KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Ilustrasi: Endapan material Gunung Merapi yang terbawa banjir lahar dingin di Jalan Yogyakarta-Magelang, Desa Jumoyo, Salam, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (4/2/2011).
|
MAGELANG, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, segera membuat foto udara material lahar dingin di Gunung Merapi.
Selain untuk mengetahui volume deposit material lahar dingin, dari foto udara dapat diketahui arah aliran potensi banjir lahar dingin.
Kepala BNPB, Syamsul Maarif, mengatakan, upaya ini merupakan bentuk antisipasi bencana banjir lahar dingin yang masih berpotensi terjadi selama musim penghujan.
"Kami masih harus terus berupaya mengantisipasi berbagai dampak buruk banjir lahar dingin yang bisa terjadi, karena hujan lebat berpotensi terjadi pada bulan Januari dan Februari mendatang," ujarnya, saat berkunjung ke jembatan Kali Putih di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (16/12/2011).
Pengambilan foto udara akan ditindaklanjuti dengan pemasangan perangkat early warning system di daerah-daerah di sekitar Gunung Merapi. Untuk kegiatan ini BNPB mengalokasikan anggaran Rp 9,5 miliar.
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Menurut Syamsul, upaya ini mendesak dilaksanakan karena volume deposit material lahar dingin yang masih ada di kawasan puncak Gunung Merapi, masih terdata 90 juta meter kubik. Material itu berpotensi turun sebagai banjir lahar dingin ke semua sungai-sungai di sekitarnya.
Sebelumnya, sebagai bentuk antisipasi banjir lahar dingin, BNPB sudah memasang sensor sebagai alat deteksi banjir lahar dingin ke sejumlah daerah. Namun, bantuan sensor yang menelan dana Rp 4 miliar tersebut, ternyata tidak cukup efektif untuk mengantisipasi bencana lahar dingin.
"Hasil deteksi sensor hanya memberikan kesempatan warga untuk menyelamatkan diri dalam hitungan detik saja," ujar Syamsul.
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar