JAMU SESAK NAFAS, ASMA SEMBUH PERMANEN

Kabar gembira, Bagi anda atau saudara/teman anda yang menderita sesak napas,asma, karena merokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, InsyaAllah sembuh, 90 % pasien kami sembuh total, minimal bebas kertegantungan obat. Bagi anda yang ingin mencoba (sample gratis), SMS nama dan alamat , kirim ke 081392593617. Klik Disni

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 13 Agustus 2011

Orasi Batu di Museum Kali Wangsit

P RADITYA MAHENDRA YASA
Ilustrasi: Tari kuda lumping menjadi salah satu pengisi pagelaran seni Komunitas Lima Gunung di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (28/3). Pagelaran seni ini menjadi salah satu ajang ekspresi kesenian rakyat bagi warga lereng Gunung Andong, Merapi, Merbabu, Menoreh dan Sumbing. Para penampil tersebut sebagian besar merupakan petani dan buruh.
Marmujo berlalu lalang sambil menanyakan tempat mencari ilalang. Katanya, daun itu untuk menahan kucuran darah dari tangan kanan Arwanto yang terluka saat menatah batu di tepi alur Kali Pabelan Mati, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Tetesan darah membekas di batu berbentuk kotak, beberapa tetes lainnya menempel di gagang palu dan pahat yang digunakan lelaki muda seniman petani dari Gunung Merapi itu untuk membuat karya pahatnya.
Arwanto, beberapa saat usai Asar telah kembali lagi ke tempat yang oleh Komunitas Lima Gunung Magelang, Jawa Tengah itu disebut sebagai Museum Kali Wangsit, tak jauh dari panggung terbuka Studio Mendut.
Luka kecil yang mengakibatkan darah menetes terus dari tangan kanannya telah diperban oleh petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan, Kabupaten Magelang yang merawatnya.
Ia adalah bagian di antara sekitar 30 seniman petani anggota Komunitas Lima Gunung yang sedang memahat sebanyak 66 batu berasal dari beberapa tempat di alur Kali Pabelan dan Kali Putih. Batu-batu itu material yang terbawa banjir lahar secara intensif dari Gunung Merapi belum lama ini.
Suara batu yang ditatah terdengar berkecamuk bagaikan menimpali gemericik air dari alur Kali Pabelan Mati yang diduga bekas jalur banjir lahar Merapi pada masa lampau.
Ketika itu, mereka di bawah arahan seniman patung lereng Gunung Merapi, Ismanto, memahat dengan tatah dan palu atas puluhan batu yang masing-masing berbentuk kotak.
Bongkahan batu-batu itu tertata berderet memanjang sekitar 100 meter dari bawah tangga panggung alam Studio Mendut hingga Museum Kali Wangsit, di tepi sungai tersebut.
Berbagai relief sederhana tergambar dari tatahan mereka yang umumnya berlatar belakang seniman tari tradisional berasal dari desa-desa di lima gunung di Kabupaten Magelang yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Karya mereka antara lain berupa dedaunan, topeng, mobil, satwa, ornamen, tangan, dan kaki, serta karya simbolik lainnya.
Seorang seniman petani Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan di kawasan antara Gunung Merapi dengan Merbabu, Sujono, menatah batu di deretan terujung menghasilkan tulisan "Slamet" (Selamat, red.).
"Mereka bebas menorehkan karya di setiap batu. Dua hari terakhir mereka kerjakan. Sejak kemarin (11/4) mereka belajar membuat patung, memahat. Apapun karya mereka menjadi koleksi Museum Kali Wangsit," kata Ismanto.
Sejumlah patung telah bertengger di tempat yang sifatnya disebut oleh pemimpin tertinggi Komunitas Liga Gunung, Sutanto, sebagai "museum proses" yang dicanangkan pada awal Juli lalu, bertepatan dengan rangkaian Festival Lima Gunung 2011.
Beberapa patung itu antara lain berbentuk Dewi Tara, Ken Dedes, Ganesha, Katak, dan Semar menempati ruang alami dengan rerumputan, pepohonan, dan bebatuan lain yang masih berserakan di tepi sungai setempat.
Selama sebulan terakhir sejak "museum proses" itu dicanangkan, beberapa kelompok seniman telah menjalani proses eksplorasi di Museum Kali Wangsit antara lain belasan seniman petani Sanggar Saujana Keron berlatih tari dipimpin koreografer dan pengajar tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Eko Supendi.
Selain itu, tujuh mahasiswa berasal dari sejumlah program pendidikan di Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) Singapura dipimpin pengajar mereka yang juga koreografer dan pengajar tari klasik berasal dari India, Siri Rama, berkolaborasi olahgerak dengan lima seniman petani Komunitas Lima Gunung yang memainkan peran sebagai juru kunci Museum Kali Wangsit.
Telah singgah pula di tempat itu komponis berasal dari Kyoto, Jepang, Makoto Nomura dan Yoshimori Makoto untuk memainkan repertoar musik karya kontemporer dan improvisasi mereka menggunakan piano dan pianika, berkolaborasi dengan Sutanto Mendut, mengiring sajian gerak performa spontan sejumlah seniman Komunitas Lima Gunung seperti Djoko Widyanto, Arwanto, Parmadi, Kisut, Kipli, Wenti Nuryanti, Rahmad Murti Waskito, Ki Ipang, Ismanto, dan puluhan anak korban banjir lahar Merapi yang tergabung dalam grup Teater Anak Kali Magelang.
Selama dua hari terakhir, 11-12 Agustus 2011, puluhan seniman petani itu menjalani lokakarya patung di Museum Kali Wangsit sebagai bagian dari proses mereka berolahseni dan budaya, menggali inspirasi dan apresiasi gerakan kultural komunitas gunungnya.
Ismanto yang juga pemimpin grup Teater Gadung Mlati, Dusun Ngampel, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, di lereng barat daya puncak Merapi itu mengatakan, kalau mereka belajar membuat patung atau karya pahat batu saat ini bukan berarti mereka semua harus menjadi seniman patung.
"Tetapi ada kesadaran budaya untuk mereka menjalani proses berkomunitas dan berkesenian, memperkuat kesenian tradisional dan kontemporer desa serta gunung masing-masing melalui lokakarya patung ini" katanya.
Setiap tatah yang menyentuh batu untuk menghasilkan suatu bentuk, katanya, bagaikan gerak inspirasi setiap mereka dalam mengisi ruh untuk kekuatan karya masing-masing.
Setiap karya batu mereka, katanya, ibarat tebaran orasi atas makna hidup berkesenian dan berkebudayaan gunung yang telah mereka jalani dalam komunitasnya selama ini.
"Maksudnya semua yang telah meniti batu-batu bertatah ragam relief dan karya pahatan itu, semoga mendapatkan keselamatan," kata Sujono saat menjelaskan makna karya pahatnya bertulis "Slamet" itu.
Lain lagi dengan pemimpin komunitas Sanggar Wonoseni Bandongan, Ki Ipang yang membuat karya pahat berbentuk relief daun tembakau.
"Saat ini petani gunung di sini sedang musim panen tembakau, cuaca yang bagus, panenan semoga menggembirakan petani, dan karya ini menjadi kenangan musim yang tercatat di batu," katanya.
Puluhan batu kotak-kotak itu dipasang berderet, agaknya dengan sengaja ditata sebagai jalan setapak untuk dilalui siapa saja yang masuk Museum Kali Wangsit.
Karya pahat Jono "Slamet" terletak di salah satu ujung deretan batu, yang mengapit aliran kecil air dari tebing Museum Kali Wangsit itu menuju alur Kali Pabelan Mati itu, sedangkan karya pahat Ki Ipang "daun tembakau" di deretan batu kelima, di bawah tangga keluar panggung terbuka Studio Mendut.
Titian bebatuan berderet itu, kata Sutanto, mungkin menjadi ungkapan atas berbagai simbol betapa perjalanan hidup manusia penuh dengan liku-liku, namun harus terus ditapaki untuk mencapai suatu tujuan kebaikan.
Semua orang pasti ingin sejarah dinamika perjalanan hidup dan gerakan kulturalnya menjadi catatan penting atas usaha-usaha mendapatkan kebahagiaan dan bermanfaat untuk kepentingan kemajuan kemanusiaan kelak.
"Semoga memasuki ’museum proses’ ini, banyak pelajaran nilai budaya dan kehidupan desa serta gunung-gunung bisa diserap oleh siapa saja, apalagi oleh mereka yang selama ini ’serawung’ (bergaul, red) dan bersentuhan dengan lima gunung," katanya.
Dan kali ini, Komunitas Lima Gunung mencatatkan orasi mereka melalui pahatan batu-batu yang sebelumnya mengalir terbawa banjir lahar Gunung Merapi, hingga akhirnya bersemayam di Museum Kali Wangsit. 

Kabar gembira, Bagi Anda atau saudara Anda yang menderita asma, sesak napas karena rokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, Insya Allah sembuh, 90% pasien kami sembuh total, selebihnya bebas kertegantungan obat. Untuk Anda yang ingin mencoba (gratis), SMS nama dan alamat serta keluhan penyakit, kirim ke 081392593617  Kunjungi Website
 
Magelang Hari Ini :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Paling Meunguntungkan
Aduh maaak, terima kasih Tuhan, terima kasih webmaster. Saya bisa kuliahkan anak dan membantu biaya berobat ibu saya yg sakit dengan dana ini. Setelah itu saya betul2 percaya bahwa program bisnis ini bener2 bekerja. Sejak itu saya mulai aktif mempromosikan bisnis ini ke siapa saja, lewat email, milis, sms, dll. Sekarang hasilnya sudah lebih dari 500 juta masuk ke rekening bank saya. Sekali lagi terima kasih webmaster program 5 milyar
. Klik Disini

Salam, Bambang Widjatmoko, Surabaya (Kesaksian)

Informasi penting: Teknik Membeli Rumah Terbaik

Masukkan nama & email anda di sini dan dapatkan informasi properti diatas, GRATIS!

Nama:

Email:

Wirausaha Mobil Bekas Pasang Iklan Rumah Kontak Jodoh