---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MUNGKID - Cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir tidak hanya berdampak pada kerusakan infrastruktur, tapi juga menimbulkan ancaman berkurangnya produksi beras di Kabupaten Magelang. Pasalnya, banyak lahan pertanian yang tengah ditanami padi, rusak akibat lanjutan dari cuaca buruk tersebut.
“Angin kencang yang terjadi beberapa minggu terakhir, sangat mungkin menyebabkan penurunan hasil panen kali ini,” kata Srinami, seorang pengelola penggilingan padi di Kecamatan Sawangan Magelang baru-baru ini.
Pada kondisi normal, 1 kuintal gabah kering panen (GKP) mampu menghasilkan 54-55 kilogram (Kg) beras. Namun dengan kondisi alam sekarang, kemungkinan hanya menghasilkan sekitar 48-50 kg beras. “Tingginya intensitas hujan dan angin kencang menyebabkan banyak bunga rontok atau gagal berbuah. Banyak bulir-bulir padi yang kosong dan tidak terisi beras,” imbuh Sukadi, petani warga Sawangan.
Hal senada dikatakan Sabar (46), pedagang beras warga Mungkid. Banyaknya bulir yang gagal tersebut, mengakibatkan pasokan gabah hingga saat ini masih sulit didapat dan tidak bisa diperoleh setiap hari. “Biasanya, saya baru bisa mendapatkan pasokan gabah seminggu sekali,” ungkapnya.
Menurut Petugas Pengamat Hama Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Magelang, Pratondo, penurunan produksi beras di musim penghujan ini terjadi merata hampir di seluruh daerah. Selain cuaca, penurunan hasil panen kali ini juga disebabkan penyakit dan serangan tikus. “Di Kabupaten Magelang ini saja, serangan tikus merusak 159 hektare tanaman padi dan 1,1 hektare di antaranya puso. Serangan tikus menyebar di 12 kecamatan dan terjadi pada tanaman padi usia 30-120 hari,” terangnya.
Terpisah, Ketua Komisi B DPRD Bantul Sadji SPdI menyatakan, kenaikan harga pupuk urea sebesar 10% pada 1 Januari lalu harus diimbangi juga dengan kenaikan harga gabah. Apabila harga pupuk dan gabah tidak seimbang, akan merugikan. Komisi B DPRD Kabupaten Bantul juga mendesak pemerintah pusat untuk meninjau ulang pemberian izin produsen pupuk urea dalam menaikkan harga.
Dikatakan, kebijakan kenaikan harga pupuk anorganik sebenarnya merupakan alasan klasik yang sering dilakukan produsen pupuk menjelang isu kenaikan harga bahan bakar. “Kenaikan harga bahan bakar memicu kenaikan harga pupuk urea, karena produsen takut biaya produksi, transportasi serta bahan baku ikut-ikutan naik. Kalau sudah seperti ini, petani yang menjadi korban karena kenaikan harga pupuk tidak diimbangi kenaikan harga gabah. Penderitaan petani akan semakin besar ketika terjadi banjir yang menyebabkan gagal panen,” tegas Sadji.
Sadji menambahkan, selain tugas pemerintah pusat, kenaikan harga Urea juga hendaknya menjadi jalan bagi Pemkab Bantul untuk memberikan dukungan berupa motivasi atau material kepada petani atau pembuat pupuk organik.
“Bantuan itu bisa berupa pendampingan dan pemberian mesin pembuat pupuk organik dengan sistem pinjaman lunak dan sebagainya,” ujar Sadji.
Dijelaskan, dalam kasus ini peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempunyai solusi yang tegas. Ia kemudian mengusulkan adanya win-win solution antara pemerintah dengan produsen pupuk. “Misalnya kalau kenaikan dari Rp 1.600 menjadi Rp 1.800 ya bisa diambil jalan tengah naik Rp 1.700,” tambahnya.
Diakui Sadji, pupuk anorganik memang memiliki daya subur yang segera nampak dan memiliki peningkatan hasil yang cepat dan signifikan. Meski demikian, pupuk anorganik memiliki kelemahan yang berimbas mengurangi kesuburan tanah. Sedangkan pupuk organik sebaliknya, memiliki daya subur ke tanaman agak lambat namun efek kesuburan tanah lebih baik. “Meski harga pupuk secara resmi sudah dipublikasikan, tetapi bisa saja dicabut untuk kepentingan rakyat. Namun kendalanya apakah bisa pengusaha pupuk urea berlapang dada?” tanya Sadji.
Kepala Bagian Ekonomi Pembangunan Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Agus Warsito menyatakan, kenaikan harga pupuk harus diimbangi kenaikan harga gabah. Hingga saat ini petani masih keberatan dengan kenaikan harga pupuk meski hanya 10%.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Cuaca Buruk, Produksi Beras Menurun
-Penjualan Sepi, Harga Daging Stabil
-UM Magelang Gelar Baitul Arqom
-Puluhan Siswa Kesurupan Masal
-Ribuan Liter Miras Oplosan dan Ilegal Disita
-BPPD Kota Magelang Segera Dibentuk
-Hari Pers Nasional Ziarah ke Makam Wartawan
-Gedung 10 Lantai, Daya Tarik Baru Investasi
-Kupat tahu Pak Pangat di Magelang memang lezat
-Penjualan Sepi, Harga Daging Stabil
-UM Magelang Gelar Baitul Arqom
-Puluhan Siswa Kesurupan Masal
-Ribuan Liter Miras Oplosan dan Ilegal Disita
-BPPD Kota Magelang Segera Dibentuk
-Hari Pers Nasional Ziarah ke Makam Wartawan
-Gedung 10 Lantai, Daya Tarik Baru Investasi
-Kupat tahu Pak Pangat di Magelang memang lezat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar