Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan kekerasan di Bima sudah direncanakan. Koordinator Kontras, Haris Azhar, mengatakan sejumlah ambulans sudah disiapkan di sekitar Pelabuhan Sape yang menjadi tempat konflik. "Dari situ terlihat kekerasan yang terjadi sudah direncanakan," kata Haris di Jakarta, 3 Januari 2012.
Bukti lain kekerasan itu sudah direncanakan. Haris melanjutkan, Kepala Kepolisian Resor Bima langsung turun memimpin pasukan. Selain itu, ada fakta penggunaan senjata oleh petugas polisi di lapangan atas perintah Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat. "Tak hanya Brimob, tapi intel dansniper (penembak jitu) juga menggunakan senjata secara terbuka," katanya.
Kesimpulan ini berdasarkan investigasi yang digelar Kontras setelah kerusuhan di Bima terjadi pada 24 Desember lalu. Senada dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Kontras juga menyimpulkan konflik di Bima merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia. "Salah satu unsur penting dari pelanggaran hak asasi manusia berat adalah perencanaan sistematis," kata Haris.
Di sisi lain, para pengunjuk rasa sama sekali tak melawan polisi. Kontras mencatat ada 81 orang yang menjadi korban rusuh Bima. Dari jumlah itu, tiga di antaranya meninggal karena ditembak dengan jarak dekat, yaitu Arif Rahman, 18 tahun, Syaiful (17), dan Syarifudin (46)
Sumber : Tempo
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar