Tampilkan postingan dengan label Kabar Berita Magelang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabar Berita Magelang. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kabar Berita Magelang : Korban Lahar Dingin Berharap Mendapat Jadup Lagi



TRIBUN NEWS/IMAN SURYANTO
Ilustrasi

Regina Rukmorini | Agus Mulyadi
MAGELANG, KOMPAS.com -  Para korban banjir lahar dingin yang saat ini sudah menempati hunian sementara (huntara) di Lapangan Mancasan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berharap bisa kembali mendapatkan uang jaminan hidup (jadup). Mereka hanya sempat satu kali menerima jadup, yang diberikan satu kali pada bulan Agustus 2011 lalu .
"Uang itu masih sangat dibutuhkan, untuk mendukung kehidupan mereka yang selama ini masih menggantungkan bantuan. Sebagian besar dari para korban belum memiliki pekerjaan tetap.
Feri, koordinator penghuni huntara di Lapangan Mancasan, Kecamatan Salam, mengatakan, mereka berencana untuk menanyakan perihal jadup yang hanya diberikan satu kali ini, kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang.
"Kami berencana mengirimkan surat kepada bupati untuk menanyakan masalah jadup ini", ujarnya, Jumat ( 30/9/2011).
Pada Agustus 2011, Pemkab Magelang memberikan uang jadup bagi para penghuni huntara. Setiap orang menerima Rp 150.000, untuk kebutuhan selama satu bulan. Ini adalah pemberian jadup yang pertama dan terakhir kali, dan setelah itu warga diminta untuk mandiri mencari uang sendiri.
Setelah mendapatkan uang jadup tersebut, Feri mengatakan, warga dijanjikan akan didampingi untuk mengembangkan usaha dan diberi bantuan modal. Ketika itu, masing-masing orang juga telah ditanyai akan memilih jenis usaha apa, namun hingga saat ini program tersebut tidak terealisasi.
"Tanpa modal dan tanpa pendampingan, kami masih kebingungan untuk mencari sumber penghasilan," ujarnya.
Mayoritas korban banjir lahar dingin semula berprofesi sebagai petani. Namun, karena sawah masih terbenam pasir dan tidak memiliki modal apa-apa, mereka pun alih profesi menerjuni berbagai bidang lain seperti menjadi penambang pasir dan buruh bangunan. Untuk mendukung kehidupan sehari-hari, para korban banjir lahar dingin itu pun masih membutuhkan sumbangan bantuan dari pihak luar.
Salah seorang penghuni huntara, Marwiyah, warga Dusun Glagah, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, mengatakan, setelah uang jadup habis, sehari-hari dia mencukupi kebutuhan dengan berdagang tempe. Modal membuat tempe diperolehnya dari uang bantuan saat masih menempati lokasi pengungsian.

Magelang Hari Ini : 1 Oktober 2011
-Kebakaran Hanguskan 84 Hektare Hutan di Kedu Utara
-Siswa SMP dan SMA Ciptakan Puisi Sepanjang 120 Meter
-Ruas Keprekan-Mertoyudan Butuh Penerangan Jalan
-Banjir Lahar Dingin Merapi Masih Mengancam
-Tingkat Kepatuhan Pajak Masih Rendah
-KTT DESAK PEMKOT MAGELANG, LINDUNGI BANGUNAN KUNO
-Korban Lahar Dingin Berharap Mendapat Jadup Lagi
-Kebakaran Hutan Ancam Habitat Lutung Jawa
-Api di Taman Nasional Merbabu Belum Padam

Jumat, 30 September 2011

Kabar Berita Magelang : Kedubes AS Ajak Pelajar Magelang Diskusi Film

Metrotvnews.com, Magelang: Pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat bekerja sama dengan Borobudur Movie Link mengajak pelajar dan mahasiswa Kota Magelang berdiskusi tentang pembuatan film baik fiksi maupun dokumenter dengan nara sumber sutradara berasal dari AS, Mustafa Davis.

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Syang Art Space, Kota Magelang, Rabu itu diikuti sekitar 70 siswa dan mahasiswa perwakilan dari sekolah dan perguruan tinggi di kota tersebut.

Mustafa Davis, seorang muslim AS yang lahir di Kalifornia. Dia memeluk agama Islam setelah dalam kehidupannya tidak menemukan kebahagiaan sejati karena pengaruh lingkungan.

Pada program duta budaya Kedubes AS, selain berkunjung ke Magelang, ia juga mengunjungi sejumlah kota di Indonesia, yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Palembang.

Diskusi dengan topik "Ragam Budaya dalam Kesenian di Amerika" tersebut juga diputar film pendek karya Mustafa.

Film dengan judul "Deen Tight" menyajikan fenomena muslim di Amerika di tengah budaya pop Amerika seperti musik hip-hop dan rap, breakdance serta graffiti yang merupakan hal dianggap tabu dalam masyarakat tradisional Islam.

Ada benturan antara idealita agama dan realita modernitas yang menimbulkan dilema. Penyeimbangan antara budaya dan agama pun terus diupayakan.

Koordinator acara, Gilang Riski Habibullah, mengatakan, kegiatan tersebut sebagai sarana saling berbagi cerita dan pengalaman seputar fenomena kebudayaan dilihat dari kaca mata sinema.

Ia mengatakan, bagi Borobudur Movie Links, acara itu merupakan yang ketiga setelah berhasil menggelar "Pekan Film Dokumenter Magelang" pada April 2011 dan "Pekan Film Pendek Magelang" pada Juni 2011.

Mustafa mengatakan, tidak akan menggunakan film sebagai sarana dakwah Islam.

"Saya tidak akan menggunakan film sebagai alat dakwah, tetapi seluruh kehidupan saya sebagai alat dakwah," katanya.(Ant/IKA)


Magelang Hari Ini : 30 September 2011
-Polisi Harapkan Masyarakat Aktif Informasikan Keberadaan Teroris
-Kedubes AS Ajak Pelajar Magelang Diskusi Film
-Alhamdulillah...Lahan Pertanian Korban Merapi Kembali Dialiri Air
-Pemadaman Dipusatkan Di Ampel
-Kebakaran Hutan Meluas