"Di Bima, itu tolong disampaikan awalnya jangan ujungnya saja."
VIVAnews - Kepala Kepolisian RI, Jenderal Timur Pradopo mengatakan, rusuh yang terjadi di Pelabuhan Sape, Bima, Sabtu 24 Desember 2011, yang menewaskan setidaknya dua orang, adalah ujung atau akumulasi dari keadaan. Ia membantah ada salah prosedur.
"Yang ada di Bima itu kan ujungnya. Langkah-langkah preventif sudah dilakukan," kata Timur di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 30 Desember 2011.
Dia menjelaskan, polisi saat itu berniat ingin mengevakuasi warga yang menduduki Pelabuhan Sape. "Meski pelabuhan tidak beroperasi, juga mengganggu karena ada perayaan Natal, jadi dilakukan evakuasi," tambah dia.
Atas hilangnya sejumlah nyawa, Kapolri menambahkan, pihaknya akan melakukan penyelidikan. "Kami periksa saksi, pemeriksaan proyektil, otopsi mencari penyebab meninggalnya korban," ujar dia.
Termasuk, informasi yang mengatakan, korban meninggal 700-600 meter dari pelabuhan. Polri juga terbuka untuk diselidiki pihak luar, seperti Komnas HAM.
Untuk jumlah korban, Kapolri bersikukuh sebanyak dua orang, bukan tiga orang seperti versi warga. "Kalau yang meninggal dua, ya dua kami sebutkan. Yang kami sampaikan adalah fakta dan bisa dipertanggungjawabkan," kata dia.
Begitu juga di Mesuji. Kapolri mengatakan, keberadaan aparat polisi adalah mengamankan orang yang ada dalam ancaman. "Orangnya itu bawa senjata, sehingga dilumpuhkan, dilumpuhkan bukan berarti meninggal," kata dia. "Di Bima, itu tolong disampaikan awalnya jangan ujungnya saja."
Sebelumnya, salah satu aktivis yang mendampingi warga Bima saat mengadu ke Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat, Delian Lubis, mengatakan, saat membubarkan massa yang menduduki pelabuhan, Sabtu 24 Desember 2011, polisi sudah melakukan persiapan. "Di Sape itu bukan bentrok, ada persiapan sniper," kata dia, Kamis siang. Warga juga membawa video yang mengungkap dugaan keberadaan sniper.
Meski mengakui membawa senjata dan tombak saat berdemo, warga membantah itu digunakan untuk melawan polisi.
Kenapa parang? Karena petani di Bima identik dengan parang. Kenapa harus tombak? Karena di sana banyak babi. "Jangan dikira tombak ini untuk melawan, kalau untuk melawan pasti polisi ada yang luka juga," kata salah satu warga, Arif Kurniawan. (art)
"Yang ada di Bima itu kan ujungnya. Langkah-langkah preventif sudah dilakukan," kata Timur di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 30 Desember 2011.
Dia menjelaskan, polisi saat itu berniat ingin mengevakuasi warga yang menduduki Pelabuhan Sape. "Meski pelabuhan tidak beroperasi, juga mengganggu karena ada perayaan Natal, jadi dilakukan evakuasi," tambah dia.
Atas hilangnya sejumlah nyawa, Kapolri menambahkan, pihaknya akan melakukan penyelidikan. "Kami periksa saksi, pemeriksaan proyektil, otopsi mencari penyebab meninggalnya korban," ujar dia.
Termasuk, informasi yang mengatakan, korban meninggal 700-600 meter dari pelabuhan. Polri juga terbuka untuk diselidiki pihak luar, seperti Komnas HAM.
Untuk jumlah korban, Kapolri bersikukuh sebanyak dua orang, bukan tiga orang seperti versi warga. "Kalau yang meninggal dua, ya dua kami sebutkan. Yang kami sampaikan adalah fakta dan bisa dipertanggungjawabkan," kata dia.
Begitu juga di Mesuji. Kapolri mengatakan, keberadaan aparat polisi adalah mengamankan orang yang ada dalam ancaman. "Orangnya itu bawa senjata, sehingga dilumpuhkan, dilumpuhkan bukan berarti meninggal," kata dia. "Di Bima, itu tolong disampaikan awalnya jangan ujungnya saja."
Sebelumnya, salah satu aktivis yang mendampingi warga Bima saat mengadu ke Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat, Delian Lubis, mengatakan, saat membubarkan massa yang menduduki pelabuhan, Sabtu 24 Desember 2011, polisi sudah melakukan persiapan. "Di Sape itu bukan bentrok, ada persiapan sniper," kata dia, Kamis siang. Warga juga membawa video yang mengungkap dugaan keberadaan sniper.
Meski mengakui membawa senjata dan tombak saat berdemo, warga membantah itu digunakan untuk melawan polisi.
Kenapa parang? Karena petani di Bima identik dengan parang. Kenapa harus tombak? Karena di sana banyak babi. "Jangan dikira tombak ini untuk melawan, kalau untuk melawan pasti polisi ada yang luka juga," kata salah satu warga, Arif Kurniawan. (art)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca juga :
-Kapolri, Prosedur Polisi di Bima Tak Salah
-Alasan Kapolda NTB Soal Perintah Tembak di Bima
-Bupati Bima Janji pada Komnas HAM Akan Cabut Izin Tambang Emas
-Bentrok Bima : Polisi Periksa 52 Anggotanya
-Alasan Kapolda NTB Soal Perintah Tembak di Bima
-Bupati Bima Janji pada Komnas HAM Akan Cabut Izin Tambang Emas
-Bentrok Bima : Polisi Periksa 52 Anggotanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar