---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SUGIYANTO memberikan kunci hidup. Bekerja keras disertai doa, akan memberikan suatu kelebihan yang tidak dimiliki manusia lain. Ia memang tidak mampu melihat, namun justru memiliki keahlian memperbaiki barang elektronik hanya dengan meraba.
”Saya melihat dengan mata batin. Mata saya tidak normal dan tak bisa melihat. Resepnya, jangan lelah dan menyerah, terus belajar dan belajar,,” ujarnya saat ditemui di rumah sekaligus bengkel kerjanya kemarin (17/4).
Bukan hanya itu, Sugiyanto memiliki kepiawaian memijat. Ia mampu menyelesaikan kuliah di IKIP PGRI Wates jurusan Bimbingan Konseling pada 2010.
Atas prestasinya, ia mendapat kesempatan dan dipercaya mengajar Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah kelas TK - SLTP. Juga, mampu memberikan pelajaran Matematika, IPA, dan IPS.
Sedangkan keahliannya memijat, diperoleh setelah mengikuti pelatihan selama satu tahun di Pemalang, pada 1986. Kini ia ramai pelanggan, tidak hanya warga Lugosobo, juga warga luar desa.
Selang waktunya selalu diisi untuk memperbaiki barang elektronik pesanan orang. Di dalam ruangan terbagi menjadi dua, yakni ruang pijat memijat dan bengkel perbaikan alat-alat elektronika seperti televisi, radio, tape recorder, dan komputer.
Untuk pijat, tarif dipatok Rp 25 ribu-Rp 30 ribu. Sedangkan perbaikan alat elektronik, tarifnya tergantung tingkat kerusakan. ”Kalau kerusakannya cukup berat, tarif bisa tinggi. Namun kalau ringan, biayanya ya murah,” selorohnya.
Menurut Sugiyanto, kemampuannya di bidang elektronika tidak ada yang mengajari, melainkan belajar otodidak. Berawal dari suka mengutak-atik barang elektronika sejak 1990 hingga kini.
”Awalnya karena saya senang elektronik. Lama-lama merasa harus bisa memperbaiki sendiri. Saya belajar otodidak, tidak ada yang mengajari,” ujar Sugiyanto. Konsumen biasanya adalah tetangga sekitar, namun ada juga yang dari luar kampung.
Disingung kendala, ia mengaku sulit membedakan warna. Misalnya, saat membutuhkan tahanan (perangkat elektronik yang memiliki warna beragam) laki-laki ini tidak bisa membedakan.
”Memperbaiki tabung televisi berwarna juga sulit, karena gambarnya saja saya tidak bisa lihat. Untuk urusan warna selama ini saya meminta bantuan istri atau anak,” bebernya.
Sugiyanto telah menikah dengan Ngadirah, 40, dan dikaruniai dua putri. Nama kedua buah hatinya ada kata ”elektronika”. Anak pertama bernama Melinda Aisiyana Elektrika, 20, dan kedua Fela Anput Elektrika, 8. ”Istri dan anak-anak tidak mengalami kebutaan seperti saya,” ucapnya.
Berkat kegigihannya, Sugiyanto kini mampu menyekolahkan Melinda di semester II Akademi Keperawatan Purworejo. Sedangkan Fela masih kelas II SD Negeri Lugosobo.
Ia sempat mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas kemampuan mengoperasikan program MS Word tahun 2000. Piagam diberikan langsung oleh Jaya Suprana.
”Saat itu kan tidak ada alat bantu komputer bagi tuna netra. Saya belajar komputer selama tiga bulan. Mungkin karena waktu itu belum ada alat Bantu, sehingga saya memperoleh penghargaan Muri,” paparnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Sugiyanto, Tuna Netra dengan Segudang Kemampuan.
-Semar, Perjalanan Religius Aktor Monolog
-Arsip Dianggap 'Sampah'
-Dua Rumah di Purworejo Rusak Diterjang Lisus
-TERANCAM TIDAK LULUS ; Tak Ikut UN Tanpa Keterangan
-Tuang Bensin, Ibu dan Anak Terbakar
-WARGA SOKOAGUNG KEMBANGKAN ANYAMAN BAMBU ; Terkendala Pemasaran, Butuh Pendampingan
-8.908 Pelajar SLTA Ikut UN
-Peluru Masih Bersarang di Kepala
-Siswa Diminta Tidak Percaya, Isu Kunci Jawaban Hanya Menyesatkan
-Geram, Warga Pasang Portal
-Semar, Perjalanan Religius Aktor Monolog
-Arsip Dianggap 'Sampah'
-Dua Rumah di Purworejo Rusak Diterjang Lisus
-TERANCAM TIDAK LULUS ; Tak Ikut UN Tanpa Keterangan
-Tuang Bensin, Ibu dan Anak Terbakar
-WARGA SOKOAGUNG KEMBANGKAN ANYAMAN BAMBU ; Terkendala Pemasaran, Butuh Pendampingan
-8.908 Pelajar SLTA Ikut UN
-Peluru Masih Bersarang di Kepala
-Siswa Diminta Tidak Percaya, Isu Kunci Jawaban Hanya Menyesatkan
-Geram, Warga Pasang Portal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar