BANYUURIP - Upaya pemerintah Desa Triwarno, Kecamatan Banyuurip yang berhasil menggiatkan warganya memaksimalkan lahan bero selama musim kemarau berbuah manis. Dengan keberhasilan itu, Desa Triwarno kini menjadi pusat percontohan pemberdayaan tanah bero di Kecamatan Banyuurip. Kepala Desa Triwarno, W Subagyo mengungkapkan selama memimpin Triwarno dirinya telah berhasil membangunkan lahan bero dengan berbagai komoditas palawija. "Kerja keras kami akhirnya menuai hasil saat musim kemarau panjang dan kekeringan seperti saat ini, kami masih mampu membudidayakan semangka dan melon, dan kali ini kami kembali sukses melakukan panen raya jagung," ujarnya kemarin.
Dikatakan, petani kini tengah panen raya jagung jenis Tongkol besar (Tongbes 816). Lahan sawah seluas 12 hektare kini telah panen secara bersamaan. Tidak tanggung-tanggung satu hektare sawah yang dulu hanya dibiarkan bero kini bisa menghasilkan 7 ton jagung sekali panen.
Mulai penanaman hingga panen petani membutuhkan waktu tiga bulan. Seluas 12 hektare tanaman jagung ini milik 5 kelompok tani. "Dengan aktivitas warga selama musim kemarau seperti ini, terbukti mampu menggeliatkan kegiatan ekonomi, menekan angka kejahatan dan juga sangat menguntungkan petani dan budidaya jagung kali ini memang masih percobaan dan alhamdulillah memuaskan," katanya.
Harga jagung kini Rp 1.800 per kilogram pipil basah. Dengan produktivitas 7 ton per hektare petani kali ini menjualnya dengan sitem tebas di sawah hingga mampu mendapatkan laba kotor Rp 6 juta per hektare.
"Pembelinya datang sendiri dari Klaten, petani hanya menerima bersih. Jadi proses pemetikan hingga penggilingan dilakukan pembeli, jagung-jagung ini nantinya akan dijadikan bahan baku pakan ternak unggas di Klaten," terangnya.
Soal modal usaha, Subagyo menjelaskan, proses budidaya jagung di lahan bero hanya membutuhkan pasokan air yang cukup. Sementara produksinya tidak kalah dengan padi bahkan hasil jualnya bisa melebihi padi.
"Selama 3 bulan, dibutuhkan pengairan (leb) tujuh kali, menyedot sumur pantek yang tersebar di sekitar lahan. Satu lahan ada 3-4 sumur pantek. Jadi petani hanya mengupayakan pompanya. Untuk bibit dan pupuk tidak banyak mengeluarkan modal tak ubahnya seperti padi. Jadi kami bisa panen tanpa jeda kendati di daerah lain petani mengeluhkan kemarau," bebernya.
Dijelaskan, seluas 130 hektare lahan di Desa Triwarno kini sudah tidak ada lagi yang diberokan. Padahal sebelumnya lahan-lahan di desa setempat lazim diberokan selama 5-6 bulan selama kemarau.
"Berkat kegigihan para petani, PPL dan dukungan pemerintah desa, petani kini bisa menangguk untung di musim kemarau. Hingga dengan itu desa kami dijadikan semacam pusat pemberdayaan lahan bero di Kecamatan Banyuurip," katanya bangga.
Sementara itu, panen raya jagung di Desa Triwarno Rabu (12/10) dihadiri Plt Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, Kepala Ketahanan Pangan Ir Suhardiyanto, Camat Banyuurip, dan sejumlah PPL yang bertugas membimbing dan memantau desa tersebut.
"Kami bangga dengan hasil yang diperoleh petani Triwarno. Kegigihan petani setempat bisa menjadi contoh wilayah lainnya. Desa Triwarno bisa membuktikan pengelolaan lahan bero ini dengan maksimal. Pemda sangat mendukung upaya ini, dan Desa Triwarno pantas diprioritaskan untuk dukungan berupa bantuan pertanian, karena hasilnya nyata," tandas Tri Handoyo. (tom)
Magelang Hari Ini : 14 Oktober 2011
-Panen Raya di Musim Kemarau
-Ketua Tim Dilaporkan ke Polisi
-Harga Beras Tembus Rp 8.600 Per kg
-Heri Balas Melapor
-Rumah Warga Magelang Dirusak Massa
-Vanessa Mae Bakal Manggung di Borobudur
Dikatakan, petani kini tengah panen raya jagung jenis Tongkol besar (Tongbes 816). Lahan sawah seluas 12 hektare kini telah panen secara bersamaan. Tidak tanggung-tanggung satu hektare sawah yang dulu hanya dibiarkan bero kini bisa menghasilkan 7 ton jagung sekali panen.
Mulai penanaman hingga panen petani membutuhkan waktu tiga bulan. Seluas 12 hektare tanaman jagung ini milik 5 kelompok tani. "Dengan aktivitas warga selama musim kemarau seperti ini, terbukti mampu menggeliatkan kegiatan ekonomi, menekan angka kejahatan dan juga sangat menguntungkan petani dan budidaya jagung kali ini memang masih percobaan dan alhamdulillah memuaskan," katanya.
Harga jagung kini Rp 1.800 per kilogram pipil basah. Dengan produktivitas 7 ton per hektare petani kali ini menjualnya dengan sitem tebas di sawah hingga mampu mendapatkan laba kotor Rp 6 juta per hektare.
"Pembelinya datang sendiri dari Klaten, petani hanya menerima bersih. Jadi proses pemetikan hingga penggilingan dilakukan pembeli, jagung-jagung ini nantinya akan dijadikan bahan baku pakan ternak unggas di Klaten," terangnya.
Soal modal usaha, Subagyo menjelaskan, proses budidaya jagung di lahan bero hanya membutuhkan pasokan air yang cukup. Sementara produksinya tidak kalah dengan padi bahkan hasil jualnya bisa melebihi padi.
"Selama 3 bulan, dibutuhkan pengairan (leb) tujuh kali, menyedot sumur pantek yang tersebar di sekitar lahan. Satu lahan ada 3-4 sumur pantek. Jadi petani hanya mengupayakan pompanya. Untuk bibit dan pupuk tidak banyak mengeluarkan modal tak ubahnya seperti padi. Jadi kami bisa panen tanpa jeda kendati di daerah lain petani mengeluhkan kemarau," bebernya.
Dijelaskan, seluas 130 hektare lahan di Desa Triwarno kini sudah tidak ada lagi yang diberokan. Padahal sebelumnya lahan-lahan di desa setempat lazim diberokan selama 5-6 bulan selama kemarau.
"Berkat kegigihan para petani, PPL dan dukungan pemerintah desa, petani kini bisa menangguk untung di musim kemarau. Hingga dengan itu desa kami dijadikan semacam pusat pemberdayaan lahan bero di Kecamatan Banyuurip," katanya bangga.
Sementara itu, panen raya jagung di Desa Triwarno Rabu (12/10) dihadiri Plt Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, Kepala Ketahanan Pangan Ir Suhardiyanto, Camat Banyuurip, dan sejumlah PPL yang bertugas membimbing dan memantau desa tersebut.
"Kami bangga dengan hasil yang diperoleh petani Triwarno. Kegigihan petani setempat bisa menjadi contoh wilayah lainnya. Desa Triwarno bisa membuktikan pengelolaan lahan bero ini dengan maksimal. Pemda sangat mendukung upaya ini, dan Desa Triwarno pantas diprioritaskan untuk dukungan berupa bantuan pertanian, karena hasilnya nyata," tandas Tri Handoyo. (tom)
Magelang Hari Ini : 14 Oktober 2011
-Panen Raya di Musim Kemarau
-Ketua Tim Dilaporkan ke Polisi
-Harga Beras Tembus Rp 8.600 Per kg
-Heri Balas Melapor
-Rumah Warga Magelang Dirusak Massa
-Vanessa Mae Bakal Manggung di Borobudur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar