---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAGELANG - puluhan buruh dan perajin tahu tempe di Kota Magelang melakukan aksi demo ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Magelang.
Mereka menuntut perhatian pemkot terkait melonjaknya harga bahan baku seperti kedelai dan minyak goreng. Koordinator Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tahu Tempe Kota Magelang Sugiarto mengeluhkan kenaikan bahan dasar tahu dan tempe sangat memberatkan mereka .
Kenaikan tersebut membuat pelaku usaha tahu dan tempe lesu dan terancam gulung tikar. Kenaikan harga bahan dasar itu berdampak pada naiknya biaya produksi dan operasional.
Sedangkan untuk menaikan harga jual di pasaran dianggap tidak mungkin dilakukan.
”Biaya produksi semakin mahal. Jika menaikan harga di pasaran jelas ini tidak mungkin, pembeli bisa lari semua,” kata Sugiharto kemarin (30/4).
Dikemukakan, saat ini harga kedelai sudah mencapi Rp 6.700/Kg. Bahkan pada puncaknya pernah menembus harga Rp 7.000/Kg . Kondisi itu masih ditambah dengan naiknya bahan pendukung lainnya seperti minyak goreng Rp 11.500/kg.
”Untuk menekan kerugian perajin terpaksa memperkecil ukuran tahu dan tempe yang dijual di pasaran. Tapi reaksi masyarakat luar biasa. Banyak yang mengeluh kok ukurannya jadi kecil. Namun bagaimana lagi, kami juga tidak mau rugi terlalu besar,” tuturnya.
Kedatangan mereka ditemui Kepala Disperindagkop Devananda didampingi sejumlah pejabat lainnya seperti Asisten II Sekda Sumartono, Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Joko Budiono, Kabag Perekonomian Larsita, Kepala Satpol PP Singgin Indi Panggana dan Ketua Fedep Edi Sutrisno.
Sugiarto mengatakan dengan berkurangnya volumen produksi akan berdampak pada munculnya masalah baru, yaitu pengangguran. ”Di Kota Magelang ada 250 perajin tahu tempe. Satu pengrajin rata-rata memperkerjakan 13 orang. Jika kita mengurangi produksi, jelas kami juga harus mengurangi jumlah karyawan,” ungkapnya.
Menanggapi keluhan itu, Devananda mengatakan pihaknya akan berusaha mencari jalan keluarnya. Selain akan mengajukan permohonan subsidi kedelai ke pemerintah pusat, pihaknya juga berusaha meminta keringanan kepada para distributor kedelai. Selain itu, pihaknya juga akan terus melakukan pendampingan, terutama untuk melakukan standarisasi harga dan bentuk.
"Sehingga harga di pasaran ada patokannya, tidak seperti ini. Namun ini juga perlu kesadaran bersama dari para perajin, kita nanti akan terus melakukan pendampingan,” jelasnya.
Edi Sutrisno juga meminta para perajin bisa memproduksi tahu dan tempe yang enak. ”Semua produksi tahu dan tempe harus enak. Sehingga enak ketika harus melakukan pendampingan dan perlindungan produksi,” tandas pria yang juga ketua Apindo tersebut.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Perajin Tahu Tempe Terancam Gulur Tikar
-Kulit Jadi Putih dengan Instants Whitening
-Ratusan Polisi Amankan Perayaan Waisak
-Pekerja seni akan disertifikasi
-Rally Mobil Kuno Gairahkan Pariwisata Magelang
-'Magelang Tempo Doeloe' Jadi Ajang Belajar Sejarah-Kulit Jadi Putih dengan Instants Whitening
-Ratusan Polisi Amankan Perayaan Waisak
-Pekerja seni akan disertifikasi
-Rally Mobil Kuno Gairahkan Pariwisata Magelang
-Waisak, Borobudur Tetap Buka untuk Umum
-Diduga Lakukan Penipuan, Direktur Museum Dilaporkan ke Polisi
-Asyik, Pedagang Asongan Lebih Rapi dan Tertib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar