JAMU SESAK NAFAS, ASMA SEMBUH PERMANEN

Kabar gembira, Bagi anda atau saudara/teman anda yang menderita sesak napas,asma, karena merokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, InsyaAllah sembuh, 90 % pasien kami sembuh total, minimal bebas kertegantungan obat. Bagi anda yang ingin mencoba (sample gratis), SMS nama dan alamat , kirim ke 081392593617. Klik Disni

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Senin, 19 September 2011

Magelang ; Getuk Magelang, Bertahan Tanpa Pengawet


PILIHAN makanan khas Magelang memang banyak. Mulai dari getuk, tape ketan, wajik salaman, hingga kerupuk tahu. Tapi getuklah yang kemudian sering dicari sebagai buah tangan khas Kota Harapan.
Tidak berlebihan karena meski dapat juga ditemui di kota lain, makanan berbahan ketela atau singkong (cassava) ini menjadi ikon Magelang dan sudah diakui masyarakat luas. Karena itu, kurang lengkap rasanya saat berkunjung ke Magelang tanpa membawa oleh-oleh getuk.
Hal itu disadari betul oleh para pengusaha getuk dan berupaya tetap mempertahankan kepopuleran tersebut. Banyak cara bisa dilakukan, mulai dari bertahan dengan konsep tradisional hingga dikemas semodern mungkin, sehingga tetap berdaya tarik.
Ketenaran getuk pun sangat berdampak positif bagi geliat ekonomi di Kota Magelang. Selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, hasil dari usaha yang masih tergolong UMKM tersebut juga meningkatkan daya saing ekonomi daerah.
Getuk Gondok, Pojok, Trio, Eco, dan Marem adalah sebagian perusahaan getuk yang masih eksis hingga kini. Kelimanya mewakili kategori getuk yang ada saat ini, yakni kemasan tradisional dan modern.
Sebelum terkenal seperti saat ini, getuk di Magelang memiliki sejarah tersendiri. Dari cerita yang berkembang, konon cikal bakal getuk Magelang sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Kala itu, seorang warga Desa Karet bernama Ali Mohtar memulai pertama kali membuat getuk.
Saat itu, beras merupakan barang langka dan hanya ketela atau singkong yang banyak terdapat di sekitar rumah dan dijual di pasar. Simbah Ali itulah yang kemudian mencoba mengolah ketela dengan cara dikukus, lalu dihaluskan dan dicampur gula.
”Konon dari sanalah getuk ini berasal. Tahun munculnya sendiri saya tidak tahu persis,” kata Hj Sri Rahayu (56).
Sri Rahayu merupakan generasi ketiga dari Ali Mohtar yang sampai kini masih meneruskan usaha getuknya yang bernama Getuk Gondok.
Dua Hari
Secara alami, proses produksi berkembang dari tradisional hingga modern. Pelaku usaha pun kian bertambah dengan tampilan bervariasi. Tidak kurang dari 13 pengusaha mengembangkan getuk termasuk yang terbaru, yakni Fiori Bakery yang mencetuskan Getuk Bollen.
Menariknya, hampir semua pengusaha tetap bertahan pada pembuatan getuk dengan bahan asli singkong dan tanpa bahan pengawet. Meski hanya bertahan 1-2 hari, justru hal ini merupakan kelebihan tersendiri dan menjadi daya tarik getuk Magelang. ”Dari awal sampai sekarang, kami berkomitmen tidak menggunakan bahan pengawet. Memang konsekuensinya, daya tahan produk singkat dan produksi standar saja,” kata Sri.
Herry Wijayanto (50), pemilik sekaligus produsen Getuk Trio mengemukakan hal senada. Sejak awal produksi tahun 1958 hingga sekarang, ia tetap bertahan tanpa bahan pengawet.
”Pakai pengawet bisa, tapi risikonya besar. Konsekuensinya memang getuk tidak awet, kecuali dibekukan (freezer) dan produksi segitu-gitu saja,” jelas pengusaha yang memproduksi sekitar 2-3 kuintal atau 100-150 bungkus per hari.
Di sisi lain, katanya, tanpa peng­awet justru menjadi keunggulan. Selain baik bagi kesehatan, konsumen yang ingin menikmati getuk harus datang langsung ke Magelang, karena daya tahannya yang singkat.
”Otomatis, kalau mereka datang ke sini, akan berimbas pada sektor usaha lain. Karenanya, pemasaran kami pun hanya di wilayah Magelang dan sekitarnya. Paling jauh di Jogja dan Semarang,” imbuhnya.
Menurut pemilik Getuk Eco, Ridwan Purnomo, untuk menda­patkan hasil terbaik meski tanpa pengawet, mulai dari pemilihan sing­kong sampai pengolahan harus dijaga. Singkong yang menjadi bahan dasar benar-benar merupakan pilihan terbaik.
”Yang bagus, usia singkong genap satu tahun. Kurang atau lebih dari satu tahun singkong kurang baik diolah menjadi getuk,” jelasnya yang memproduksi sekitar 2-3 kuintal per hari termasuk di saat libur Lebaran lalu.
Kepala Dinas Koperasi, Per­industrian, dan Perdagangan (Dis­koperindag) Kota Magelang, Drs RM Devananda MM me­ngutarakan, meski dari pemasaran tidak meluas sampai luar Magelang, tetapi keberadaan getuk sangat berarti bagi Kota Magelang. ”Berapa banyak kontribusi bagi ekonomi Magelang, memang belum terhitung. Tapi adanya getuk, sangat penting karena menjadi daya tarik, sehingga banyak wisatawan masuk ke Magelang,” terangnya.
Dikatakan, pihaknya pun senantiasa membantu para pengusaha getuk dalam pengembangan usaha mulai dari pembinaan, bantuan alat, hingga bantuan pengemasan dan pemasaran termasuk pameran.
”Sebanyak 30-an UMKM, termasuk getuk, sudah kami bina dan carikan mitra binaan dari perbankan. Sampai kini, lebih kurang sebanyak Rp 700 juta digelontorkan untuk pengembangan UMKM,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Paling Meunguntungkan
Aduh maaak, terima kasih Tuhan, terima kasih webmaster. Saya bisa kuliahkan anak dan membantu biaya berobat ibu saya yg sakit dengan dana ini. Setelah itu saya betul2 percaya bahwa program bisnis ini bener2 bekerja. Sejak itu saya mulai aktif mempromosikan bisnis ini ke siapa saja, lewat email, milis, sms, dll. Sekarang hasilnya sudah lebih dari 500 juta masuk ke rekening bank saya. Sekali lagi terima kasih webmaster program 5 milyar
. Klik Disini

Salam, Bambang Widjatmoko, Surabaya (Kesaksian)

Informasi penting: Teknik Membeli Rumah Terbaik

Masukkan nama & email anda di sini dan dapatkan informasi properti diatas, GRATIS!

Nama:

Email:

Wirausaha Mobil Bekas Pasang Iklan Rumah Kontak Jodoh