-------------------------------------------------------------------------------------------
Sponsor
-------------------------------------------------------------------------------------------
Magelang - Puluhan mahasiswa Singapura yang tergabung dalam Civil Defense Lion Hearts Club (CDLHC) meberikan pelatiah Early Warning Sistem (EWS) dan penangan korban bencana terhadap ratusan warga lereng Merapi, tepatnya di Desa Ngargosuko, Kecamatan Dukun, Magelang, Jateng.
Dua puluhan mahasiswa itu terdiri dari 18 relawan mahasiswa teknik dan dua relawan mahasiswa di bidang keperawatan (medis) dari Institut Of Technical Education East Singapura. Mereka mendatangi desa yang berada di radius lima kilometer dari puncak Merapi.
Didampingi oleh Singapore Civil Defere Force (SCD-Dinas Pemadam Kebakaran Singapura), mereka bermukim selama tujuh hari. Selama bermukim di lereng Merapi, selain melakukan upaya perbaikan jalur evakuasi mereka juga memberikan pelatihan-pelatihan.
Pelatihan itu berupa upaya penyelamatan dalam early warning system (EWS) seperti pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), pelatihan pemadaman kebarakan dan simulasi penanggulangan bencana erupsi Merapi.
"Selama tujuh hari ke depan kita akan memberikan materi yang terkait upaya penyelamatan korban bencana. Serta melakukan perbaikan fasilitas dan sarana guna menanggulangi bencana seperti perbaikan jalur evakuasi," tegas Fasilitator dan juga dosen dari ITE College Boo Wei Ping Jumat (9/12/2011).
Pelatihan ini tidak hanya ditujukan kepada warga masyarakat yang berusia dewasa saja. Namun, puluhan mahasiswa yang berstatus relawan bersama beberapa instruktur dari pemadam kebakaran juga memberikan pengajaran ke puluhan siswa SD Negeri Ngargomulyo tentang upaya penyelamatan dari bencana.
"Selain materi upaya penyelamatan bencana, metode penyelamatan dan pengungsian, pada 14 Desember besok juga akan melakukan simulasi bencana erupsi Merapi yang melibatkan sebanyak 250 warga Desa Ngargomulyo," jelas Wei Ping.
Mayor Bob Tan dari Singapore Civil Defense Force menyatakan upaya pengiriman relawan sebagai upaya meberikan ilmu soal upaya penyelamatan dari bencana juga sekaligus melatih relawan mereka.
“Sangat berbeda metode penyelamatan bencana di kami (Singapura) dan disini. Disini, banyak keluarga dengan kaerifan lokalnya sadar akan bahaya bencana teruatama erupsi gunung Merapi. Jadi selain memberikan pelatihan kita disini juga sekaligus belajar ketrampilan warga lereng Merapi yang rata-rata sudah sadar akan bahaya bencana letusan Merapi,” ungkap Wei Ping.
Shivasankar salah seorang relawan dari ITE College East jurusan keperawatan mengaku sangat senang bisa memberikan pelatihan kepada warga lereng Merapi. Sebab, selain baru pertama kalinya juga sangat takjub dan tertantang bermukim di lereng Merapi selama tujuh hari.
“Saya sangat senang bisa berinteraksi dengan warga lereng Merapi yang sadar akan bahaya bencana. Apalagi memberikan mereka pengetahuan soal perawatan medis pertama (P3K) kepada mereka,” ungkap Shivasankar.
Tan Huisi, salah seorang relawan mahasiswi dari School Of Enggineering Singapura merasa antusias dalam memberikan pelatihan. Selain warga yang ada di lereng Merapi memiliki keramahan yang sangat tinggi juga mudah dalam memberikan materi upaya penyelamatan pertama dari bencana.
Huisi juga sama, merasakan kekaguman warga lereng Merapi yang sudah mempunyai kesadaran sangat tinggi akan upaya penanganan bencana erupsi Merapi.
“Mereka sudah secara sadar bisa menempatkan diri mereka harus bagaimana apabila terjadi bencana. Berbeda dengan di negara kita jika bencana harus ada sebuah lembaga yang turun baru bergerak,” tambah Huisi.
(anw/anw)
Dua puluhan mahasiswa itu terdiri dari 18 relawan mahasiswa teknik dan dua relawan mahasiswa di bidang keperawatan (medis) dari Institut Of Technical Education East Singapura. Mereka mendatangi desa yang berada di radius lima kilometer dari puncak Merapi.
Didampingi oleh Singapore Civil Defere Force (SCD-Dinas Pemadam Kebakaran Singapura), mereka bermukim selama tujuh hari. Selama bermukim di lereng Merapi, selain melakukan upaya perbaikan jalur evakuasi mereka juga memberikan pelatihan-pelatihan.
Pelatihan itu berupa upaya penyelamatan dalam early warning system (EWS) seperti pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), pelatihan pemadaman kebarakan dan simulasi penanggulangan bencana erupsi Merapi.
"Selama tujuh hari ke depan kita akan memberikan materi yang terkait upaya penyelamatan korban bencana. Serta melakukan perbaikan fasilitas dan sarana guna menanggulangi bencana seperti perbaikan jalur evakuasi," tegas Fasilitator dan juga dosen dari ITE College Boo Wei Ping Jumat (9/12/2011).
Pelatihan ini tidak hanya ditujukan kepada warga masyarakat yang berusia dewasa saja. Namun, puluhan mahasiswa yang berstatus relawan bersama beberapa instruktur dari pemadam kebakaran juga memberikan pengajaran ke puluhan siswa SD Negeri Ngargomulyo tentang upaya penyelamatan dari bencana.
"Selain materi upaya penyelamatan bencana, metode penyelamatan dan pengungsian, pada 14 Desember besok juga akan melakukan simulasi bencana erupsi Merapi yang melibatkan sebanyak 250 warga Desa Ngargomulyo," jelas Wei Ping.
Mayor Bob Tan dari Singapore Civil Defense Force menyatakan upaya pengiriman relawan sebagai upaya meberikan ilmu soal upaya penyelamatan dari bencana juga sekaligus melatih relawan mereka.
“Sangat berbeda metode penyelamatan bencana di kami (Singapura) dan disini. Disini, banyak keluarga dengan kaerifan lokalnya sadar akan bahaya bencana teruatama erupsi gunung Merapi. Jadi selain memberikan pelatihan kita disini juga sekaligus belajar ketrampilan warga lereng Merapi yang rata-rata sudah sadar akan bahaya bencana letusan Merapi,” ungkap Wei Ping.
Shivasankar salah seorang relawan dari ITE College East jurusan keperawatan mengaku sangat senang bisa memberikan pelatihan kepada warga lereng Merapi. Sebab, selain baru pertama kalinya juga sangat takjub dan tertantang bermukim di lereng Merapi selama tujuh hari.
“Saya sangat senang bisa berinteraksi dengan warga lereng Merapi yang sadar akan bahaya bencana. Apalagi memberikan mereka pengetahuan soal perawatan medis pertama (P3K) kepada mereka,” ungkap Shivasankar.
Tan Huisi, salah seorang relawan mahasiswi dari School Of Enggineering Singapura merasa antusias dalam memberikan pelatihan. Selain warga yang ada di lereng Merapi memiliki keramahan yang sangat tinggi juga mudah dalam memberikan materi upaya penyelamatan pertama dari bencana.
Huisi juga sama, merasakan kekaguman warga lereng Merapi yang sudah mempunyai kesadaran sangat tinggi akan upaya penanganan bencana erupsi Merapi.
“Mereka sudah secara sadar bisa menempatkan diri mereka harus bagaimana apabila terjadi bencana. Berbeda dengan di negara kita jika bencana harus ada sebuah lembaga yang turun baru bergerak,” tambah Huisi.
(anw/anw)
-------------------------------------------------------------------------------------------
TOP SECRET - AMALAN RAHASIA MUSLIM KAYA
PENTING
!!! Top Secret !!!. Inilah Informasi paling penting untuk kehidupan
anda. Jangan dilewatkan kerena informasi ini terlalu penting untuk
dilewatkan, tunda dulu yang lain !!! Masa depan anda ada disini,
siapapun anda !! Simpan informasi ini, suatu ketika anda membutuhkan. Klik Di Sini !
------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar