---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PEMENTASAN wayang kulit pakeliran padat terus digelar Pondok Seni dan Budaya Boediardjo di Pondok Tingal Borobudur Magelang. Seperti dalam pementasan kemarin. Menurut Drs H Teguh Biantoro, Ketua Presidium Pondok Seni dan Budaya Boediardjo, pementasan tersebut merupakan yang ke-185. Menampilkan dalang Ki Margono SSn dari Surakarta yang merupakan lulusan ISI Surakarta jurusan Pedalangan, dengan lakon seri 'Makukuhan' dalam episode 'Prabu Watu Gunung Ngeraman'. Tak hanya masyarakat Magelang yang menyaksikan pergelaran ini, tetapi juga dari daerah lain seperti dari Cilacap dan Purworejo. Apalagi suasana di wilayah Borobudur cukup cerah. Dr Junaidi SKar MHum, juga dari Pondok Seni dan Budaya Boediardjo kepada KR di sela-sela pementasan mengatakan, ada pelajaran menarik yang dapat dipetik, yakni agar jangan sampai berbuat kesalahan, karena anak-turun nantinya juga akan ikut menanggung akibatnya. Watu Gunung merupakan sosok raja di suatu kerajaan, yang memperistri ibu, anak dan saudaranya sendiri akibat ketidaktahuannya. Ini terjadi lantaran kesalahan yang dibuat orangtua atau generasi sebelumnya, dan Watu Gunung terkena dampaknya. Setelah disadari, ibunya merasa bersalah. Untuk tidak memperlihatkan kesalahan tersebut, istri yang juga ibu kandung Watu Gunung minta dimadu bidadari. Ini hanya sebagai alat agar ia tidak diperistri anak kandungnya sendiri, meskipun ia sudah telanjur memiliki anak. Anaknya tersebut diberi nama 'Air yang Salah'. Karena rasa cintanya kepada istri, yang juga ibu kandungnya tersebut, permintaan agar dimadu bidadari tersebut dituruti. Watu Gunung kemudian mohon bidadari ke kahyangan. Dewa mempersilahkan, namun saatnya tidak sekarang, tetapi besok jika sudah berada di alam kelanggengan, mengingat bidadari merupakan makhluk halus, sedang Watu Gunung makhluk biasa. Kesempatan ini dimanfaatkan orang yang tidak senang kepada Watu Gunung untuk lampiaskan dendam, dengan memanas-manasi Watu Gunung agar keinginan memperistri bidadari cepat terlaksana dan Watu Gunung akan cepat pula lenyapnya. Karena didorong emosi, Watu Gunung minta bantuan kepada Batara Kala. Watu Gunung serta-merta menggerakkan pasukannya ke kahyangan untuk lakukan ngeraman atau memberontak.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar