siswa. “Belum untuk jual beli,” tegasnya.
Sukses produksi mobil di sana, bermula dari rencana kerja Direktorat Pendidikan SMK Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). SMK Muhammadiyah Borobudur dipilih sebagai salah satu sekolah di Indonesia yang berkesempatan mendapat kiriman impor komponen produksi mobil dari China. Dua orang guru SMK Muhammadiyah Borobudur kemudian dikirim ke pelatihan perakitan mobil di Cikampek. Dari guru tersebut, ilmu produksi mobil diserap siswa.
Bentuk body mobil, dijelaskan Yitno, serupa dengan mobil-mobil produksi China yang ada di jalanan negeri Tirai Bambu. SMK Muhammadiyah Borobudur menerima potongan body mobil untuk dirakit mengikuti buku petunjuk. Termasuk perakitan bagian mesin. Lama produksi satu unit mobil mencapai dua minggu. “Kalau di pabrik modern mobil ternama, satu menit bisa jadi tujuh unit mobil,” ujar Yitno membandingkan lama produksi mobil menggunakan sistem manual seperti dilakukan pelajar, dengan sistem pabrikasi.
Mobil Esemka bisa dipakai di jalanan. Namun pihak sekolah membatasi penggunaannya di sekitar kawasan wisata Borobudur. “Kalau mau dipakai muter-muter Borobudur saja bisa. Tapi kalau ke jalan raya utama, enggak enak sama pak polisi. Karena mobil ini belum ada lisensi resmi untuk beroperasi di jalanan umum Indonesia,” terang Kepala SMA Muhammadiyah Umi Khayah Rusiyanah SPd. Agar inovasi dan kreasi siswa memproduksi mobil terus berlangsung, Yitno menyebutkan, setelah satu mobil sukses dibuat, diperbolehkan membongkarnya kembali untuk membuat mobil baru.
Pada akhirnya, karena minat pelajar pada jurusan otomotif untuk bisa merakit mobil makin tinggi, sekolah mulai merasakan keterbatasan komponen pembuatan mobil. Upaya Direktorat Pendidikan SMK Depdiknas mengimpor kembali komponen dari China, terganjal birokrasi adiministrasi Bea Cukai.
Menurut Yitno, pihak Bea Cukai khawatir impor komponen mobil dimanfaatkan untuk menghasilkan mobil illegal alias bodong. “Padahal jelas ini untuk kepentingan pelajar kita, eh dipersulit,” tuturnya seraya mengungkapkan lewat proses alot akhirnya komponen impor itu bisa lepas dari tangan Bea Cukai dengan uang pelicin.
Semangat pelajar SMK Muhammadiyah Borobudur memproduksi mobil berkobar hebat. Kedatangan impor komponen yang baru dimanfaatkan untuk membuat “mahakarya” mobil bis panggung. “Belum pernah dengar kan,” tanya Yitno, memancing penasaran. “Kita akan buat mobil bis terbuka untuk bisa dijadikan panggung (hiburan, red).”
Digambarkan, jarak rentang antar roda bis sisi kiri dan kanan, sekitar 6-8 meter. Yitno menunjuk sebuah bangunan besar, depan gedung serbaguna. Di sana bengkel SMK, tempat pembuatan bis panggung. Yitno tak menargetkan kapan produk monumental itu bisa selesai. Pada letusan Merapi Oktober 2010 lalu, atap bengkel pernah rubuh di hantam hujan material vulkanik gunung Merapi. Kini, produk membanggakan akan lahir dari balik bengkel yang telah kembali tegak itu. (*)
Sumber : JPNN
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar