(suaramerdeka.com/Asef Amani) |
MAGELANG – Sudah setahun lebih peristiwa erupsi Merapi berlalu. Bencana alam dahsyat itu memengaruhi segala sendi kehidupan masyarakat dari sosial hingga ekonomi. Segi ekonomi inilah yang masih terpengaruh sampai sekarang, salah satunya usaha kerajinan batu.
Seperti diketahui, kerajinan batu merupakan mata pencaharian yang banyak digeluti masyarakat Magelang terutama Muntilan sejak zaman baheula. Berkat usaha ini pula nama Magelang diperhitungkan pasar dunia karena banyak produknya yang dipajang di luar negeri.
Pemilik Sanggar Linang Sayang, Lilik Sulistiyono (38) mengatakan, bencana erupsi Merapi sangat memengaruhi usaha mayoritas warga Muntilan itu. Selain sulit mencari bahan baku, juga karena tidak sedikit perajin yang kehilangan pasar terutama mancanegara. “Memang batu tersedia melimpah selepas erupsi, tapi untuk mencari yang berkualitas agak sulit. Apalagi untuk memenuhi kualitas ekspor, mencarinya tidak semudah yang dulu,” ujarnya di kantornya di Sidoharjo, Tamanagung, Muntilan, Magelang, Jumat (27/1).
Pria yang sudah 15 tahun menggeluti kerajinan batu itu menjelaskan, karena keterbatasan bahan baku itu membuat harganya melonjak. Kenaikan mencapai separuh lebih, misalnya batu yang dulunya seharga Rp 1 juta per meter, naik menjadi Rp 1,7 juta per meter. “Masing-masing produk memakai jenis batu yang berbeda. Batu untuk dibuat patung berbeda dari batu yang dibuat kijing atau nisan. Semua jenis batu harganya melonjak, selain sulit didapat juga karena biaya transportasi yang mahal lantaran akses jalan rusak,” paparnya.
Yang lebih parah dari itu, kata Lilik banyak perajin yang kehilangan pasar. Pihaknya sendiri turut mengalami, tidak sedikit pelanggan terutama dari luar negeri seperti negara-negara di Amerika dan Eropa yang menunda pembelian gara-gara bencana alam tersebut. “Masih banyak pelanggan saya di luar negeri yang menilai kondisi Indonesia terutama Magelang belum aman dari bencana. Hal ini otomatis mengurangi produksi hingga 50 persen lebih,” terangnya yang saat ini fokus penuhi pesanan dari Vihara-vihara di seluruh pelosok negeri.
Tidak berbeda dialami juga Wahyono (35), perajin batu kijing di daerah yang sama. Ia mengaku, sejak terjadi erupsi Merapi hingga sekarang kondisi usaha tidak kunjung membaik. Pesanan atau penjualan tidak terlampau bagus dibanding sebelum terjadi bencana. “Sekarang kondisinya masih susah. Apalagi harga batu kijing naik dari Rp 250 ribu per meter ke Rp 300 ribu per meter. Pesanan juga tidak banyak, paling satu sampai dua pesanan tiap minggu. Meski begitu, setiap hari kami tetap membuatnya dan dijual Rp 1 juta per meter,” ungkapnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk ! Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar