MAGELANG - Keluhan dan komplain masyarakat dan LSM terkait proyek penataan kawasan alun-alun outside di Jalan Sigaluh mendapat tanggapan dewan. Bahkan anggota dewan yang melakukan peninjauan ke lokasi menemukan pengerjaan yang asal-asalan.
Peninjauan dilakukan anggota Komisi C DPRD Kota Magelang Edi Sutrisno di tengah pembahasan Raperda. Koran ini yang mengikuti peninjauan tersebut menemukan beberapa pekerjaan yang sempat dikeluhkan masyarakat. Dari bentuk atap yang terlalu terbuka sehingga gampang tampias, hingga kabel-kabel yang hanya diisolasi tanpa memperhatikan aspek keamanan.
Bukan hanya itu, Edi Sutrisno juga menemukan bentuk tiang yang tidak presisi dan finishing-nya yang jelek. Meski pekerjaan tersebut telah diserahterimakan, namun terlihat finishing dinding yang sudah njeblak.
Selain itu, juga ditemukan pipa buangan air yang hanya keluar di atas lantai. Sehingga kalau hujan turun, dipastikan akan terjadi banjir. Begitu juga letak stop kontak dan saklar listrik yang berada di tiang dikhawatirkan akan terkena air akibat atap seng yang bolong. Kondisi ini tentu rawan terjadi korsleiting. ”Kalau seperti ini ngawur. Besok, pemkot akan kita tegur," tandas Edy.
Edy menjelaskan, kawasan Sigaluh nantinya akan dijadikan sebagai salah satu pusat kuliner seperti di Jalan Daha. Untuk itu, pemkot membangun atap yang dimaksudkan untuk menambah kenyamanan pembeli sekaligus untuk mengganti tenda terpal PKL.
”Namun kalau seperti ini jelas tidak bisa dipakai, wong bentuk bangunanya saja seperti ini. Jika pemkot menerima pekerjaan seperti ini, berarti ada yang tidak beres," tegas Edy.
Sementara itu Tatang Sumarta, 54, pedagang ayam goreng, mengaku harus menambah penutup atap yang terlalu ndangak. ”Untuk pekerjaan ini, kami harus merogoh Rp 3 juta lebih. Belum dihitung biaya untuk mengecat dan membuat pembuangan air. Ya, total lebih dari Rp 5 juta. Mau bagaimana lagi, daripada tidak bisa digunakan,” jelasnya.
Sukiman, 57, salah satu penjual bakso di kawasan tersebut mengatakan bahwa setiap pedagang diberi tempat 6x2 meter. Namun untuk bisa berjualan di sana, dia harus mengeluarkan uang untuk melengkapi bangunan tersebut. Seperti menambah kanopi di depan bangunan dan menambah terpal untuk melindungi gerobaknya jika hujan datang. ”Untuk membuat ini (kanopi, Red) ya sekitar Rp 1,5 juta," terangnya.
Adanya pipa air yang keluar, selain bakal membuat banjir lantai juga tidak bisa dimanfaatkan pedagang untuk lesehan. Hal senada juga dilontarkan Ody, penjual mie ayam yang mengeluhkan atap yang bocor jika hujan datang.
Sementara itu Pemkot Magelang melalui Kabag Humas Santel Protokol Bambang Suprawata mengatakan, proyek tersebut dikerjakan oleh PT Eka Esti Utama Semarang dan telah diserahterimakan pada akhir Desember lalu. Namun hingga Juni 2012 proyek tersebut masih menjadi tanggungan rekanan karena masih dalam masa pemeliharaan. ”Jika ada apa-apa, itu masih tanggung jawab rekanan karena masih ada masa pemeliharaan hingga Juni nanti,” tandasnya.
Sumber : Suara Merdeka
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar