Ismail mengalami luka tembak di dada, tangan kanan, kaki kiri, dan kanan.
VIVAnews - Tiga orang korban tragedi Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat masih dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Bima. Mereka adalah M Ali (50), Ismail (55), dan Ridwansyah. Ketiganya mengalami luka tembak.
"M Ali yang beralamat di Desa Sumi, tertembak di bagian dada kanan bawah," ujar Ketua PDM Kabupaten Bima, Sirajuddin M Taher, dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews.com,Jumat 30 Desember 2011.
Ismail mengalami luka tembak yang lebih parah. Warga Desa Rato tertembak di dada, tangan kanan, kaki kiri, dan kanan. Sementara itu, Ridwansyah, warga Desa Sumi tertembak di paha atas kanan.
Berdasarkan data dari kepolisian, korban tewas akibat pembubaran oleh polisi sebanyak dua orang. Kemudian, dua orang dirawat di rumah sakit Mataram dan 8 orang di rumah sakit Bima. Luka ringan dan berobat jalan sebanyak 30 orang.
"M Ali yang beralamat di Desa Sumi, tertembak di bagian dada kanan bawah," ujar Ketua PDM Kabupaten Bima, Sirajuddin M Taher, dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews.com,Jumat 30 Desember 2011.
Ismail mengalami luka tembak yang lebih parah. Warga Desa Rato tertembak di dada, tangan kanan, kaki kiri, dan kanan. Sementara itu, Ridwansyah, warga Desa Sumi tertembak di paha atas kanan.
Berdasarkan data dari kepolisian, korban tewas akibat pembubaran oleh polisi sebanyak dua orang. Kemudian, dua orang dirawat di rumah sakit Mataram dan 8 orang di rumah sakit Bima. Luka ringan dan berobat jalan sebanyak 30 orang.
Unjuk rasa di Bima dipicu penolakan masyarakat setempat atas penerbitan SK 188 oleh bupati Bima. Massa menuntut agar bupati mencabut izin pertambangan yang dipegang salah satu perusahaan.
Bendera Setengah Tiang
Sementara itu, menyikapi pembubaran demonstrasi di Bima oleh polisi, Aliansi Rakyat Bergerak mengibarkan ratusan bendera setengah tiang di Kota Solo, hari ini.
Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap sikap represif polisi terhadap pengunjuk rasa. Selain kasus Bima, aksi ini juga sebagai bentuk keprihatinan terhadap kekerasan terhadap masyarakat di Mesuji.
Koordinator Aliansi Rakyat Bergerak, Mudrick SM Sangidoe, mengatakan, pengibaran bendera setengah tiang dilakukan di sejumlah sudut Kota Solo. Bahkan, kantor DPRD Kota Solo dan Pemkot Solo juga dipasang.
"Ini sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian bagi masyarakat yang tidak mendapatkan ketidakadilan," kata Mudrick yang juga tokoh Mega-Bintang di Bundaran Gladak Solo, Jumat, 30 Desember 2011.
Dengan aksi tersebut, dia menjelaskan, diharapkan bisa membangkitkan masyarakat untuk mendapatkan keadilan dari pemerintah. "Ini sebagai gerakan moral. Selama ini, penegakan hukum sangat lemah. Hukum hanya berpihak kepada penguasa dibandingkan rakyat. Seperti kasus Mesuji dan Bima," tuturnya.
Mudrick menyebutkan, jumlah bendera yang dipasang sebanyak 500 unit. Selain itu, gerakan pemasangan bendera sudah disosialisasikan kepada warga masyarakat. "Kalau ada yang mencopot bendera tersebut, artinya melawan rakyat," papar dia. (Laporan: Fajar Sodiq | Solo, art)
Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap sikap represif polisi terhadap pengunjuk rasa. Selain kasus Bima, aksi ini juga sebagai bentuk keprihatinan terhadap kekerasan terhadap masyarakat di Mesuji.
Koordinator Aliansi Rakyat Bergerak, Mudrick SM Sangidoe, mengatakan, pengibaran bendera setengah tiang dilakukan di sejumlah sudut Kota Solo. Bahkan, kantor DPRD Kota Solo dan Pemkot Solo juga dipasang.
"Ini sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian bagi masyarakat yang tidak mendapatkan ketidakadilan," kata Mudrick yang juga tokoh Mega-Bintang di Bundaran Gladak Solo, Jumat, 30 Desember 2011.
Dengan aksi tersebut, dia menjelaskan, diharapkan bisa membangkitkan masyarakat untuk mendapatkan keadilan dari pemerintah. "Ini sebagai gerakan moral. Selama ini, penegakan hukum sangat lemah. Hukum hanya berpihak kepada penguasa dibandingkan rakyat. Seperti kasus Mesuji dan Bima," tuturnya.
Mudrick menyebutkan, jumlah bendera yang dipasang sebanyak 500 unit. Selain itu, gerakan pemasangan bendera sudah disosialisasikan kepada warga masyarakat. "Kalau ada yang mencopot bendera tersebut, artinya melawan rakyat," papar dia. (Laporan: Fajar Sodiq | Solo, art)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar