------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Para nelayan di Pantai Jatimalang Kecamatan Purwodadi telah menghitung, jika kenaikan bensin dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter akan meningkatkan biaya operaional hingga 50 persen. "Biasanya sekali melaut menggunakan perahu kecil dengan dua awak kapal modalnya kurang lebih Rp 200.000, jika jadi naik, harus keluar uang sampai Rp 300.000," ujar Suharto (50) nelayan setempat.
Menurut dia, biaya operasional sebesar itu bisa ditutup jika nelayan tengah panen ikan ekspor seperti bawal, tengiri dan udang lobster. Jika tidak nelayan harus mendapat tangkapan minimal 40 kilogram sekali melaut.
Namun, kondisi laut kerap berubah serta datangnya musim paceklik membuat hasil tangkapan nelayan Jatimalang tidak menentu. Selain itu, minimnya peralatan membuat nelayan tidak bisa menangkap komoditas lain seperti tuna yang harganya tinggi di pasar luar negeri.
Yudi (40), nelayan di pantai Keburuhan Kecamatan Ngombol mengungkapkan, selama tahun 2012 nelayan memang belum mengalami paceklik dan beberapa jenis ikan masih mudah ditangkap, termasuk udang lobster dan bawal. Namun, laut kerap berubah dan setiap tahun dipastikan ada kurang lebih tiga bulan masa paceklik ikan.
Meski demikian, ia mengaku pasrah jika pemerintah jadi menerapkan kebijakan itu. Yudi dan puluhan nelayan di Keburuhan tetap beraktivitas dengan 13 perahu, namun jika paceklik, mereka akan beralih profesi menjadi buruh tani atau bangunan. "Kalau kenaikan BBM hasilnya selalu minus, buat apa kami melaut. Lebih baik kerja di sawah," ucapnya.
Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Jatimalang Sutaryo (39) menambahkan, selain untuk bahan bakar, nelayan juga harus mengeluarkan biaya pokok lain seperti mengganti jaring dan perawatan perahu atau mesin. Setiap tim nelayan, memiliki kurang lebih 70 jaring yang harganya mencapai Rp 70.000 per buah.
Setiap bulan, mereka harus mengganti antara tiga hingga lima kali karena jaring rusak tersangkut karang dan sampah. "Jika ganti total tiga kali dalam sebulan, harus mengeluarkan biaya Rp 14 juta, atau kalau dananya minim, nelayan hanya membersihkan sampah pada jaring kemudian menggunakannya meski rusak. Memang biaya bisa kembali ketika panen ikan, namun tidak dapat dipastikan," tandasnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Rencana Kenaikan BBM Resahkan Nelayan
-Ratusan Siswa SMAN Purworejo Saksikan Atraksi Ular
-Ribuan Warga Purworejo Jadi TKI Ilegal di Malaysia
-Kecelakaan, 4 Kendaran Rusak, 9 Orang Luka
-PROFESI BIDAN JANJIKAN KEMANDIRIAN
-Banyak Jajanan Mengandung Zat Berbahaya
-Uang yang Digelapkan Ustadzah Diduga Capai Miliaran
-Tuntut Kebebasan Pers, Belasan Wartawan Unjuk Rasa ke Mapolres
-P DAN K PURWOREJO MELARANG PUNGUTAN SPP
-Stasiun Purworejo Disulap Jadi Destinasi Wisata
-Ratusan Siswa SMAN Purworejo Saksikan Atraksi Ular
-Ribuan Warga Purworejo Jadi TKI Ilegal di Malaysia
-Kecelakaan, 4 Kendaran Rusak, 9 Orang Luka
-PROFESI BIDAN JANJIKAN KEMANDIRIAN
-Banyak Jajanan Mengandung Zat Berbahaya
-Uang yang Digelapkan Ustadzah Diduga Capai Miliaran
-Tuntut Kebebasan Pers, Belasan Wartawan Unjuk Rasa ke Mapolres
-P DAN K PURWOREJO MELARANG PUNGUTAN SPP
-Stasiun Purworejo Disulap Jadi Destinasi Wisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar