TRIBUN NEWS/IMAN SURYANTO
Ilustrasi
|
Regina Rukmorini | Agus Mulyadi
MAGELANG, KOMPAS.com - Para korban banjir lahar dingin yang saat ini sudah menempati hunian sementara (huntara) di Lapangan Mancasan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berharap bisa kembali mendapatkan uang jaminan hidup (jadup). Mereka hanya sempat satu kali menerima jadup, yang diberikan satu kali pada bulan Agustus 2011 lalu .
"Uang itu masih sangat dibutuhkan, untuk mendukung kehidupan mereka yang selama ini masih menggantungkan bantuan. Sebagian besar dari para korban belum memiliki pekerjaan tetap.
Feri, koordinator penghuni huntara di Lapangan Mancasan, Kecamatan Salam, mengatakan, mereka berencana untuk menanyakan perihal jadup yang hanya diberikan satu kali ini, kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang.
"Kami berencana mengirimkan surat kepada bupati untuk menanyakan masalah jadup ini", ujarnya, Jumat ( 30/9/2011).
Pada Agustus 2011, Pemkab Magelang memberikan uang jadup bagi para penghuni huntara. Setiap orang menerima Rp 150.000, untuk kebutuhan selama satu bulan. Ini adalah pemberian jadup yang pertama dan terakhir kali, dan setelah itu warga diminta untuk mandiri mencari uang sendiri.
Setelah mendapatkan uang jadup tersebut, Feri mengatakan, warga dijanjikan akan didampingi untuk mengembangkan usaha dan diberi bantuan modal. Ketika itu, masing-masing orang juga telah ditanyai akan memilih jenis usaha apa, namun hingga saat ini program tersebut tidak terealisasi.
"Tanpa modal dan tanpa pendampingan, kami masih kebingungan untuk mencari sumber penghasilan," ujarnya.
Mayoritas korban banjir lahar dingin semula berprofesi sebagai petani. Namun, karena sawah masih terbenam pasir dan tidak memiliki modal apa-apa, mereka pun alih profesi menerjuni berbagai bidang lain seperti menjadi penambang pasir dan buruh bangunan. Untuk mendukung kehidupan sehari-hari, para korban banjir lahar dingin itu pun masih membutuhkan sumbangan bantuan dari pihak luar.
Salah seorang penghuni huntara, Marwiyah, warga Dusun Glagah, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, mengatakan, setelah uang jadup habis, sehari-hari dia mencukupi kebutuhan dengan berdagang tempe. Modal membuat tempe diperolehnya dari uang bantuan saat masih menempati lokasi pengungsian.
Magelang Hari Ini : 1 Oktober 2011
-Kebakaran Hanguskan 84 Hektare Hutan di Kedu Utara
-Siswa SMP dan SMA Ciptakan Puisi Sepanjang 120 Meter
-Ruas Keprekan-Mertoyudan Butuh Penerangan Jalan
-Banjir Lahar Dingin Merapi Masih Mengancam
-Tingkat Kepatuhan Pajak Masih Rendah
-KTT DESAK PEMKOT MAGELANG, LINDUNGI BANGUNAN KUNO
-Korban Lahar Dingin Berharap Mendapat Jadup Lagi
-Kebakaran Hutan Ancam Habitat Lutung Jawa
-Api di Taman Nasional Merbabu Belum Padam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar