Magelang, CyberNews. Musim kemarau mulai berdampak terhadap pasokan beras di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Magelang. Jumlah petani yang panen semakin sedkit sehingga harga beras terus merambat naik.
Dari pantauan di Pasar Muntilan beras IR 64 dijual dengan harga eceran sekitar Rp 8.600 per kg. Padahal sebulan lalu harga beras masih di kisaran Rp 7.500-Rp 8.000 per kg. Kenaikan harga beras ini bisa terus berlangsung selama petani belum memasuki masa panen.
"Harga beras terus bertambah. Setiap minggu terjadi kenaikan harga beras antara Rp 100-200 per kg. Ini karena petani di sekitar Kecamatan Salam, Ngluwar, dan Muntilan tidak ada yang panen. Banyak lahan kekeringan," kata Istikomah, salah satu pedagang.
Menurut Halim, salah seorang pedagang beras di Pasar Payaman, Kecamatan Secang, kenaikan beras mulai terjadi sejak bulan Ramadhan lalu. Sehabis Lebaran harga beras semakin menggila sehingga menembus angka Rp 8.600 per kg.
Harga tersebut tergolong tinggi mengingat sebelumnya harga beras hanya berkisar di angka Rp 6.500-Rp 7.000 per kg. Diperkirakan harga beras akan terus naik sampai awal tahun 2012. Pasalnya, selama belum turun hujan petani tidak bisa menanam padi.
"Sekarang sudah bulan Oktober namun belum turun hujan. Padahal selama hujan belum turun petani belum bisa memulai tanam padi. Padi sendiri baru bisa dipanen sekitar 4 bulan. kami khawatir harga beras terus naik,” ujarnya, hari ini.
Kenaikan harga beras ini juga diikuti naiknya harga jual gabah kering panen (GKP). Saat ini gabah kering berkisar antara Rp 4.400-Rp4.800 per kg. Angka ini jauh berada di atas patokan harga pembelian pemerintah (HPP) yang hanya
sebesar Rp 3.100 per kilogram (kg).
sebesar Rp 3.100 per kilogram (kg).
Sudah harga mahal saat ini terbilang susah mencari gabah dan beras di pasaran. Sejumlah sentra penghasil padi di Kecamatan Ngluwar dan Muntilan gabah cukup sulit ditemukan. Kalaupun ada jumlahnya sedikit dan harganya terus membumbung tinggi.
"Jarang ada yang panen jadi sulit mencari gabah dan beras. Karena panen hanya sedikit biasanya petani lebih memilih menyimpan gabah ketimbang dijual. Mereka mengantisipasi kemungkinan kelangkaan pangan," kata Sudarmaji, warga Ngluwar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar