-------------------------------------------------------------------------------------------
Sponsor
-------------------------------------------------------------------------------------------
Magelang - Puluhan warga Dusun Jagang Lor, Desa Jagang, Kecamatan Salam, Magelang, Jateng mendatangi kantor polisi. Mereka meminta pihak kepolisian untuk menghentikan penambangan yang menggunakan alat berat (eskavator) atau beghu yang diduga sebagai penambangan liar.
Selain itu, kedatangan mereka juga memprotes setelah adanya penganiayaan yang dilakukan empat orang preman terhadap dua warga yang berupaya menghentikan penambangan di bantaran Kali Krasak, Magelang.
Dua orang warga yang menjadi korban penganiayaan itu adalah Irfan Setiawan (14) dan Suprih (30) warga Desa Jagang Lor RT 03/ RW II, Desa Jagang, Kecamatan Salam, Magelang. Mereka menjadi korban pemukulan preman setelah berusaha menghentikan alat berat dengan cara menyita kunci dua eskavator.
Informasi yang dihimpun detikcom, Jumat (9/12/2011) upaya penambangan dengan menggunakan eskavator di tepi Kali Krasak terjadi sudah seminggu yang lalu. Ratusan warga sempat memprotes dan sampai hari ini belum juga dihentikan.
Selain membuat pendapatan penambang tradisional yang merupakan warga setempat, juga bisa mengakibatkan tebing Kali Krasak semakin melebar. Jika banjir lahar dingin menerjang di Kali Krasak maka warga sering mengalami kepanikan.
"Kami sudah meminta kepada Pak Kahono selaku kepala desa (kades) kami. Namun, pada kenyataanya kami setelah melakukan rembug desa belum juga dihentikan. Malahan mereka sengaja mengajak kucing-kucingan," jelas Ramhad Ketua RW II Desa Jagang saat ditemui detikcom di Kantor Polsek Salam, Magelang.
Rahmad menjelaskan warga sudah meminta kades untuk menghentikan penambangan tapi berkilah bahwa dua eskavator adalah milik Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) menormalisasi sungai.
"Saya sudah minta pak kades untuk menghentikan. Tetapi malah menjawab itu eskavator milik BBWSO. Yang punya gawe menempatkan beghu itu BBWSO. Namun, saat saya minta apakah ada surat penunjukan kerjanya (SPK) pak kades tidak bisa menunjukan,: ungkap Rahmad.
Selain itu, warga curiga karena menurut penjelasan dari BBWSO eskavator milik BBWSO menggunakan tanda khusus atau stiker dan selalu menambang di tengah-tengah alur Kali Krasak. Namun, dua eskavator ini menambang dipinggiran sungai.
Bahkan dalam waktu kurang dari tujuh hari tebing-tebing Kali Krasak yang ditepianya ada sekitar 400 warga desa semakin melebar. Sehingga warga khawatir jika terjadi banjir lahar dingin Merapi secara tiba-tiba menerjang.
Kapolsek Salam, AKP Ngadiso kepada detikcom menjelaskan kedatangan mereka selain meminta alat berat disingkirkan dari bantaran Kali Krasak juga akan melaporkan upaya penganiayaan.
Namun, sampai berita ini diturunkan kedua korban yang sudah menjalani visum et repertum di rumah sakit belum juga melaporkan tindakan penganiayaan yang dilakukan preman. Selain itu status dan keberadaan siapa pemilik alat berat sampai detik ini dari pengakuan pihak kepolisian belum jelas.
“Kami sebagai pihak kepolisian hanya sebagai mediator. Kalau mereka mau rembugan secara baik-baik silahkan. Bahkan kami sudah mendatangkan kades Kahono juga untuk mediasi. Tetapi sampai sekarang mereka menolak,” ujar Ngadiso.
Hingga pukul 18.50 WIB, puluhan warga bantaran Kali Krasak itu masih berada di Kantor Polsek Salam. Mereka hanya duduk-duduk sambil menunggu apakah mereka mau diajak berembug atau akan langsung melaporkan penganiayaan yang menimpa dua warga mereka.
(anw/anw)
Selain itu, kedatangan mereka juga memprotes setelah adanya penganiayaan yang dilakukan empat orang preman terhadap dua warga yang berupaya menghentikan penambangan di bantaran Kali Krasak, Magelang.
Dua orang warga yang menjadi korban penganiayaan itu adalah Irfan Setiawan (14) dan Suprih (30) warga Desa Jagang Lor RT 03/ RW II, Desa Jagang, Kecamatan Salam, Magelang. Mereka menjadi korban pemukulan preman setelah berusaha menghentikan alat berat dengan cara menyita kunci dua eskavator.
Informasi yang dihimpun detikcom, Jumat (9/12/2011) upaya penambangan dengan menggunakan eskavator di tepi Kali Krasak terjadi sudah seminggu yang lalu. Ratusan warga sempat memprotes dan sampai hari ini belum juga dihentikan.
Selain membuat pendapatan penambang tradisional yang merupakan warga setempat, juga bisa mengakibatkan tebing Kali Krasak semakin melebar. Jika banjir lahar dingin menerjang di Kali Krasak maka warga sering mengalami kepanikan.
"Kami sudah meminta kepada Pak Kahono selaku kepala desa (kades) kami. Namun, pada kenyataanya kami setelah melakukan rembug desa belum juga dihentikan. Malahan mereka sengaja mengajak kucing-kucingan," jelas Ramhad Ketua RW II Desa Jagang saat ditemui detikcom di Kantor Polsek Salam, Magelang.
Rahmad menjelaskan warga sudah meminta kades untuk menghentikan penambangan tapi berkilah bahwa dua eskavator adalah milik Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) menormalisasi sungai.
"Saya sudah minta pak kades untuk menghentikan. Tetapi malah menjawab itu eskavator milik BBWSO. Yang punya gawe menempatkan beghu itu BBWSO. Namun, saat saya minta apakah ada surat penunjukan kerjanya (SPK) pak kades tidak bisa menunjukan,: ungkap Rahmad.
Selain itu, warga curiga karena menurut penjelasan dari BBWSO eskavator milik BBWSO menggunakan tanda khusus atau stiker dan selalu menambang di tengah-tengah alur Kali Krasak. Namun, dua eskavator ini menambang dipinggiran sungai.
Bahkan dalam waktu kurang dari tujuh hari tebing-tebing Kali Krasak yang ditepianya ada sekitar 400 warga desa semakin melebar. Sehingga warga khawatir jika terjadi banjir lahar dingin Merapi secara tiba-tiba menerjang.
Kapolsek Salam, AKP Ngadiso kepada detikcom menjelaskan kedatangan mereka selain meminta alat berat disingkirkan dari bantaran Kali Krasak juga akan melaporkan upaya penganiayaan.
Namun, sampai berita ini diturunkan kedua korban yang sudah menjalani visum et repertum di rumah sakit belum juga melaporkan tindakan penganiayaan yang dilakukan preman. Selain itu status dan keberadaan siapa pemilik alat berat sampai detik ini dari pengakuan pihak kepolisian belum jelas.
“Kami sebagai pihak kepolisian hanya sebagai mediator. Kalau mereka mau rembugan secara baik-baik silahkan. Bahkan kami sudah mendatangkan kades Kahono juga untuk mediasi. Tetapi sampai sekarang mereka menolak,” ujar Ngadiso.
Hingga pukul 18.50 WIB, puluhan warga bantaran Kali Krasak itu masih berada di Kantor Polsek Salam. Mereka hanya duduk-duduk sambil menunggu apakah mereka mau diajak berembug atau akan langsung melaporkan penganiayaan yang menimpa dua warga mereka.
(anw/anw)
-------------------------------------------------------------------------------------------
TOP SECRET - AMALAN RAHASIA MUSLIM KAYA
PENTING
!!! Top Secret !!!. Inilah Informasi paling penting untuk kehidupan
anda. Jangan dilewatkan kerena informasi ini terlalu penting untuk
dilewatkan, tunda dulu yang lain !!! Masa depan anda ada disini,
siapapun anda !! Simpan informasi ini, suatu ketika anda membutuhkan. Klik Di Sini !
------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar