---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 |
| Pasar Penampungan magelang |
MAGELANG- Sejumlah pedagang Pasar Rejoinangun Magelang berharap Pemkot Magelang memerhatikan kondisi pasar penampungan yang digunakan pedagang pasca terjadinya kebakaran pasar terbesar di Magelang pada 28 Juni 2008 silam.
Beberapa pedagang mengeluhkan kondisi bangunan pasar penampungan yang memprihatikan karena kondisinya semakin reot dan aus dimakan usia
Buntut dari kondisi itu membuat pedagang maupun pembeli tak nyaman.
“Tidak hanya basah, tapi juga banjir kalau hujan. Kan, repot kalau begini," keluh Mursinem pedagang konveksi Blok D kemarin (9/2).
Dari pengamatan koran ini, ada lima titik di blok D yang talang saluran airnya bocor. Begitu hujan tiba, para pedagang di dekat titik kebocoran bergegas memindahkan barang dagangannya. Bila tidak, akan basah terkena air. "Pernah mas, dagangannya saya di depan los ini basah semua. Itu gara-gara talangnya bocor," tutur Ari, pedagang lainnya
Untuk memperbaiki kebocoran, para pedagang mesti merogoh kocek sendiri. “ Sama anak saya, saluran airnya diperbaiki. Habisnya Rp 300 ribu, Ini bukan jumlah yang sedikit bagi saya karena dagangan kadang laku dan kadang tidak ,” tutur Waginah.
Mereka berharap agar Pemkot Magelang juga memperhatikan nasib mereka di pasar penampungan. "Mohonlah perhatikan kami-kami dipasar penampungan. Talangnya pada bocor,” lanjut Waginah. Keluhan senada disampaikan pedagang lainnya Damayanti.
Kondisi pegadang Pasar Rejoinangun masih dalam ketidakpasian.
Bila pedagang los telah mendapat kepastian karena APBD 2012 Kota Magelang mengucurkan anggaran Rp 30 miliar dan ditambah Rp 34.069.365.000 lagi ditahun 2013 untuk membangun kembali los-los yang terbakar.
Kondisi sebaliknya dialami 146 pedagang yang dulu berjualan di kios. Hingga sekarang belum bisa bersepakat dengan investor soal harga.
“Saat pertemuan minggu lalu di Aula Bappeda, investor menawarkan harga kios setelah diskon 20 persen antara Rp 120 juta - Rp 188 juta,” tutur Dharlin seorang pedagang pakaian.
Sedangkan kios yang berbentuk ruko mencapai Rp 650 juta, juga setelah didiskon 20 persen. “ Ini jelas tidak adil. Kami yang sama-sama korban kebakaran dengan pedagang di los, tetapi kini justru harus berurusan dengan investor yang memasang harga kios cukup tinggi. Pemerintah kok pilih kasih,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Bang Enek, mengemukakan pedagang di kios tidak ingin minta gratisan kepeda pemerintah. Hanya saja, mereka berharap pemkot bisa menekan investor agar harga kios yang ditawarkan ke pedagang jangan terlalu tinggi.
Dari harga Rp 120 juta – Rp 188 juta, dia minta diskon 50 persen.
Bila dihitung, kios seharga Rp 120 juta dengan ukuran Rp 3 X 4 meter, jatuhnya per meter persegi Rp 10 juta.
“Padahal kita kemampuannya ya hanya sekitar Rp 5 juta per meter persegi. Itupun sebenarnya cukup fantastis untuk harga sebuah kios,” katanya.
Kabag Humas Protokol dan Santel Setda Kota Magelang Bambang Suprawata, membenarkan bila belum ada kesepakatan harga kios Pasar Rejowinangun antara investor dengan pedagang korban kebakaran.
"Saat sosialisasi Jumat malam (3/2) lalu, di aula Bappeda. Harga yang ditawarkan oleh investor belum disepakti pedagang,” paparnya.
Untuk mencari titik temu, soal harga akan dibicarakan kembali oleh dua belah pihak dalam kesempatan mendatang. “Tapi kapan waktunya, saya kurang begitu paham," tandas Bambang.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar