Foto: Parwito/detikcom |
Ratusan umat etnis Thiong Hoa dari berbagai daerah di Jateng- Yogyakarta yang mengikuti proses ritual ini diantaranya dari Muntilan, Yogya, Klaten, Solo dan Purworejo.
Mereka secara khidmat hadir mengikuti ritual setelah sebelumnya melakukan sembahyang di halaman Klenteng Hok An Kiong Jl Pemuda Nomor 100 Muntilan, Kabupaten Magelang, Jateng Minggu (07/8/2011).
Prosesi upacara yang identik dengan “nyadran” dalam istilah orang Jawa ini diawali dengan melakukan sembahyang memanjatkan doa kepada Dewa Kota (Cheng Huay Ye), mengundang arwah para leluhur, menyeberangi jembatan emas dan perak, membersihkan arwah kemudian menghadap dewa pengampunan dosa (Tai Yi Tian).
“Dewa Tai Yi Tian merupakan maha dewa yang bisa meringankan dosa para arwah supaya dipindahkan ke tempat yang lebih baik,” ungkap Pengurus TITD Klenteng Hok An Kiong Budiono kepada detikcom.
Budi menjelaskan selain ritual pembakaran miniatur kapal dan rumah juga ratusan umat Tiong Hoa memberikan sumbangan berupa baju, sepatu, sandal uang kertas, emas dan perak yang diwujudkan dalam bentuk kertas dijadikan satu kedalam koper atau kardus yang juga ikut dibakar di akhir ritual.
“Kapal berarti alat untuk menyeberangkan dari kegelapan ke tempat yang lebih terang yang disimbolkan menyeberangi jembatan emas dan perak dalam doa. Rumah diibaratkan tempat tinggal arwah para leluhur yang ada di sana (di akhirat). Sementara dalam koper atau kardus berisi sebagian harta benda yang disisihkan ahli warisnya untuk mengirim doa kepada dewa untuk arwah leluhur mereka masing-masing,” jelas Budi.
Budi mengungkapkan ritual Chau Du Fa Hui atau ritual Zhong Yuan ini dipimpin langsung oleh Suhu Chen Lie Wei dari Klenteng Tek Hai Kiong Kota Tegal, Jateng. Suhu Chen Lie Wei merupakan suhu generasi 22 dari penganut aliran Taoism Jien Cen Pai di Indonesia.
“Suhu Chen Lie Wei merupakan satu-satunya suhu di Indonesia yang mempunyai wewenang dan ijin dari aliran Taoism di Indonesia. Baru tiga kota dua diantaranya; Magelang dan Tegal di seluruh Indonesia yang menggelar ritual ini. Yang seharusnya digelar setahun sekali pada bulan ke-7 Imleks. Kalau orang jawa menyebutnya sebagai ritual ‘nyadran’,” ungkap Budi.
Budi berharap, dengan digelarnya ritual ini selain agar arwah para leluhur terbebas dari karma buruk dan diampuni dosanya. Juga memberi persembahan makanan dan menghantarkan arwah para leluhur supaya bisa dipindahkan ke tempat yang lebih baik.
“Untuk kita sendiri supaya juga bisa mendapatkan karma yang lebih baik juga. Dijauhkan dari berbagai masalah dan mendapatkan berkah dan rejeki yang melimpah dalam kehidupan ini,” harap Budi.
Ritual yang berlangsung mulai sore hingga malam hari tadi berlangsung cukup meriah. Pasalnya, selain diikuti ratusan umat dari berbagai kota Jateng dan Yogya juga ditonton ratusan warga Magelang selama prosesi pembakaran berlangsung.
(ape/ape)
- Jamu Sesak Napas, Langsung Lega, Sembuh Permanen
Kabar
gembira, Bagi Anda atau saudara Anda yang menderita asma, sesak napas
karena rokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, Insya Allah sembuh,
90% pasien kami sembuh total, selebihnya bebas kertegantungan obat.
Untuk Anda yang ingin mencoba (gratis), SMS nama dan alamat serta
keluhan penyakit, kirim ke 081392593617 Kunjungi Website
Magelang Hari Ini :
- Umat Thiong Hoa Jateng-Yogya Gelar Ritual Chau Du Fa Hui
- Dhea Butuh Uluran Tangan
- H-7, Truk Pasir Dilarang Beroperasi
- Salut, Korban Banjir Lahar Bertahan Produksi Makanan Khas untuk Lebaran
- Carikan Solusi Pedagang Yang Tergusur
- Transmigran Pulang Kampung
Magelang Hari Ini :
- Umat Thiong Hoa Jateng-Yogya Gelar Ritual Chau Du Fa Hui
- Dhea Butuh Uluran Tangan
- H-7, Truk Pasir Dilarang Beroperasi
- Salut, Korban Banjir Lahar Bertahan Produksi Makanan Khas untuk Lebaran
- Carikan Solusi Pedagang Yang Tergusur
- Transmigran Pulang Kampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar