---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PURWOREJO - Pengikisan dinding muara Sungai Bogowonto di Desa Jogoboyo, Purwodadi, Purworejo, semakin luas. Kondisi itu tidak hanya dipicu pergerakan arus sungai yang mendesak sisi barat wilayah Purworejo, juga karena gelombang pasang air laut ke lahan pertanian akibat cuaca buruk dalam sepekan terakhir.
Kondisi terparah terjadi di sekitar pintu muara ujung selatan Desa Jogoboyo, sekitar 30 meter dari bibir pantai. Kawasan itu sangat empuk dihajar abrasi, karena tidak ada batu penahan arus di dinding sungai.
Lahan sawah milik warga terus menyusut rata-rata dua sampai tiga meter dalam sebulan. ”Tanah saya yang hilang sudah mencapai satu setengah hektare. Semua kini telah berubah menjadi sungai,” ungkap Surit, 40, warga Dusun Semanggi RT 02 RW 02, Jogoboyo, Senin (9/4).
Menurut Surit, selama tiga hari terakhir ketinggian air laut mencapai enam meter. Mengakibatkan air asin masuk ke lahan pertanian warga. Namun, sebagian petani masih bersyukur lantaran sebagian padi sudah selesai panen.
”Kalau di sini istilahnya bukan intrusi (air laut yang merembes ke sawah, Red) namun karena kejadian rob (air laut pasang, Red) saat cuaca buruk saja. Jika tanaman padi masih ada, pasti akan rusak kendati hanya terkena rob. Tanaman akan mati dan biji padi biasanya gabuk tak berisi,” bebernya.
Warga lain, Suratmanto, 48, menambahkan, fenomena naiknya gelombang air laut hingga menyentuh lahan pertanian biasa terjadi setiap tahun. Hanya saja, untuk ini cukup terasa dampaknya di sektor pertanian.
”Selain memakan tanah di dekat muara sungai, petak sawah yang sempat terkena air asin menjadi sulit diolah. Seperti daerah lain, awal bulan ini sebetulnya sudah memulai musim tanam ke dua. Namun petani disini memilih rehat bercocok tanam sementara waktu, kerena lahan masih tercemar air asin,” tambah Suratmanto.
Monil, 38, juga mengungkapkan hal senada. Warga tak bisa berbuat banyak menghadapi fenomena ini. ”Lahan saya kini hanya tinggal sepertiga dari total sawah yang saya miliki. Sisanya hampir satu hektar lebih telah lenyap menjadi sungai,” keluhnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar