Magelang, CyberNews. Bronjong kawat yang dipasang di tebing kanan-kiri sungai-sungai yang berhulu di kaki Gunung Merapi, dinilai tidak efektif. Karena diterjang banjir lahar sekali, sudah ambrol dan hanyut.
“Padahal banjir lahar yang telah terjadi tergolong belum besar,” kata Suharno SSos, anggota DPRD Kabupaten Magelang, dari PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama), Rabu (16/11).
Ambrolnya bronjong batu di sejumlah titik, menimbulkan keprihatian banyak pihak. Karena kerusakan bangunan penguat tebing sungai itu dapat menjadi ancaman serius bagi keselamatan warga sekitar bantaran sungai.
Rusaknya bronjong di sejumlah titik alur sungai tersebut diduga akibat kesalahan teknis pemasangan. Hal itu berpengaruh terhadap kualitas bangunan menjadi kurang baik. Terbukti tidak mampu menahan arus banjir.
Bronjong hanya diletakkan di atas material yang sudah ada. Tidak ada penggalian, agar bronjong bisa tertanam kuat. Lagi pula, posisinya tidak searah dengan alur sungai.
Menurut dia, pemasangan bronjong begitu model menjadikan rentan ambrol saat diterjang derasnya arus banjir lahar, dan sebagian material isi bronjong hanyut.
Sebagian batu lainnya ditengarai diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Seperti diberitakan 25/10, bronjong-bronjong tersebut dipasang oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Yogyakarta. Nilai proyek itu puluhan miliar rupiah.Merujuk aspirasi yang diserap dari kalangan masyarakat, menurut Suharno, bronjong mestinya dipasang searah alur sungai dan ditanam dalam tanah galian.
Pemasangan ditata secara bertrap (berundak), sehingga lebih kuat menahan arus banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar