Metrotvnews.com, Mesuji:Sebanyak 1.100 kepala keluarga pengungsi kasus rebutan lahan di Mesuji, Lampung, hingga kini masih berada di tenda-tenda darurat. Dari pantauan Metro TV di lapangan, para pengungsi tersebut tidak bisa berlindung dari panas dan dinginnya cuaca. Apabila hujan, percikan air hujan dalam jumlah banyak juga masuk ke dalam tenda, yang rata-rata terbuat dari terpal tersebut.
Salah seorang pengungsi, Ibu Oni, mengaku, jika hujan dia dan anaknya yang masih balita harus kebasahan. Dengan beralaskan daun Ibu Oni dan ribuan pengungsi lainnya, harus mengalami nasib tak menentu.
"Karena kami terbiasa susah jadi ya kami tetap bertahan di tenda," ujarnya, seraya menambahkan, "Habis kalau mau pulang, pulang kemana?" tanyanya.
Sejauh ini, lanjut Ibu Oni, bantuan makanan diperolehnya dari pasar berupa sayuran. "Belum ada bantuan dari pemerintah," ujarnya lagi.
Menurut pengakuan Ibu Oni, dirinya menjadi korban sengketa tanah di Mesuji karena kepemilikan tanah yang tidak jelas. "Orangtua saya tidak bisa baca tulis," ujarnya. "Ayah saya membeli setengah hektare tanah dengan harga Rp6 juta."
Karena tidak bisa baca nulis itu, orang tua Ibu Oni hanya mendapatkan kartu kepemilikan tanah seukuran KTP, yang dikeluarkan DPD Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) tingkat Kabupaten Tulangbawang.
Ibu Oni berharap, keluarganya tidak ingin lagi kehujanan. Ibu Oni dan pengungsi lainnya berharap bisa makan, bekerja, dan kembali menyekolahkan anaknya. "Di pengungsian, sehari makan dua harinya tidak makan," ujar Ibu Oni lirih.(RIZ)
Salah seorang pengungsi, Ibu Oni, mengaku, jika hujan dia dan anaknya yang masih balita harus kebasahan. Dengan beralaskan daun Ibu Oni dan ribuan pengungsi lainnya, harus mengalami nasib tak menentu.
"Karena kami terbiasa susah jadi ya kami tetap bertahan di tenda," ujarnya, seraya menambahkan, "Habis kalau mau pulang, pulang kemana?" tanyanya.
Sejauh ini, lanjut Ibu Oni, bantuan makanan diperolehnya dari pasar berupa sayuran. "Belum ada bantuan dari pemerintah," ujarnya lagi.
Menurut pengakuan Ibu Oni, dirinya menjadi korban sengketa tanah di Mesuji karena kepemilikan tanah yang tidak jelas. "Orangtua saya tidak bisa baca tulis," ujarnya. "Ayah saya membeli setengah hektare tanah dengan harga Rp6 juta."
Karena tidak bisa baca nulis itu, orang tua Ibu Oni hanya mendapatkan kartu kepemilikan tanah seukuran KTP, yang dikeluarkan DPD Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) tingkat Kabupaten Tulangbawang.
Ibu Oni berharap, keluarganya tidak ingin lagi kehujanan. Ibu Oni dan pengungsi lainnya berharap bisa makan, bekerja, dan kembali menyekolahkan anaknya. "Di pengungsian, sehari makan dua harinya tidak makan," ujar Ibu Oni lirih.(RIZ)
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Baca Juga :
-Nasib Pengungsi Mesuji, Sehari Makan Dua Hari Puasa
-Warga Lampung Tuntut Saurip Kadi Minta Maaf
-Petani Mesuji Korban Penipuan Calo
-Gelar Doa Bersama
-Lahan Jadi Akar Sengketa
-Warga Lampung Tuntut Saurip Kadi Minta Maaf
-Petani Mesuji Korban Penipuan Calo
-Gelar Doa Bersama
-Lahan Jadi Akar Sengketa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar